Pengertian Pembelajaran Dialogis Pembelajaran Dialogis

terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, anak akan terangsang mengikuti jejak mereka.

2.5 Pembelajaran Dialogis

2.5.1 Pengertian Pembelajaran Dialogis

Dialog selalu menjadi terma-lawan dari monolog. Dalam monolog salah satu pihak hanya memasukan perhatian pada diri sendiri. sedangkan dialog adalah suatu percakapan literer antara dua orang atau lebih dimana terdapat pertukaran arti atau nilai antara keduanya. Dengan kata lain dialog adalah interaksi diantara pribadi-pribadi yang saling memberikan diri dan berusaha mengenal pihak lain sebagaimana adanya. Ini berarti bahwa salah satu pihak tidak boleh mencoba hanya mengemukakan kebenaran dan pendangannya sendiri kepada pihak lain. Inilah relasi yang menjadi ciri dialog dan menjadi prasyarat komunikasi dialogikal. Dalam Bab III buku Pendidikan Kaum Tertindas, Freire mengawali pembahasan sengan analisis tentang konsep dialog. Menurutnya hakekat dialog adalah kata. Di dalam kata terkandung dua dimensi yaitu refleksi dan aksi yang saling berinteraksi. Kesatuan interaktif dan konsisten inilah yang disebut sebagai praksis. Seperti penuturan Freire berikut ini ... di dalam kata kita menemukan dua dimensi, refleksi dan tindakan, dalam suatu interaksi yang sangat mendasar hingga bila salah satunya dikorbankan –meskipun hanya sebagian- seketika yang lain dirugikan. Tidak ada kata sejati yang pada saat bersamaan juga tidak merupakan praksis. Hubungan simbiosis aksi dan refleksi adalah untuk menghindarkan timbulnya verbalisme. Perkataan, gagasan, teori, dan konsep yang melulu abstrak yang tercerabut dari lingkungan dan aktivitas riilnya hanya omong kosong belaka, inilah yang disebut verbalisme. Sementara aksi, teori dan perencanaan hanya menghasilkan aktivisme. Paulo Freire juga menjelaskan bahwa dialog adalah bentuk perjumpaan diantara sesama manusia dengan perantara dunia dalam rangka menamai dunia. Dengan demikian dialog tidak akan dapat terjadi antara orang-orang yang hendak menamai dunia dengan orang-orang yang memang tidak membutuhkan penamaan itu, yakni mereka yang menolak hak orang lain untuk mengatakan kata-kata sendiri, tidak diakui. Freire 1984: 9 menjelaskan bahwa pembelajaran dialogis merupakan model pembelajaran yang menganggap bahwa pendidikan merupakan proses membebaskan dan humanis. Di mana hubungan yang ideal antara pendidik dan warga belajar merupakan hubungan dialogikal. Model pembelajaran dialogis adalah konsep pembelajaran yang mempertegas posisi peran pendidik dan warga belajar tidak berada dalam posisi bawah, melainkan setara atau sederajat dalam proses saling belajar. Tidak ada saling dominasi antara kedua belah pihak, namun saling mengisi dan melengkapi. Warga belajar merupakan aktor utama dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan, sehingga yang perlu dilakukan adalah dialog, saling menawarkan apa yang mereka mengerti dan bukan menghafal, menumpuk pengetahuan namun terasing dari realitas sosial. Dialog diarahkan pada pemecahan masalah tertentu, dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan mengenai masalah teoritis dan empiris dengan yang praktis. Antara subyek bersifat timbal balik yang secara ideal bersifat simetris diantara keduanya. Dalam dialog tidak saling menyisihkan namun saling mengisi dan melengkapi. Dan unsur hakiki yang selalu terulang dalam dialog sifatnya adalah sama-sama diperlakukan sebagai subyek.

2.5.2 Karakteristik Pembelajaran Dialogis