89
3.3. Perancangan Campuran Beton Mutu Tinggi dengan Metode ACI
American Concrete Institute 3.3.1. Umum
Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan komposisi campuran beton metu tinggi dan untuk mengoptimalkan campuran beton mutu tinggi tersebut.
Perancangan ini hanya terbatas pada beton mutu tinggi yang diproduksi dengan menggunakan bahanmaterial dan metode produksi konvensional. Beton
mutu tinggi didefenisikan sebagai beton yang mempunyai kekuatan tekan f’c 42 MPa
atau lebih.
3.3.2. Persyaratan untuk Kerja dan Perancangan
a. Umur Pengujian Penentuan komposisi campuran beton dapat dipengaruhi oleh umur beton
pada saat pengujian. Beton mutu tinggi dapat memperoleh tambahan kekuatan yang besar setelah umur 28 hari. Untuk memanfaatkan sifat ini, banyak spesifikasi
untuk kuat tekan dimodifikasi dari kriteria umur 28 hari ke umur 56 hari, 91 hari, atau lebih.
b. Bahan Campuran Bahan yang digunakan dalam campuran beton harus memenuhi standar
sebagai berikut: 1 Air harus memenuhi syarat yang berlaku, dalam hal ini tertuang dalam SK.
SNI. S-04-1989- F tentang “Spesifikasi Air sebagai Bahan Bangunan”.
Universitas Sumatera Utara
90 2 Semen harus memenuhi syarat SII-0013-
81, tentang “Mutu dan Cara Uji Semen Portl
and” atau SK. SNI. S-04-1989-F tentang “Spesifikasi Bahan Perekat sebagai Bahan Bangunan”.
3 Agregat harus memenuhi syarat SII-0052- 80, tentang “Mutu dan Cara Uji
Agregat Beton” atau SK. SNI. S-04-1989-F tentang “Spesifikasi Agregat sebagai Bahan Bangunan”.
4 Bahan tambah yang digunakan harus memenuhi syarat SK. SNI. S-18-1990-03 tentang “Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton” atau SK. SNI. S-19-1990-
03 jika menggunakan bahan tambah gelembung udara.
3.3.3. Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi Mix Design.
Dalam perhitungan ini, nilai-nilai yang perlu diketahui sebelum perhitungan yaitu: Kuat tekan yang disyaratkan
f’c= 70 MPa pada umur 28 hari. Pasir yang digunakan pasir alam, dengan karakteristik sebagai berikut: modulus kehalusan =
2,519; berat jenis pasir kering = 2,476; kapasitas absorpsi = 2,775; berat isi padat kering oven = 1665,68 kgm
3
. Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah, ukuran maksimum agregat
dibatasi 20 mm dengan karakteristik sebagai berikut: Berat jenis relatif kering oven = 2,810; kapasitas absorpsi= 0,523, berat isi padat kering oven = 1467,97 kgm
3
. Bahan tambah untuk mempermudah pengerjaan dipakai superplasticizer
dengan jumlah dosis yang sama untuk setiap variasi yaitu sebesar 2 dari berat semen. Semen yang dipakai adalah semen Portland Type I dengan berat jenis = 3,05.
Bahan tambah pengganti sebahagian semen dipakai silica fume dengan kadar 5- 20. Silica fume yang digunakan memiliki berat jenis = 2,495.
Universitas Sumatera Utara
91
1. Langkah 1: Menentukan Slump dan Kekuatan yang diinginkan.
Karena HRWR digunakan, beton didesain berdasarkan slump antara 25-50 mm sebelum penambahan superplasticizer.
Dengan Menggunakan persamaan f’
cr
=
f c
+9,65 0,90
maka nilai kuat tekan rata- rata
fcr’ dapat ditentukan.
fcr’ =
70 +9,65 0,90
= 88,50 Mpa pada umur 28 hari
2. Langkah 2: Menentukan Ukuran Agregat Kasar Maksimum
Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan 88,50 MPa 62 MPa, maka digunakan agregat kasar batu pecah dengan ukuran maksimum 20 mm.
