103 Komposisi  campuran  beton  per  m
3
untuk  campuran  keempat  setelah  koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.19
Komposisi Campuran Keempat Setelah Koreksi Kadar Air Campuran  4
Semen = Tetap = 476 kg
Silica Fume = Tetap =
119 kg Agregat Halus Pasir = 591,764 x 1 + 2,02 =
609,458 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 =  1061,757 kg
Air = 160,52 – [591,764 x 2,99 - 2,775] – [1057 x
0,45 - 0,523] = 160,019 kg
Superplasticizer = 0,02 x 476 =
9,520 kg
Untuk  pembuatan  masing-masing  sampel  digunakan  hasil  hitungan  kebutuhan material  yang  baru  seperti  table  di  atas.  Pada  saat  akan  melakukan  pembuatan
sampel maka kadar air yang terkandung dalam agregat dan pasir diperiksa lagi di laboratorium,  karena  pengaruh  kandungan  air  yang  ada  dalam  agregat  dan  pasir
sangat  mempengaruhi  nilai  faktor  air  semen  dan  kebutuhan  air  yang  akan digunakan.
3.4.  Pengerjaan Beton
Pencampuran  bahan-bahan  penyusun  beton  dilakukan  agar  diperoleh  suatu komposisi  yang  solid  dari  bahan-bahan  penyusun  berdasarkan  rancangan  campuran
beton.  Sebelum  diimplementasikan  dalam  pelaksanaan  konstruksi  di  lapangan. Pencampuran  bahan-bahan  dapat  dilakukan  di  laboratorium.  Agar  tetap  terjaga
konsistensi  rancangannya,  tahapan  lebih  lanjut  dalam  pengolahan  beton  perlu
Universitas Sumatera Utara
104 diperhatikan. Komposisi yang baik akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi, tetapi
jika pelaksanaannya tidak di kontrol dengan baik, kemungkinan dihasilkannya beton yang  tak  sesuai  dengan  rencana  akan  semakin  besar.  Cara  pengolahan  ini  akan
menentukan kualitas dari beton yang akan dibuat. Adapun pelaksanaannya meliputi: 1.  Persiapan
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal-hal  berikut ini harus terlebih dahulu diperhatikan:
a.  Semua peralatan untuk pengadukan pengangkutan beton harus bersih. b.  Wadah  yang  diisi  dengan  beton  harus  bebas  dari  kotoran-kotoran  yang
mengganggu. c.  Untuk  memudahkan  pembukaan  wadah  boleh  dilapisi  dengan  bahan  khusus,
antara  lain  lapisan  minyak  mineral,  lapisan  bahan  kimia  vaselin  atau lembaran polyurethane.
2.  Ukuran Benda Uji Pada umumnya benda uji silinder berukuran Ø 15 cm x 30 cm ditetapkan
sebagai  standar  untuk  evaluasi  kekuatan  beton  mutu  tinggi.  Akan  tetapi,  silinder dengan ukuran Ø 10 cm x 20 cm sering juga digunakan. Selain itu kubus dengan
ukuran  15  cm  x  15  cm  x  15  cm  juga  dapat  digunakan  untuk  evaluasi  kekuatan beton  mutu  tinggi.  Ukuran  benda  uji  yang  digunakan  oleh  produsen  beton  harus
sesuai dengan kapasitas beban mesin tes dan konsisten dengan ukuran silinder dan kubus  yang  ditentukan  oleh  desainer  sebagai  syarat  untuk  penerimaan.
Pengukuran kekuatan dengan menggunakan silinder Ø 15 cm x 30 cm tidak dapat diganti begitu saja dengan menggunakan silinder Ø 10 cm x 20 cm.
Universitas Sumatera Utara
105 3.  Tipe Cetakan
Tipe  cetakan  yang  digunakan  mempunyai  pengaruh  yang  penting  pada pengukuran  kekuatan  tekan.  Pada  umumnya,  benda  uji  yang  dicetak  dengan
menggunakan bahan baja akan menghasilkan kekuatan tekan yang lebih konsisten dari  pada  benda  uji  yang  dicetak  dengan  menggunakan  bahan  plastik.  Cetakan
yang dibuat dari material kardus tidak dianjurkan untuk beton mutu tinggi. 4.  Penakaran
Penakaran  bahan-bahan  penyusun  beton  yang  dihasilkaan  dari  hasil rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam pasal 3.3.2 SK. SNI.
T.-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton dan ASTM C. 685 Standard Made By Volume Batching and Continous Mixing  serta ASTM.
