Faktor Pendorong dan Penghambat Pengelolaan Pembelajaran

Tak sampai di situ, sejumlah novel pop, kumpulan puisi, katalog lukisan serta presentasi tertulis dan video berbagai mata pelajaran.yang diproduksi oleh anak-anak Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah sudah diterbitkan oleh penerbit MATAPENA dan LKIS Jogjakarta. Kini anak-anak sedang mempersiapkan sebuah album musik dan film hasil ciptaan mereka. Atas berbagai prestasi itu, Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah berhasil menyabet penghargaan Sanata Dharma Award dari Universitas sanata dharma Yogyakarta.

4.2.4 Faktor Pendorong dan Penghambat Pengelolaan Pembelajaran

Dialogis Paulo Freire pada Program Paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah Desa Kalibening Salatiga Jawa Tengah Terlaksanakannnya sebuah pengelolaan pembelajaran tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung dan penghambat pembelajaran. Faktor pendorong pembelajaran dialogis pada program paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah salah satunya adalah tersedianya akses internet 24 jam. Dengan akses internet yang disediakan tersebut, anak bebas berekspresi menambah ilmu pengetahuannya. Selain itu, lokasi sekolah yang berada di dalam lingkungan desa membuat anak-anak tersebut tidak perlu jauh-jauh ke kota untuk belajar. ketika pukul 07.00, saat anak-anak lainnya masih harus menempuh perjalanan ke sekolah, anak Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah sudah berada di kelas untuk belajar Bahasa Inggris. Keterdekatan sekolah dengan rumah juga memungkinkan anak-anak sederhana itu memanfaatkan ongkos transportasi untuk keperluan yang lain yang lebih penting. Seperti penuturan Bahruddin terkait faktor eksternal pendukung pembelajaran pada kelompok belajar program paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah berikut ini “kepedulian seorang Roy Budhianto sahabat karib saya saat kuliah hingga kini yang telah membuat hidup sekolah ini. Direktur Indonet Salatiga ini memberikan fasilitas akses internet gratis 24 jam. Hal tersebut sangat membantu mendukung dan tentunya bermanfaat bagi anak dan masyarakat dalam proses belajar. Berkat jasa dia QT disejajarkan dengan tujuh komunitas pengguna internet dan komputer terbaik dunia ” Faktor pendorong lainnya adalah dukungan dari berbagai elemen terhadap terselenggaranya proses belajar menjadikan pembelajaran pada kelompok belajar paket B menjadi kian dinamis. Kemauan dan motivasi yang tinggi untuk terus belajar dengan segala keterbatasan, kemandirian anak dalam belajar dengan tidak bergantung pada apapun dan siapapun, serta suasana menyenangkan diselimuti rasa persahabatan dan kekeluargaan dalam pelaksanaan pembelajaran menjadikan pengelolaan pembelajaran berlangsung dengan baik. Seperti penuturan Bahruddin berikut ini “saya senang melihat anak-anak QT yang memiliki semangat kemauan untuk belajar yang tinggi, yang barang kali tidak dimiliki oleh anak-anak sekolah formal lainnya. Dengan segala keterbatasan kami, mereka tetap bersemangat dan yang lebih penting adalah sikap senang dan gembira datang ke sekolah tanpa paksaan yang setiap harinya mereka jalani. Kalau biasanya anak-anak lain senang jika hari libur tiba, tidak demikian dengan anak-anak di QT, mereka justeru bersedih tidak bertemu dan bermain dengan teman-temannya di sini ” Senada dengan penuturan Bahruddin di atas, berikut hasil wawancara penulis dengan Ridwan yang merupakan salah satu pendamping yang aktif mendampingi anak-anak program paket B Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah “suasana belajar yang menyenangkan, interaksi yang terjalin berdasarkan kekeluargaan, saling membutuhkan, saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, motivasi anak untuk selalu belajar, itulah yang membuat dinamis sekolah QT ” Sedangkan yang menjadi faktor penghambat pengelolaan pembelajaran dialogis pada kelompok belajar program paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah antara lain adalah pemerintah kini menerapkan sistem pendidikan formal, nonformal, dan informal sebagai satu kesatuan utuh yang saling melengkapi. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun hingga saat ini pemerintah belum menunjukan sinyal yang jelas kepada sistem pendidikan berbasis komunitas yang termasuk dalam salah satu bagian dari pendidikan nonformal. Seperti penuturan Bahruddin berikut ini “dulu awalnya saya malah sempet diminta membubarkan diri oleh subdinas sekolah dasar menengah. Alasannya, muridnya cuma dua belas orang, sekolah yang muridnya dibawah dua puluh orang harus dibubarkan. Waktu itu saya sangat marah, seiring berjalannya waktu saya bisa buktikan berapa jumlah anak di Qaryah Thayyibah saat in i” Senada dengan Bahruddin, Nurul juga mengungkapkan hal yang serupa “kedala proses pembelajaran kami adalah dana. Tanpa bantuan dari dinas terkait, sekolah kami tidak akan langgeng” Sangat dipahami jika mereka menunggu sikap pemerintah terhadap nasib sekolah alternatif, karena rata-rata sekolah alternatif