3. Langkah 3: Menentukan Kadar Agregat Kasar Optimum
Karena ukuran agregat kasar maksimum 20 mm, maka dari Tabel 2.12 didapat fraksi berat kering agregat kasar optimum = 0,72. Nilai DRUW Dry-
Rodded Unir Weight atau berat isi kering oven agregat kasar adalah 1468 kgm
3
. Berat Kering Agregat OD = DRUW x DRUW
Berat Kering Agregat OD = 0,72 x 1468 kgm
3
Berat Kering Agregat OD = 1057 kgm
3
4. Langkah 4: Estimasi Kadar Air Pencampuran dan Kadar Udara
Berdasarkan pada slump awal sebesar 25-50 mm dan ukuran maksimum agregat kasar 20 mm, dari tabel 2.13 didapat estimasi pertama kebutuhan air yaitu
170 kgm
3
dan kandungan udara terperangkap, untuk campuran yang menggunakan superplasticizer adalah 2.
Universitas Sumatera Utara
92 Dengan menggunakan persamaan 2.10, voids content pasir yang
digunakan adalah: V
= 1 -
1665,68 2,476 x 1000
x 100 = 33 Penyesuaian air campuran, dihitung dengan menggunakan persamaan
2.11 adalah: Koreksi air campuran = 33
– 35 x 4,74 = -9,48 kgm
3
Maka, total air campuran yang diperlukan per m
3
beton = 160,52 kg. Air campuran yang diperlukan itu termasuk retarding admixture, tetapi tidak
termasuk air dalam HRWR.
5. Langkah 5: Menentukan Wc+p
Lihat Tabel 4.3.5 b untuk beton yang dibuat dengan menggunakan superplasticizer
dan ukuran maksimum agregat 20 mm, dan yang mempunyai kekuatan tekan rata-rata yang ditargetkan untuk kondisi laboratorium
fcr’ sebesar 88.50 Mpa pada umur 28 hari. Harus dicatat bahwa kekuatan tekan yang
ditabelkan dalam Tabel 2.14 dan Tabel 2.15 adalah kekuatan tekan rata-rata yang diperlukan di lapangan. Oleh karena itu nilai kekuatan yang dipakai dalam tabel
adalah: 0,90 x 88,50 = 79.65 Mpa
Maka nilai Wc+p yang digunakan yaitu 0,27.
Universitas Sumatera Utara
93
6. Langkah 6: Menghitung Kadar Bahan Semen
Berat bahan semen per m
3
beton adalah: 160,52 : 0,27 = 595 kg.
7. Langkah 7: Penentuan Komposisi Campuran Dasar hanya dengan Semen Portland saja tanpa Silica Fume
a. Kadar semen per m
3
= 595 kg b. Volume material per kgm
3
kecuali pasir sebagai berikut:
Tabel 3.2
Volume Material Campuran per kgm
3
Tanpa Pasir Semen = 5953050 =
0,195 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,752 m
3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,752 = 0,248 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,248 x 2476 = 614 kg
Kebutuhan superplasticizer 2 = 595 x 2 = 11,9 kg
Universitas Sumatera Utara
94 c. Maka, berat campuran beton per m
3
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Komposisi Campuran Dasar
Campuran Dasar Semen =
595 kg Agregat Halus Pasir =
614 kg Agregat Kasar Batu Pecah =
1057 kg Air =
160,52 kg Superplasticizer
= 11,9 kg
8. Langkah 8: Komposisi Campuran dengan Semen dan Silica Fume
a. Silica Fume yang digunakan mempunyai berat jenis 2,495. b. Persentase penggantian kadar semen portland dengan silica fume dibuat
dengan beberapa variasi campuran. Dalam penelitian ini menggunakan 4 empat varian campuran yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.4
Variasi Campuran Silica Fume Campuran 1
5 Campuran 2
10 Campuran 3
15 Campuran 4
20
c. Untuk campuran pertama, berat silica fume per m
3
beton adalah = 0,05 x 595 = 29,75 kg,
Maka, berat semen = 595
– 29,75 = 565,25 kg.