94. 5.  Pengadukan Pencampuran
Setelah  didapatkan  komposisi  yang  direncanakan  untuk  kuat  tekan tertentu, maka proses selanjutnya adalah pencampuran. Komposisinya disesuaikan
dengan  kapasitas  alat  aduk.  Secara  umum  pengadukan  dilakukan  sampai didapatkan  suatu  sifat  yang  plastis  dalam  campuran  beton  segar.  Indikasinya
adalah warna adukan merata, kelecekan yang cukup, dan tampak homogen. Metode  pengadukan  dapat  dibedakan  menjadi  dua  yaitu  manual  dan
dengan mesin. Pengadukan manual dilakukan dengan tenaga manusia sepenuhnya yaitu  dengan  tangan,  sedangkan  pengadukan  dengan  mesin  memanfaatkan
bantuan  alat  aduk  seperti  molen  atau  baching  plan.  Pengadukan  dengan  tangan biasanya  dilakukan  jika  kebutuhan  akan  beton  lebih  kecil  dari  10  m
3
dalam  satu
Universitas Sumatera Utara
106 periode yang pendek. Menurut SNI, jika kebutuhan adukan lebih kecil dari 10 m
3
, desain campurannya harus direncanakan.
6.  Slump Pada  umumnya,  beton  mutu  tinggi  harus  ditempatkan  dengan  slump
terendah yang masih mungkin untuk dapat dikerjakan dan dipadatkan di lapangan dengan  tepat.  Slump  50  sampai  100  mm  memberikan  workabilitas  yang
diperlukan untuk sebagian besar aplikasi di lapangan. Karena kadar agregat kasar dan bahan semen yang tinggi dan rendahnya fas, beton mutu tinggi biasanya sulit
ditempatkandicor.  Akan  tetapi,  beton  mutu  tinggi  dapat  dibuat  dengan  slump tinggi  dengan  bantuan  HRWR  tanpa  segregasi.  Beton  yang  mudah  mengalir
dengan  slump  melebihi  200  mm,  dengan  adanya  penambahan  HRWR,  sangat efektif dalam pengisian rongga kosong voids antara tulangan yang sangat rapat.
Dalam  situasi  dimana  loss  slump  menjadi  masalah,  nilai  slump  diiginkan  untuk pengecoran  dapat  dicapai  kembali  dengan  baik  melalui  pemberian  dosis  HRWR
tambahan dalam beton. Pemberian HRWR tambahan mengakibatkan peningkatan kekuatan hampir pada semua umur pengetesan.
7.  Penuangan Adukan Untuk menghindari terjadinya  segregasi dan bleeding, maka hal-hal  yang
perlu  diperhatikan  dalam  penuangan  beton.  Adapun  hal-hal  yang  perlu diperhatikan dalam penuangan adukan yaitu:
a.  Campuran  yang  akan  dituangkan  harus  ditempatkan  sedekat  mungkin  dengan cetakan  akhir  untuk  mencegah  segregasi  karena  penanganan  kembali  atau
pengaliran adukan.
Universitas Sumatera Utara
107 b.  Pembetonan  harus  dilaksanakan  dengan  kecepatan  penuangan  yang  diatur
sedemikian  rupa  sehingga  campuran  beton  selalu  dalam  keadaan  plastis  dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan.
c.  Campuran  beton  yang  telah  mengeras  atau  yang  telah  terkotori  oleh  material asing tidak boleh dituang dalam struktur.
d.  Campuran  beton  yang  telah  mengeras  atau  telah  mengalami  penambahan  air tidak boleh dituangkan.
e.  Beton  dituangkan  harus  dipadatkan  dengan  alat  yang  tepat  secara  sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua rongga beton.
8.  Pengangkutan
Setelah pengadukan selesai, campuran beton dibawa ke tempat penuangan. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat penyimpanan akhir
sebelum  dituang  harus  dilakukan  sedemikian  rupa  untuk  mencegah  terjadinya pemisahan  atau  kehilangan  material.  Alat  angkut  yang  digunakan  harus  mampu
menyediakan  beton  di  tempat  penyimpanan  akhir  dengan  lancar  tanpa mengakibatkan  pemisahan  dari  bahan  yang  telah  dicampur  dan  tanpa  hambatan
yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas  beton antara pengangkutan  yang berurutan.
9.  Pemadatan Beton
Pemadatan  dilakukan  segera  setelah  beton  dituang  ke  dalam  cetakan. Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial setting time  pada beton. Dalam
praktiknya,  pengidikasian  initial  setting  dilakukan  dengan  cara  menusuk  beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk 10 cm berarti
Universitas Sumatera Utara
108 setting  time
belum  tercapai.  Pemadatan  dimaksudkan  untuk  menghilangkan rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton segar.
