Faktor Internal Faktor-Faktor Penyebab Ketidakberdayaan Masyarakat

merupakan akibat dari adanya kekurangadilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.

2.1.5. Faktor-Faktor Penyebab Ketidakberdayaan Masyarakat

Ketidakberdayaan yang dialami oleh sekelompok masyarakat telah menjadi diskusi dan wacana akademis yang cukup hangat dalam dekade ini. Kelompok- kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat seperti kelas ekonomi rendah, minoritas etnis, wanita, penyandang cacat, dan sebagainya, adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan. Menurut Munandar 2008, ketidakberdayaan disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ketiadaan jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan akses terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan, dan adanya ketegangan fisik maupun emosional. Memberdayakan masyarakat berarti menciptakan peluang bagi masyarakat untuk menentukan kebutuhan, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, sehingga dapat menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Proses dalam mengupayakan pemberdayaan masyarakat harus tetap mengakomodir akar penyebabnya. Harus dapat diidentifikasi sekaligus dibuktikan berbagai penyebab ketidakberdayaan yang menimpa masyarakat desa di kawasan konservasi. Ketidakberdayaan masyarakat perdesaan umumnya sangat dipengaruhi oleh kondisi dan potensi desa atau kawasannya. Menurut Nugraha, 2005 ketidakberdayaan yang melahirkan kemiskinan masyarakat desa di kawasan konservasi bukan disebabkan karena faktor budaya cultural atau alam natural namun lebih disebabkan karena faktor struktural. Secara garis besar faktor penyebab ketidakberdayaan masayarakat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

2.1.5.1. Faktor Internal

Para ahli pendukung teori modernisasi seperti Rostow 1960 dan Lewis 1954 dalam menganalisis masalah ketidakberdayaan cenderung memakai pendekatan internal cultural. Mereka menyimpulkan bahwa keterbelakangan dan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat tidak lain diakibatkan oleh faktor-faktor internal yang bersumber dari nilai-nilai budaya tradisional yang dianut masyarakat. Teori ini bertolak dari suatu kerangka pemikiran yang mempertentangkan antara nilai-nilai modern dan nilai-nilai tradisional secara asimetris. Lebih lanjut Lewis bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja, dan rendahnya pendidikan. Keadaan ini berakar dari kondisi lingkungan yang serba miskin dan diturunkan dari generasi ke generasi. Kaum miskin telah memasyarakatkan nilai-nilai dan perilaku kemiskinan secara turun temurun. Akibatnya, perilaku tersebut melanggengkan kemiskinan mereka, sehingga masyarakat yang hidup dalam kebudayaan kemiskinan sulit membebaskan diri dari pengaruhnya. Demikian juga Solomon 1979 melihat bahwa ketidakberdayaan dapat bersumber dari faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal datang dari dalam diri kelompok lemah dan tidak berdaya itu sendiri, seperti: 1 rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya; 2 penilaian diri yang negatif. Ketidakberdayaan dapat berasal dari adanya sikap penilaian negatif yang ada pada diri seseorang yang terbentuk akibat adanya penilaian negatif dari orang lain; 3 lemahnya struktur- struktur penghubung’ mediating structures yang memungkinkan kelompok-kelompok lemah mengekspresikan aspirasi dan menunjukkan kemampuannya terhadap lingkungan sosial yang lebih luas, seperti organisasi-organisasi sosial, lembaga-lembaga keagamaan dan lembaga keluarga yang secara tradisional merupakan lembaga alamiah yang dapat memberi dukungan dan bantuan informal, pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan para anggotanya; 4 akibat dari proses internalisasi yang dihasilkan dari interaksi mereka dengan masyarakat. Mereka menganggap diri mereka lemah dan tidak berdaya, karena masyarakat memang menganggapnya demikian; 5 ketidakberdayaan merupakan hasil dari pembentukan interaksi terus-menerus antara individu dan lingkungannya yang meliputi kombinasi antara sikap penyalahan-diri sendiri, perasaan tidak dipercaya, keterasingan dari sumber-sumber sosial dengan perasaan tidak mampu dalam perjuangan politik. Diantara beberapa aspek yang mempengaruhi kehidupan sosial termasuk keberdayaan masyarakat adalah agama, budaya, pendidikan, adat istiadat, ekonomi, hukum dan politik. Aspek yang paling dominan mempengaruhi kehidupan masyarakat tergantung pada sistem nilai yang dipegang oleh masyarakat itu sendiri. Pada masyarakat perkotaan yang paling berpengaruh adalah dimensi ekonomi dan pendidikan, sedangkan pada masyarakat perdesaan biasanya adat istiadat, budaya setempat dan agama Aziz, dalam Suhartini, et al. 2005. Faktor yang tidak kalah penting untuk diberikan perhatian adalah kendala- kendala struktural yang terdapat di dalam masyarakat, kendala-kendala struktural tersebut mendapat perhatian dari pendukung teori-teori struktural untuk melengkapi analisis mereka secara komprehensif mengenai faktor penyebab kemiskinan masyarakat.

2.1.5.2. Faktor-faktor Eksternal