Universitas Sumatera Utara
95 Untuk campuran yang lain dihitung dengan cara yang sama. Nilainya sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Kebutuhan Semen Silica Fume dalam Campuran kg
Campuran Gabungan Semen
kg Silica Fume
kg Total
kg Campuran 1
565,25 29,75
595 Campuran 2
535,50 59,50
595 Campuran 3
505,75 89,25
595 Campuran 4
476,00 119,0
595
d. Untuk campuran pertama, volume semen per m
3
beton adalah = 565,25 3050 = 0,185 m
3
, dan Volume silica fume
per m
3
beton adalah = 29,75 2495 = 0,012 m
3
Untuk volume semen, silica fume, dan total bahan semen untuk masing-masing
campuran adalah:
Tabel 3.6 Kebutuhan Semen Silica Fume dalam Campuran
Campuran Gabungan Semen
m
3
Silica Fume m
3
Total m
3
Campuran 1 0,185
0,012 0,197
Campuran 2 0,176
0,024 0,199
Campuran 3 0,166
0,036 0,202
Campuran 4 0,156
0,048 0,204
Universitas Sumatera Utara
96 e. Untuk semua campuran, volume agregat kasar, air, dan udara per m
3
beton adalah sama dengan campuran dasar yang tidak mengandung bahan semen.
Bagaimanapun juga, volume bahan semen bervariasi untuk setiap campuran. Berat pasir yang diperlukan per m
3
beton untuk campuran pertama sebagai berikut:
Tabel 3.7
Komposisi Bahan Volume dalam Campuran Pertama Tanpa Pasir Komposisi
Volume Semen =
0,197 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,754 m
3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,754 = 0,246 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,246 x 2476 = 609,096 kg per m
3
beton.
Universitas Sumatera Utara
97 Berat pasir yang diperlukan per m
3
beton untuk campuran kedua sebagai berikut:
Tabel 3.8
Komposisi Bahan Volume dalam Campuran Kedua Tanpa Pasir Komposisi
Volume Semen =
0,199 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,756 m
3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,756 = 0,244 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,244 x 2476 = 604,144 kg per m
3
beton. Berat pasir yang diperlukan per m
3
beton untuk campuran ketiga sebagai berikut:
Tabel 3.9
Komposisi Bahan Volume dalam Campuran Ketiga Tanpa Pasir Komposisi
Volume Semen =
0,202 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,759 m
3
Universitas Sumatera Utara
98 Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,759 = 0,241 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,241 x 2476 = 596,716 kg per m
3
beton.
Berat pasir yang diperlukan per m
3
beton untuk campuran keempat sebagai berikut:
Tabel 3.10 Komposisi Bahan Volume dalam Campuran Keempat Tanpa Pasir
Komposisi Volume
Semen = 0,204 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,761 m
3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,761 = 0,239 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,239 x 2476 = 591,764 kg per m
3
beton.