Alat pemadat sendiri dapat berupa kayu atau besi tulangan. Alat pemadat mesin juga bisa digunakan. Alat pemadat ini lebih dikenal dengan vibrator atau
alat  getar.  Pemadatan  dilakukan  dengan  penggetaran.  Campuran  beton  akan mengalir dan memadat karena rongga-rongga terisi dengan butir-butir yang lebih
halus. Alat getar ini dibagi menjadi dua, yaitu: a.  Alat  getar  intern  internal  vibrator,  yaitu  alat  getar  berupa  tongkat  dan
digerakkan  dengan  mesin.  Untuk  menggunakannya,  tongkat  dimasukkan  ke dalam beton pada waktu tertentu, tanpa harus menyebabkan bleeding.
b.  Alat getar cetakan external vibrator or form vibrator, yaitu alat getar  yang getar  yang  menggetarkan  form  work  sehingga  betonnya  bergetar  dan
memadat. Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan adalah:
a.  Pada  jarak  yang  berdekatanpendek,  pemadatan  dengan  alat  getar dilaksanakan dalam waktu yang pendek,
b.  Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan beratnya sendiri, c.  Tidak menyebabkan terjadinya bleeding,
d.  Pemadatan merata, 10.  Pekerjaan Akhir Finishing
Pekerjaan  finishing  untuk  mendapatkan  sebuah  permukaan  beton  yang rata  dan  mulus.  Pekerjaan  ini  biasanya  dilakukan  saat  beton  belum  mengalami
final  setting, karena  pada  masa  ini  beton  masih  bisa  dibentuk,  alat  yang
digunakan biasanya ruskam, jidar dan alat perata lainnya.
Universitas Sumatera Utara
109 11.  Perawatan Beton
Perawatan  ini  dilakukan  setelah  beton  mengalami  final  setting,  artinya beton  telah  mengeras.  Perawatan  ini  dilakukan  agar  proses  hidrasi  selanjutnya
tidak  mengalami  gangguan.  Jika  hal  ini  terjadi,  beton  mengalami  keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan minimal dilakukan 7 tujuh
hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 tiga hari serta harus diperhatikan  dalam  kondisi  lembab,  kecuali  dilakukan  dengan  perawatan  yang
dipercepat. Perawatan  ini  tidak  hanya  dimaksudkan  untuk  mendapatkan  kekuatan
tekan  beton  yang  tinggi  tapi  juga  dimaksudkan  untuk  memperbaiki  mutu  dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas
dari dimensi struktur.
12.  Capping Benda Uji Sebelum  pengetesan  silinder,  ujung-ujungnya  biasanya  diberi  capping
terlebih dahulu agar gaya yang diberikan oleh mesin uji dapat terdistribusi secara merata  pada  benda  uji.  Mortar  Sulfur  belerang  merupakan  material  capping
yang  paling  banyak  digunakan.  Bahan  ini  jika  dipersiapkan  dengan  tepat  dapat memberiakan  hasil  yang  ekonomis,  baik,  dan  dapat  mecapai  kekuatan  yang
tinggi dalam waktu yang singkat. Ketebalan  capping  berkisar  antara  1,5  sampai  3  mm  untuk  benda  uji
beton mutu tinggi. Pada penggunaan capping dari belerang pada benda uji beton mutu  tinggi,  kondisi  ujung  benda  uji  yang  tidak  rata  harus  diperbaiki  terlebih
dahulu  sebelum  di  capping.  Kondisi  ujung  yang  tidak  rata  dan  rongga  kosong
Universitas Sumatera Utara
110 antara  capping  dengan  permukaan  ujung  silinder  dapat  menimbulkan  pengaruh
negatif dalam pengukuran kekuatan tekan.
13.  Pengujian Kuat Tekan Beton dan Kuat Tekan Beton Karakteristik Setelah beton dirawat dan telah berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28
hari, dilakukan pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan alat mesin kuat tekan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari benda uji. Setelah data
pengujian  kuat  tekan  di  dapat  maka  kuat  tekan  beton  dapat  dihitung  dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.2:
fc’ =
P A
Dimana: fc’   = Kuat tekan beton yang diisyaratkan MPa
P = Beban maksimum kN
A = Luas penampang benda uji cm
2
Setelah  didapatkan  hasil  data  kuat  tekan  beton,  maka  kuat  tekan  beton karakteristik  dapat  dihitung  dengan  rumus  pada  persamaan  2.3,  2.4,  dan
2.5:
� =
�’ −�’ �
�
�−
σ’bm
=
�’
�
�
σ’bk = σ’bm - 1.64.s
Universitas Sumatera Utara
111 Dimana:
s = Deviasi standar kgcm
2
σ’b   = Kuat tekan beton dari masing-masing benda uji kgcm
2
σ’bm   = Kuat tekan beton rata-rata kgcm
2
σ’bm  = Kuat tekan beton karakteristik kgcm
2
N = Jumlah benda uji
s = Standar deviasi
3.5.  Pengolahan data