2.1.3 Teori Belajar
Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar, sehingga terdapat beberapa macam teori belajar yang mendasari penelitian ini antara lain:
2.1.3.1 Teori Gestalt
Tokoh aliran ini adalah John Dewey. Ia mengemukakan dalam kegiatan belajar harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian.
2. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan
intelektual peserta didik. 3.
Mengatur suasana kelas agar peserta didik siap belajar. Berdasarkan ketiga hal tersebut, Suherman 2003: 48 mengemukakan
bahwa dalam menyajikan pelajaran guru jangan memberikan konsep yang harus diterima begitu saja, melainkan harus mementingkan pemahaman terhadap proses
terbentuknya konsep tersebut daripada hasil akhir. Menurutnya pula pendekatan dan metode yang digunakan harus disesuaikan dengan kesiapan intelektual peserta
didik. Selain hal tersebut guru juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekplorasi pengetahuannya sendiri sehingga terjadi interaksi antara
guru dan siswa serta siswa dengan siswa. Dengan denikian siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna
tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Dalam hal ini siswa dipandang memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan baru tersebut berdasarkan proses
interaksi terhadap pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kontribusi teori Gestalt dalam penelitian ini terutama terkait dengan mengatur suasana kelas agar
siswa siap belajar. Hal ini berarti agar siswa siap dan mampu belajar dengan baik guru harus dapat memilih pendekatan dan model belajar yang tepat sesuai dengan
intelektual yang dimiliki siswa. Sehingga siswa mampu belajar dengan baik dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.
2.1.3.2 Teori Vygotsky
Teori Vigotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi individu tersebut
dengan orang-orang lain, merupakan faktor yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Sebagai contoh, seorang anak belajar
berbicara sebagai akibat dari interaksi anak itu dengan orang-orang di sekelilingnya, terutama orang yang sudah lebih dewasa yaitu orang-orang yang
sudah lebih mahir berbicara daripada si anak. Interaksi dengan orang-orang lain memberikan rangsangan dan bantuan bagi si anak untuk berkembang. Proses –
proses mental yang dilakukan atau dialami oleh seorang anak dalam interaksinya dengan orang-orang lain diinternalisasi oleh si anak. Dengan cara ini kemampuan
kognitif si anak berkembang. Vygotsky berpendapat pula bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila si anak belajar secara kooperatif
dengan anak-anak lain suasana lingkungan yang mendukung supportive, dalam bimbingan atau pendampingan seseorang yang lebih mampu atau lebih dewasa,
misalnya seorang guru. Tugas guru adalah menyediakan atau mengatur lingkungan belajar siswa, dan mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa,
serta memberikan dukungan dinamis, sedemikian hingga setiap siswa bisa
berkembang secara maksimal. Guru kiranya bisa memanfaatkan baik Teori Piaget maupun Teori
Vygotsky dalam upaya untuk melakukan proses pembelajaran yang efektif. Di satu pihak, guru perlu mengupayakan supaya setiap siswa berusaha agar bisa
mengembangkan diri masing-masing secara maksimal, yaitu mengembangkan kemampuan berpikir dan bekerja secara independen sesuai dengan Teori Piaget.
Di lain pihak , guru perlu juga mengupayakan supaya tiap-tiap siswa juga aktif berinteraksi dengan siswa-siswa lain dan orang-orang lain di lingkungan masing-
masing sesuai dengan Teori Vygotsky. Jika kedua hal itu dilakukan, perkembangan kognitif tiap-tiap siswa akan bisa terjadi secara optimal.
Peranan teori vygotsky dalam penelitian ini adalah pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial,
yaitu interaksi individu tersebut dengan orang-orang lain, merupakan faktor yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Hal
ini sesuai dengan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu pembelajaran model two stay two stray TSTS dengan pendekatan scientific. Pembelajaran tersebut
menggunakan diskusi kelompok. Dengan seperti itu siswa akan mudah berinteraksi dengan siswa lain sehingga akan meningkatkan kognitif siswa sesuai
dengan teori vygotsky.
2.1.4 Hambatan Belajar