Universitas Sumatera Utara
99 Komposisi campuran beton untuk masing-masing campuran adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.11
Komposisi Campuran Pertama Campuran 1
Semen = 565,25 kg
Silica Fume =
29,75 kg Agregat Halus Pasir, Kering =
609,096 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering =
1057 kg Air =
160,52 kg Superplasticizer
= 0,02 x 565,25 = 11,305 kg
Tabel 3.12 Komposisi Campuran Kedua
Campuran 2 Semen =
535,50 kg Silica Fume
= 59,500 kg
Agregat Halus Pasir, Kering = 604,144 kg
Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 kg
Air = 160,52 kg
Superplasticizer = 0,02 x 535,50 =
10,710 kg
Universitas Sumatera Utara
100
Tabel 3.13
Komposisi Campuran Ketiga Campuran 3
Semen = 505,75 kg
Silica Fume =
89,25 kg Agregat Halus Pasir, Kering =
596,716 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering =
1057 kg Air =
160,52 kg Superplasticizer
= 0,02 x 505,75 = 10,115 kg
Tabel 3.14
Komposisi Campuran Keempat Campuran 4
Semen = 476 kg
Silica Fume =
119 kg Agregat Halus Pasir, Kering =
591,764 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering =
1057 kg Air =
160,52 kg Superplasticizer
= 0,02 x 476 = 9,520 kg
9. Langkah 9: Campuran Percobaan Trial Mix
Hal ini dilakukan untuk campuran dasar dan masing-masing dari keempat campuan tersebut di atas. Agregat halus pasir diketahui mempunyai kadar air
2,99 dan daya serap 2,775 sedangkan agregat kasar batu pecah diketahui mempunyai kadar air 0,45 dan daya serap 0,523.
Universitas Sumatera Utara
101 Maka, komposisi campuran beton per m
3
untuk campuran dasar setelah koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.15
Komposisi Campuran Dasar Setelah Koreksi Kadar Air Campuran Dasar
Semen = Tetap = 595 kg
Agregat Halus Pasir = 614 x 1 + 2,99 = 632,359 kg
Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 = 1061,757 kg Air = 160,52
– [614 x 2,99 - 2,775] – [1057 x 0,45 - 0,523] =
159,972 kg
Superplasticizer = 0,02 x 595 =
11,900 kg
Komposisi campuran beton per m
3
untuk campuran pertama setelah koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.16
Komposisi Campuran Pertama Setelah Koreksi Kadar Air Campuran 1
Semen = Tetap = 565,25 kg
Silica Fume = Tetap =
29,75 kg Agregat Halus Pasir = 609,096 x 1 + 2,02 =
627,308 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 = 1061,757 kg
Air = 160,52 – [609,096 x 2,99 - 2,775] – [1057 x
0,45 - 0,523] = 159,982 kg
Superplasticizer = 0,02 x 565,25 =
11,305 kg
Universitas Sumatera Utara
102 Komposisi campuran beton per m
3
untuk campuran kedua setelah koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.17
Komposisi Campuran Kedua Setelah Koreksi Kadar Air Campuran 2
Semen = Tetap = 535,50 kg
Silica Fume = Tetap =
59,50 kg Agregat Halus Pasir = 604,144 x 1 + 2,02 =
622,208 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 = 1061,757 kg
Air = 160,52 – [604,144 x 2,99 - 2,775] – [1057 x
0,45 - 0,523] = 159,993 kg
Superplasticizer = 0,02 x 535,50 =
10,710 kg
Komposisi campuran beton per m
3
untuk campuran ketiga setelah koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.18 Komposisi Campuran Ketiga Setelah Koreksi Kadar Air
Campuran 3 Semen = Tetap =
505,75 kg Silica Fume
= Tetap = 89,25 kg
Agregat Halus Pasir = 596,716 x 1 + 2,02 = 614,558 kg
Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 = 1061,757 kg Air = 160,52
– [596,716 x 2,99 - 2,775] – [1057 x 0,45 - 0,523] =
160,009 kg
Superplasticizer = 0,02 x 505,75 =
10,115 kg
Universitas Sumatera Utara
103 Komposisi campuran beton per m
3
untuk campuran keempat setelah koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.19
Komposisi Campuran Keempat Setelah Koreksi Kadar Air Campuran 4
Semen = Tetap = 476 kg
Silica Fume = Tetap =
119 kg Agregat Halus Pasir = 591,764 x 1 + 2,02 =
609,458 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 = 1061,757 kg
Air = 160,52 – [591,764 x 2,99 - 2,775] – [1057 x
0,45 - 0,523] = 160,019 kg
Superplasticizer = 0,02 x 476 =
9,520 kg
Untuk pembuatan masing-masing sampel digunakan hasil hitungan kebutuhan material yang baru seperti table di atas. Pada saat akan melakukan pembuatan
sampel maka kadar air yang terkandung dalam agregat dan pasir diperiksa lagi di laboratorium, karena pengaruh kandungan air yang ada dalam agregat dan pasir
sangat mempengaruhi nilai faktor air semen dan kebutuhan air yang akan digunakan.
