59
4.1.4. Pengelolaan TNKS
Kawasan Taman dikelola oleh unit konservasi di bawah Direktur Jendral PHPA Departemen Kehutanan. Untuk pengelolaan Taman yang sebenarnya, ditunjuk seorang
Kepala Taman oleh Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata, yang pada kenyataan lebih mementingkan perbatasan Taman, misalnya perambahan dan pemukiman, yang
berkaitan dengan pemerintah propinsi, kabupaten dan lokal. Kenyataan bahwa perbatasan Taman belum sepenuhnya dikukuhkan, dan dalam sejumlah lokasi masih
diperdebatkan, merupakan faktor yang kompleks. Sejak Taman diusulkan pada tahun 1982, PHPA mengusulkan kegiatan proyek
Taman dengan dana terbatas, sedikit karyawan dan sumber daya. Pada tahun 1983, kantor proyek TNKS dibangun di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ntuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tersebut. Sekarang ini, staf BKSDA yang berada di lapang berjumlah 67 penjaga terbagi pada 32 pos jaga; karyawan kantor yang jumlah
begitu banyak sampai 325 orang. Berhubung kebanyakan pos jaga berada jauh dari kantor Taman dan sulit dicapai dengan kendaraaan, patroli, dan kegiatan pengamanan
jarang dilaksanakan. Untuk penegakan hukum, penjaga lapangan sangat bergantung pada bantuan pemerintah daerah; mobilisasi bantuan ini merupakan proses yang lamban dan
biasanya kerusakan telah parah sebelum ada tindakan . Kepala Taman dibantu oleh empat wakil yang berkantor di Sub-Balai KSDA di bawah pengawasan Kantor Wilayah
Kehut, sebagai berikut Lihat Juga Gambar 12.
- 1 satu Kepala Balai Besar TNKS di Sungai Penuh - 1 satu Kepala Bagian Tata Usaha dengan 3 tiga Sub Tata Usaha Umum,
Perencanaan dan kerjasama, Data Evaluasi pelaporan dan Humas - 4 empat bidang Teknis Konservasi TNKS di Sungai Penuh, Pengelolaan
Balai TNKS Wilayah I Jambi di Bangko, Pengelolaan TNKS Wilayah II Sumatera Barat di Solok, Pengelolaan TNKS Wilayah III Sumsel dan
Bengkulu di Curup - 8 delapan seksi Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan di Sungai Penuh, Seksi
Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan di Sungai Penuh, Seksi Pengelolaan Wilayah I di Kayu Aro, Seksi Pengelolaan Wilayah II di Muara Bungo, Seksi
Pengelolaan Wilayah III di Painan, Seksi Pengelolaan wilayah IV di Sangir, Seksi Pengelolaan Wilayah V di Lubuk Linggau dan Seksi Pengelolaan TNKS
wilayah VI di Arga Makmur
60
-
Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Polisi Kehutanan Jagawana, Teknisi Kehutanan Bidang Konservasi Jenis dan Sumberdaya Alam Hayati,
dan
Teknisi Kehutanan Bidang Bina Wisata Alam.
Gambar 10. Struktur Organisasi Pengelola TNKS
Dari berbagai informasi teridentifikasi beberapa kelemahan dalam pengelolaan, yang selanjutnya menimbulkan permasalahan-permasalahan dan
kerusakan di dalam kawasan TNKS seperti perambahan hutan, penebangan liar, penyerobotan hutan, perburuan liar, dan penambangan emas. Kelemahan-
kelemahan tersebut meliputi: 1 bentuk bentang alam kawasan TNKS yang memanjang Narrow Elongated Shape, keadaan kawasan dengan garis dan
daerah batas yang panjang dan luas membuka kemungkinan dan kesempatan yang luas bagi terjadinya tekanan dan gangguan dari luar kawasan ke pusat-pusat
hutan yang merupakan zona inti; 2 terjadi gangguan dan tekanan dari masyarakat sekitar kawasan yang didorong oleh kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya mereka, terlebih pada kondisi krisis saat ini; 3 adanya aktivitas pertambangan di dalam kawasan TNKS; 4 kerusakan hutan lindung dan hutan
produksi yang merupakan daerah penyangga perluasan habitat dan sosial dari
61
Taman Nasional; 5 masih lemahnya koordinasi dengan pihak dan instansi terkait, terutama di tingkat daerah yang mendorong terjadinya benturan
kebijaksanaan; dan 6 pemekaran wilayah, terutama daerah kabupaten yang memiliki sumberdaya alam terbatas menjadi ancaman dan potensi dilakukannya
eksploitasi TNKS.
4.2. Karakteristik Perdesaan Lokasi Penelitian
4.2.1. Fisik Geografis dan Lingkungan Perumahan
4.2.1.1. Keadaan Tanah
Berdasarkan hasil observasi lapangan pada bulan Januari 2009, desa dengan wilayah paling luas adalah Napal Licin dengan jenis tanahnya podsolik merah
kuning dengan kelembaban yang tinggi, sedangkan keadaaan tanah desa lainnya dapat di lihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Keadaan Tanah
No Desa Luas
Wilayah km
2
Keadaan tanah
Jenis Kondisi
1 Pasenan
28 Lempung
Lembab, subur untuk semua jenis tanaman
2 Batu Gane
21 Lempung berpasir
hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh subur
3 Napal
Melintang 20
Lempung berpasir tanahnya subur,dikelilingi perbukitan
4 Napal Licin
38,73 Podsolik merah
kuning kelembanban tinggi,daerah subur,
menarik daerah lain untuk datang dan berkebun
Sumber: Profil Desa, 2009
4.2.1.2. Tataguna Tanah
Berdasarkan hasil penggunaan teknik tataguna tanah, Desa yang memiliki tata guna tanah paling banyak adalah Desa Pasenan. Desa Pasenan merupakan
desa terluas kedua setelah desa Napal Licin. Desa Pasenan dilalui oleh kawasan perkebunan dan hutan yang luas. Sedangkan desa dengan sedikit tata guna
lahan adalah desa Napal Licin walaupun desa ini termasuk desa terluas diantara 3 desa lainnya.
Berdasarkan hasil penggunaan teknik tataguna tanah, luas wilayah Desa Pasenan yaitu 28 kilometer persegi yang terdiri dari tanah perumahan 10 ha,