Kriteria Tes dan Butir Tes Analisis Butir Tes

3.4.1.1. Kriteria Tes dan Butir Tes

Sebagai sebuah instrumen, tes harus memenuhi kriteria valid dan reliabel untuk menjamin ketercapaian tujuan dan fungsi tes. 1 Validitas Tes Menurut Arikunto 2009:66 tes disebut valid jika memenuhi kriteria validitas isi, validitas konstruk, validitas empiris, dan validitas prediksi. Berkaitan dengan penelitian ini, tes yang disusun tidak bersifat prediktif karena tes ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan komunikasi matematis siswa, dan tidak untuk memprediksi suatu apapun. Validitas isi berkaitan dengan mampu tidaknya tes ini mengukur ketercapaian tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan validitas konstruk berkaitan dengan kemampuan masing-masing butir soal untuk membangun tujuan tes. Tujuan tes dapat tercapai jika setiap butir tes mampu mengukur indikator yang berkaitan. Untuk mengetahui validitas isi dan validitas konstruk kemudian dilakukan pengecekan oleh pakar dalam hal ini adalah dosen pembimbing dan guru pengampu. Sementara valididtas empiris dilakukan melalui hasil tes uji coba. 2 Reliabilitas Tes Selain validitas, suatu tes juga harus reliabel. Tes ini dikatakan reliabel jika mampu memberikan hasil yang tetap sesuai dengan kenyataannya. Untuk mengetahui reliabelitias tes menggunakan rumus alpa sebagai berikut:                 2 2 11 1 1 t i n n r   Arikunto, 2009: 109 dengan   N N X X t     2 2 2  Keterangan : r 11 : Reliabilitas instrumen yang dicari n : Banyaknya butir soal N : Jumlah peserta X : Skor tiap butir soal i : Nomor butir soal 2 i   : Jumlah varians skor tiap-tiap butir soal 2 t  : Varians total Perhitungan reliabilitas akan sempurna jika hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Jika r 11 t tabel maka soal tersebut reliabel. Jadi, dalam penelitian ini soal yang akan diambil adalah soal yang reliabel yaitu r 11 t tabel .

3.4.1.2. Analisis Butir Tes

a Validitas butir soal Untuk mengetahui butir soal digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut: = ∑ − ∑ ∑ √ ∑ − ∑ ∑ − ∑ Keterangan : = koefisien korelasi butir soal = banyaknya peserta tes = skor butir soal = skor total Hasil perhitungan disesuaikan dengan tabel kritis r product moment. Jika ���� , maka butir soal tersebut valid. b Tingkat kesukaran butir soal Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional Sudjana, 2006:135. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index. Adapun rumus untuk menghitun g tingkat kesukaran soal berbentuk uraian adalah : � = � � � � � � � � × Menurut Arifin 2009:135 untuk menginterpolasikan nilai taraf kesukaran soal digunakan tolak ukur berikut. � soal mudah � soal sedang � soal sukar, Taraf kesukaran soal yang akan digunakan dalam penelitian adalah soal yang memiliki taraf kesukaran sedang dan mudah. c Daya Pembeda butir soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Bagi soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun bodoh, maka soal tersebut termasuk tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda Arikunto, 2009: 211. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi pada butir soal uraian adalah: dengan: � = − � Keterangan: D = Daya Pembeda M A = Rata-rata skor kelompok atas M B = Rata-rata skor kelompok bawah Maks = Skor maksimal Berikut ini merupakan kategori interpretasi skor yang diperoleh dari rumus di atas. D : 0,00 – 0,20 : jelek poor D : 0,20 – 0,40 : cukup satisfactory D : 0,40 – 0,70 : baik good D : 0,70 – 1,00 : baik sekali excellent D : negatif : tidak baik Arikunto, 2009:218 Soal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah butir soal yang memiliki daya beda cukup dan baik.

3.4.1.3. Prosedur penyususnan Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

6 25 59

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa

0 3 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Dalam Meningkatkan Keaktifan Dan Kemampuan Komunikasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII Semes

0 3 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS VIII 4 SMP NEGERI 3 SURAKARTA SKRIPSI

0 0 16