3.4. Pengerjaan Beton
Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu komposisi yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan campuran
beton. Sebelum diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan. Pencampuran bahan-bahan dapat dilakukan di laboratorium. Agar tetap terjaga
konsistensi rancangannya, tahapan lebih lanjut dalam pengolahan beton perlu
Universitas Sumatera Utara
104 diperhatikan. Komposisi yang baik akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi, tetapi
jika pelaksanaannya tidak di kontrol dengan baik, kemungkinan dihasilkannya beton yang tak sesuai dengan rencana akan semakin besar. Cara pengolahan ini akan
menentukan kualitas dari beton yang akan dibuat. Adapun pelaksanaannya meliputi: 1. Persiapan
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus terlebih dahulu diperhatikan:
a. Semua peralatan untuk pengadukan pengangkutan beton harus bersih. b. Wadah yang diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran yang
mengganggu. c. Untuk memudahkan pembukaan wadah boleh dilapisi dengan bahan khusus,
antara lain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia vaselin atau lembaran polyurethane.
2. Ukuran Benda Uji Pada umumnya benda uji silinder berukuran Ø 15 cm x 30 cm ditetapkan
sebagai standar untuk evaluasi kekuatan beton mutu tinggi. Akan tetapi, silinder dengan ukuran Ø 10 cm x 20 cm sering juga digunakan. Selain itu kubus dengan
ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm juga dapat digunakan untuk evaluasi kekuatan beton mutu tinggi. Ukuran benda uji yang digunakan oleh produsen beton harus
sesuai dengan kapasitas beban mesin tes dan konsisten dengan ukuran silinder dan kubus yang ditentukan oleh desainer sebagai syarat untuk penerimaan.
Pengukuran kekuatan dengan menggunakan silinder Ø 15 cm x 30 cm tidak dapat diganti begitu saja dengan menggunakan silinder Ø 10 cm x 20 cm.
Universitas Sumatera Utara
105 3. Tipe Cetakan
Tipe cetakan yang digunakan mempunyai pengaruh yang penting pada pengukuran kekuatan tekan. Pada umumnya, benda uji yang dicetak dengan
menggunakan bahan baja akan menghasilkan kekuatan tekan yang lebih konsisten dari pada benda uji yang dicetak dengan menggunakan bahan plastik. Cetakan
yang dibuat dari material kardus tidak dianjurkan untuk beton mutu tinggi. 4. Penakaran
Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkaan dari hasil rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam pasal 3.3.2 SK. SNI.
T.-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton dan ASTM C. 685 Standard Made By Volume Batching and Continous Mixing serta ASTM.
94. 5. Pengadukan Pencampuran
Setelah didapatkan komposisi yang direncanakan untuk kuat tekan tertentu, maka proses selanjutnya adalah pencampuran. Komposisinya disesuaikan
dengan kapasitas alat aduk. Secara umum pengadukan dilakukan sampai didapatkan suatu sifat yang plastis dalam campuran beton segar. Indikasinya
adalah warna adukan merata, kelecekan yang cukup, dan tampak homogen. Metode pengadukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu manual dan
dengan mesin. Pengadukan manual dilakukan dengan tenaga manusia sepenuhnya yaitu dengan tangan, sedangkan pengadukan dengan mesin memanfaatkan
bantuan alat aduk seperti molen atau baching plan. Pengadukan dengan tangan biasanya dilakukan jika kebutuhan akan beton lebih kecil dari 10 m
3
dalam satu
Universitas Sumatera Utara
106 periode yang pendek. Menurut SNI, jika kebutuhan adukan lebih kecil dari 10 m
3
, desain campurannya harus direncanakan.
