157
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengelolaan Pembelajaran Dialogis Paulo Freire pada Program Paket B di Sekolah Alternatif
Qaryah Thayyibah Desa Kalibening Salatiga Jawa Tengah, dapat disimpulkan 5.1.1 Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dialogis pada program Paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah dilaksanakan berdasarkan kesepakatan anak dan
pendamping, di mana setiap anak memiliki kebebasan dalam menentukan materi pelajaran yang ingin ia pelajari. Fungsi pendamping dalam perencanaan
pembelajaran hanyalah sebagai dinamisator ketika terjadi sebuah kebekuan dalam forum dialog yang sedang berlangsung. Dalam perencanaan pembelajaran
kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Nasional Paket B yang sebelumnya dilakukan proses identifikasi atau assesmen kebutuhan belajar menggunakan
teknik diskusi dimana setiap individu anak memberikan usulan topik materi yang akan dipelajari, kemudian dirangkum dan disepakati topik materi yang akan
dipelajari terlebih dahulu melalui proses penentuan prioritas kebutuhan belajar. Selain itu, perencanaan pembelajaran pada program Paket B di Sekolah Alternatif
Qaryah Thayyibah juga diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen melalui peran serta anak, orangtua, pengelola dan masyarakat duduk
bersama saling bertukar pikiran tentang apa yang harus ada dan perlu diadakan dalam penyelenggaraan sekolahnya.
5.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran dialogis pada program Paket B di Sekolah
Alternatif Qaryah Thayyibah dikenal dengan istilah Student Learning Center, di mana seluruh kegiatan pembelajaran berpusat pada anak untuk aktif membangun
sendiri konsep belajarnya, dari mulai pemilihan materi, tempat dan waktu belajar, media yang digunakan, hingga evaluasi. Pemilihan materi dilakukan berdasarkan
tematik atau berdasar kebutuhan tema tiap mata pelajaran yang dipelajari. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode hadap-masalah problem-solving,
Anak tidak berkubang pada hal-hal yang bersifat hafalan, melainkan berdialog memecahkan soal-soal dan masalah yang menjadi topik pelajaran. Anak diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk mengajukan masalah atau soal sesuai dengan materi yang telah disepakati problematik, kemudian anak diberi waktu untuk
menemukan sendiri inquirydiscovery mengenai jawaban dari masalah atau soal yang ada melalui buku, pengalaman, internet, dan sumber belajar lain. Semua
pendapat anak ditampung tanpa mempermasalahkan benar salahnya jawaban tersebut brainstorming. Setelah semua menemukan jawabannya masing-masing,
anak berdiskusi atau sharring untuk menemukan kesepakatan jawaban yang paling tepat dari masalah atau soal yang dimunculkan di awal. Hal tersebut
dimaksudkan agar dari berbagai ide-ide yang mereka temukan, dapat ditemukan satu struktur yang integratif dari pengetahuan yang sedang dipelajari.
Suasana belajar yang disediakan saat pembelajaran, pendamping diperankan sebagai teman dan sahabat yang mendampingi anak belajar. Belajar merupakan
kegiatan yang menyenangkan, dinamis, tidak ada paksaan bagi anak untuk bisa menguasai semua pelajaran. Sebagai penunjang kegiatan pembelajaran, media
pembelajaran tidaklah menjadi sebuah hal yang wajib ada. Ada dan tidaknya media belajar bukan menjadi penghalang dalam pembelajaran. Dengan bebas anak
mampu memanfaatkan segala fasilitas seperti sawah, kebun, sungai, buku, internet dan lain-lain untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuannya. Apabila ada
anak yang nakal, maka secara demokratis dikelola sendiri oleh anak. Karena semua diatur dan disepakatkan oleh dan untuk anak sendiri secara partisipatif,
sehingga pendamping tidak bertindak melewati batas kewenangannya yaitu memarahi apalagi harus menghukum.