sekarang sangat bergantung pada individu masing-masing. Kondisi inilah faktor penghambat yang membuat Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah sedikit pesimis terhadap keberlangsungan sekolah mereka yang telah mereka lahirkan sejak sembilan tahun lalu. Untuk jalan penyelesaian kekurangan tersebut, pengelola menutupinya melalui sumbangan- sumbangan para orangtua anak tiap bulannya. Faktor penghambat lain proses pengelolaan pembelajaran pada kelompok belajar program paket B Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah adalah kurangnya alat teknis laboratorium IPA dan buku bacaan perpustakaan. Di Qaryah Thayyibah sangat minim peralatan teknis eksperimen IPA. Kembali lagi terbentur masalah dana, sekolah tidak memiliki anggaran untuk pengadaannya. Seperti hasil wawancara yang penulis dapatkan dari Ridwan mengenai faktor internal penghambat pelaksanaan proses pembelajaran berikut ini “bila alat-alat kesenian di QT saya kira sudah cukup. Namun kelemahannya adalah kurangnya alat teknis laboratorium IPA dan buku bacaan perpustakaan. Di QT sangat minim peralatan teknis eksperimen IPA. Kembali lagi terbentur masalah dana, sekolah tidak memiliki anggaran untuk pengadaannya ” Sedangkan menurut penuturan Nurul Munawaroh, terkait faktor penghambat pelaksanaan pengelolaan pembelajaran pada program paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah adalah “kadang-kadang pendamping yang berstatus sebagai PNS hanya datang seminggu sekali, jadi anak yang harus menyesuaikan jadwal dengan pendamping tersebut. Contohnya Pak Jono pendamping kesenian yang hanya datang tiap hari Rabu untuk belajar musik” Hal tersebut senada dengan penuturan Isna berikut ini “jumlah pendamping yang terbatas, jadi kalau pendamping ada acara tidak ada yang menggantikan sehingga kita harus belajar sendiri ” Selain itu juga tidak semua orangtua dapat menerima sistem belajar yang dijalankan oleh pihak Qaryah Thayyibah karena kurangnya pemahaman konsep belajar yang dijalankan di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah tentang hakekat belajar yang sesungguhnya. Contohnya orientasi orangtua anak yang kukuh menginginkan agar anaknya mendapatkan ijazah, sehingga membuat pengetahuan pembelajaran menjadi sedikit berubah. Sebab prinsip membebaskan harus terkotori dengan mambuat jadwal pelajaran yang memuat mata pelajaran kisi-kisi Ujian Nasional. Seperti penuturan Bahruddin berikut ini “… hambatan terbesar kami sesungguhnya adalah maind-set masyarakat pengenai hakekat belajar yang sesungguhnya belum tersampaikan dengan baik. Masih banyak masyarakat yang berorientasi bahwa anak tidak akan pintar jika tidak sekolah di sekolah formal, anak tidak pintar jika tidak punya ijazah. Itu sesungguhnya yang perlu kami hapus. Dulu siswa kita hampir 200 anak, lama- kelamaan hanya tersisa enam puluhan saja, salah satu penyebabnya adalah orangtua yang tidak mau menyekolahkan anaknya disini dengan alasan tersebut ” Dari beberapa hasil wawancara di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang menjadi faktor pendorong dalam pengelolaan pembelajaran dialogis Paulo Freire pada program paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah antara lain yaitu fasilitas akses internet 24 jam gratis, membuat anak bebas berekspresi menambah pengetahuannya. Banyak anak-anak yang mengetahui kompetisi menulis, lukisan, festival musik dan karya-karya lain dari internet yang membuat mereka berani mengeksplorasikan diri mereka. Selain itu kemauan, motivasi dan kemandirian yang tinggi dari anak dengan segala keterbatasan dengan tidak bergantung pada apapun dan siapapun, serta suasana yang menyenangkan diselimuti rasa persahabatan dan kekeluargaan, bebas dari ancaman dalam segala aspek, menjadikan pengelolaan pembelajaran pada program paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah berjalan begitu dinamis. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah sikap pemerintah terhadap nasib sekolah alternatif terkait pemberian bantuan dana sehingga berdampak pada minimnya alat-alat teknis laboratorium IPA dan perpustakaan di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah. Kemudian pendidik yang berstatus sebagai PNS harus mampu membagi jadwal pendampingan dengan pendamping yang lain. Tentunya hal tersebut akan berakibat pada keterlantaran anak dalam pengorganisasian belajar. Namun hal tersebut sedikit dapat terselesaikan dengan hadirnya pendamping bayangan yang bertugas menggantikan pendamping saat berhalangan atau terlambat hadir. Selain itu faktor eksternal penghambat pengelolaan pembelajaran dialogis pada program paket B di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah adalah tidak semua orangtua dapat memahami sistem belajar yang dijalankan oleh pihak Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah, karena kurangnya konsep pengetahuan tentang hakekat belajar yang sesungguhnya sehingga sedikit mengganggu proses pengelolaan pembelajaran. Misalnya orientasi orangtua yang kukuh agar anaknya memeroleh ijazah.

4.3 PEMBAHASAN