6. Slump Pada umumnya, beton mutu tinggi harus ditempatkan dengan slump
terendah yang masih mungkin untuk dapat dikerjakan dan dipadatkan di lapangan dengan tepat. Slump 50 sampai 100 mm memberikan workabilitas yang
diperlukan untuk sebagian besar aplikasi di lapangan. Karena kadar agregat kasar dan bahan semen yang tinggi dan rendahnya fas, beton mutu tinggi biasanya sulit
ditempatkandicor. Akan tetapi, beton mutu tinggi dapat dibuat dengan slump tinggi dengan bantuan HRWR tanpa segregasi. Beton yang mudah mengalir
dengan slump melebihi 200 mm, dengan adanya penambahan HRWR, sangat efektif dalam pengisian rongga kosong voids antara tulangan yang sangat rapat.
Dalam situasi dimana loss slump menjadi masalah, nilai slump diiginkan untuk pengecoran dapat dicapai kembali dengan baik melalui pemberian dosis HRWR
tambahan dalam beton. Pemberian HRWR tambahan mengakibatkan peningkatan kekuatan hampir pada semua umur pengetesan.
7. Penuangan Adukan Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penuangan beton. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penuangan adukan yaitu:
a. Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan cetakan akhir untuk mencegah segregasi karena penanganan kembali atau
pengaliran adukan.
Universitas Sumatera Utara
107 b. Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang diatur
sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan.
c. Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh material asing tidak boleh dituang dalam struktur.
d. Campuran beton yang telah mengeras atau telah mengalami penambahan air tidak boleh dituangkan.
e. Beton dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua rongga beton.
8. Pengangkutan
Setelah pengadukan selesai, campuran beton dibawa ke tempat penuangan. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat penyimpanan akhir
sebelum dituang harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya pemisahan atau kehilangan material. Alat angkut yang digunakan harus mampu
menyediakan beton di tempat penyimpanan akhir dengan lancar tanpa mengakibatkan pemisahan dari bahan yang telah dicampur dan tanpa hambatan
yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan.
9. Pemadatan Beton
Pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang ke dalam cetakan. Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial setting time pada beton. Dalam
praktiknya, pengidikasian initial setting dilakukan dengan cara menusuk beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk 10 cm berarti
Universitas Sumatera Utara
108 setting time
belum tercapai. Pemadatan dimaksudkan untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton segar.
Alat pemadat sendiri dapat berupa kayu atau besi tulangan. Alat pemadat mesin juga bisa digunakan. Alat pemadat ini lebih dikenal dengan vibrator atau
alat getar. Pemadatan dilakukan dengan penggetaran. Campuran beton akan mengalir dan memadat karena rongga-rongga terisi dengan butir-butir yang lebih
halus. Alat getar ini dibagi menjadi dua, yaitu: a. Alat getar intern internal vibrator, yaitu alat getar berupa tongkat dan
digerakkan dengan mesin. Untuk menggunakannya, tongkat dimasukkan ke dalam beton pada waktu tertentu, tanpa harus menyebabkan bleeding.
b. Alat getar cetakan external vibrator or form vibrator, yaitu alat getar yang getar yang menggetarkan form work sehingga betonnya bergetar dan
memadat. Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan adalah:
a. Pada jarak yang berdekatanpendek, pemadatan dengan alat getar dilaksanakan dalam waktu yang pendek,
b. Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan beratnya sendiri, c. Tidak menyebabkan terjadinya bleeding,
d. Pemadatan merata, 10. Pekerjaan Akhir Finishing
Pekerjaan finishing untuk mendapatkan sebuah permukaan beton yang rata dan mulus. Pekerjaan ini biasanya dilakukan saat beton belum mengalami
final setting, karena pada masa ini beton masih bisa dibentuk, alat yang
digunakan biasanya ruskam, jidar dan alat perata lainnya.