5.1.3 Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran pada program Paket B di Sekolah Alternatif Qaryah
Thayyibah dilakukan setiap hari secara informal melalui teknik penilaian diri Self Evaluating. Dalam penyelenggaraanya tidak terdapat sistem evaluasi baku seperti
ujian mid semester dan akhir semester. Penghargaan pada anak program Paket B Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah tidak didasarkan pada nilai-nilai yang
diciptakan karena keberhasilan dan kesuksesan yang mereka raih malalui raport dan ranking. Tidak ada raport, akan tetapi lebih pada penghargaan secara positif
dan total yang didasarkan pada pengakuan atas keberadaan diri mereka sehingga mereka merasa merdeka. Tugas-tugas dan pekerjaan rumah pada program Paket B
di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah diganti dengan menggunakan bentuk
karya yang dibuat oleh setiap anak yang nantinya akan ditampilkan dalam pertunjukan Gelar karya GK tiap akhir bulan. Indikator keberhasilan pencapaian
belajar anak dinilai melalui sejauh mana ketercapaian target-target yang telah dibuat anak hingga batas akhir waktu yang telah ditentukan. Hanya ada tiga nilai
di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah, terendah adalah good, lalu excellent dan tertinggi adalah outstanding. Dan yang menilai adalah diri mereka sendiri.
Sedangkan untuk ujian kelulusan tingkat III didasarkan pada soal-soal ujian kesetaraan paket B yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan kota setempat.
Dengan tidak memaksakan kehendak anak, anak berhak memilih untuk ikut atau tidak ikut dalam Ujian Nasional.
Bagi mereka yang memilih tidak mengikuti Ujian Nasional, mereka dibekali dengan pendidikan keterampilan fungsional yang bisa digunakan sebagai bekal ia
memperoleh atau menciptakan lapangan pekerjaan setelah ia lulus dari sekolah tersebut. Pengembangan keterampilan fungsional yang diberikan kepada anak
melalui tiga macam pendidikan keterampilan fungsional yang dikembangkan. Pertama pertanian. Pertanian dipilih dengan alasan potensi dan karakteristik
geografis Kota Salatiga yang terletak di lereng Gunung Merbabu membuat daerah Salatiga menjadi sejuk dan memiliki tekstur tanah yang subur, sangat tepat bila
dikembangkan jenis pertanian dan perkebunan. Kedua adalah keterampilan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Ketiga adalah pendidikan keterampilan
penerbitan majalah.
5.1.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor pendukung pengelolaan pembelajaran dialogis pada program Paket B
di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah adalah tersedianya fasilitas internet 24 jam. Selain itu, lokasi sekolah yang berada di dalam lingkungan desa membuat
anak-anak tersebut tidak perlu jauh-jauh untuk belajar. Selain itu kemauan, motivasi dan kemandirian yang tinggi dari anak dengan segala keterbatasan
dengan tidak bergantung pada apapun dan siapapun, serta suasana yang menyenangkan diselimuti rasa persahabatan dan kekeluargaan, bebas dari
ancaman dalam segala aspek, menjadikan pengelolaan pembelajaran pada program Paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah berjalan begitu dinamis.
Faktor penghambat pengelolaan pembelajaran pada program Paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah antara lain adalah keengganan masyarakat
untuk menyekolahkan anaknya di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah karena paradigma pemikiran mereka yang masih percaya bahwa anak tidak pintar bila
tidak punya ijazah, sehingga mengharuskan pihak pengelola Qaryah Thayyibah mengusahakan ijazah bagi anak tingkat III karena tuntutan orangtuanya. Belum
lagi rendahnya dukungan finansial dan sikap pemerintah terhadap sekolah alternatif sehingga berakibat pada kurang lengkapnya peralatan teknis
laboratorium IPA dan perpustakaan. Selain itu yang menjadi faktor penghambat pengelolaan pembelajara adalah pendamping yang berstatus sebagai PNS yang
juga mengajar di sekolah formal lain, sehingga mengharuskan adanya pembagian jadwal yang jelas dengan pendamping lain.
5.2 Saran