Universitas Sumatera Utara
109 11. Perawatan Beton
Perawatan ini dilakukan setelah beton mengalami final setting, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya
tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan minimal dilakukan 7 tujuh
hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 tiga hari serta harus diperhatikan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang
dipercepat. Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan
tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas
dari dimensi struktur.
12. Capping Benda Uji Sebelum pengetesan silinder, ujung-ujungnya biasanya diberi capping
terlebih dahulu agar gaya yang diberikan oleh mesin uji dapat terdistribusi secara merata pada benda uji. Mortar Sulfur belerang merupakan material capping
yang paling banyak digunakan. Bahan ini jika dipersiapkan dengan tepat dapat memberiakan hasil yang ekonomis, baik, dan dapat mecapai kekuatan yang
tinggi dalam waktu yang singkat. Ketebalan capping berkisar antara 1,5 sampai 3 mm untuk benda uji
beton mutu tinggi. Pada penggunaan capping dari belerang pada benda uji beton mutu tinggi, kondisi ujung benda uji yang tidak rata harus diperbaiki terlebih
dahulu sebelum di capping. Kondisi ujung yang tidak rata dan rongga kosong
Universitas Sumatera Utara
110 antara capping dengan permukaan ujung silinder dapat menimbulkan pengaruh
negatif dalam pengukuran kekuatan tekan.
13. Pengujian Kuat Tekan Beton dan Kuat Tekan Beton Karakteristik Setelah beton dirawat dan telah berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28
hari, dilakukan pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan alat mesin kuat tekan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari benda uji. Setelah data
pengujian kuat tekan di dapat maka kuat tekan beton dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.2:
fc’ =
P A
Dimana: fc’ = Kuat tekan beton yang diisyaratkan MPa
P = Beban maksimum kN
A = Luas penampang benda uji cm
2
Setelah didapatkan hasil data kuat tekan beton, maka kuat tekan beton karakteristik dapat dihitung dengan rumus pada persamaan 2.3, 2.4, dan
2.5:
� =
�’ −�’ �
�
�−
σ’bm
=
�’
�
�
σ’bk = σ’bm - 1.64.s
Universitas Sumatera Utara
111 Dimana:
s = Deviasi standar kgcm
2
σ’b = Kuat tekan beton dari masing-masing benda uji kgcm
2
σ’bm = Kuat tekan beton rata-rata kgcm
2
σ’bm = Kuat tekan beton karakteristik kgcm
2
N = Jumlah benda uji
s = Standar deviasi
3.5. Pengolahan data
Setelah bahan dan alat uji siap serta sampel uji telah dibuat, maka siap untuk diuji sesuai prosedur penelitian. Hasil dari pengujian berupa data-data kasar yang
masih perlu diolah lebih lanjut untuk mengetahui hubungankorelasi antara satu pengujian dengan pengujian lainnya. Secara umum dari pengujian-pengujian yang
akan dilakukan nantinya akan menghasilkan pengaruh perawatan dan penambahan silica fume
pada mutu beton.
Universitas Sumatera Utara
112
BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Umum
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Seluruh tahap pekerjaan yang direncanakan pada penelitian ini telah selesai
dilaksanakan. Dimulai dari tahap pemeriksaan material pasir dan batu pecah, perhitungan campuran beton, kemudian persiapan bahan dan material, pembuatan
benda uji, perawatan curing benda uji sampai dengan pengujian kuat tekan dapat dilaksanakan tanpa menemui kesulitan yang berarti. Hasil penelitian yang berupa
data-data, selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.
4.2. Pemeriksaan Bahan Susun
Bahan susun untuk campuran beton mutu tinggi yang dipergunakan meliputi: agregat kasar batu pecah, agregat halus pasir, semen, air, superplastisizer, dan
silica fume . Dari hasil pengujian pasir di laboratorium didapatkan hasil modulus
kehalusan butir atau Fineness Modulus FM sebesar 2,519 dan termasuk gradasi untuk zona 2, berat jenis pasir kering bulk sebesar 2,476, daya serap atau kapasitas
absorpsi sebesar 2,775, berat isi padat kering oven sebesar 1665,68 kgm
3
dan kadar lumpur sebesar 1.
Hasil pengujian kerikil didapatkan hasil modulus kehalusan butir atau Fineness Modulus
FM sebesar 6,945, berat jenis bulk sebesar 2,810, daya serap atau kapasitas absorpsi sebesar 0,523, berat isi padat kering oven sebesar 1467,97
kgm
3
dan kadar lumpur sebesar 0,55. Hasil pengujian silica fume didapatkan hasil
Universitas Sumatera Utara
113 berat jenis sebesar 2,495. Selain itu hasil pengujian semen tipe I didapatkan berat
jenis sebesar 3,050. Secara umum dari hasil pemeriksaan dan pengujian bahan susun tersebut
memenuhi syarat untuk pembuatan beton. Untuk hasil lengkap dari pemeriksaan bahan susun campuran beton mutu tinggi ini, dapat dilihat pada lampiran 1.
4.3. Proses Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengadukan menggunakan mesin pengaduk atau molen. Benda uji beton setiap variasi dikurangi
proporsi semennya dan digantikan dengan silica fume secara gradual mulai dari 5; 10; 15 dan 20 dari berat semen, serta dengan menggunakan bahan tambah
superplasticizer sebesar 2 dari berat semen. Proses pembuatan adukan beton adalah
sebagai berikut: 1. Proses awal pembuatan benda uji beton normal tanpa penggantian sebagian semen
dengan silica fume dan penambahan superplasticizer sebesar 2 dari berat semen adalah dengan pengadukan menggunakan mesin pengaduk molen didahului
dengan memasukkan pasir, kemudian diaduk, setelah itu semen portland dimasukkan ke dalam molen, kemudian diaduk lagi sampai pasir dan semen
tercampur secara merata. Kemudian disiramkan air yang telah dicampur dengan superplasticizer
sedikit demi sedikit ke dalam molen sampai campuran tadi membentuk pasta. Setelah itu masukkan kerikil, kemudian di aduk kembali. Air
kembali disiramkan ke dalam molen secara merata sampai habis. Kemudian campuran beton tadi diaduk sampai adukan terlihat telah homogen.
2. Setelah adukan homogen, dilaksanakan pengujian slump. Kemudian diukur nilai slump
dari adukan tersebut, jika belum sesuai dengan nilai slump yang
Universitas Sumatera Utara
114 direncanakan maka campuran dimasukkan kembali untuk dilakukan penyesuaian
dengan penambahan air. 3. Setelah slump yang didapatkan sesuai dengan rencana, adukan beton dimasukkan
ke dalam kedalam cetakan silinder. Pengisian adukan dilakukan tiga tahap, masing-masing 13 dari tinggi cetakan. Setiap tahap dipadatkan dengan cara
dirojok menggunakan tongkat baja sebanyak 25 kali. Selain dipadatkan dengan cara dirojok, pemadatan bisa juga dilakukan dengan cara menggunakan mesin
penggetar atau vibrator. Dengan menggunakan vibrator, kepadatan adukan beton dalam silinder jauh lebih baik.
4. Untuk pembuatan benda uji dengan penggantian sebagian semen dengan silica fume
adalah dengan melakukan tahapan-tahapan seperti penjelasan di atas. Perbedaannya silica fume dimasukkan setelah semen dimasukkan. Kemudian
pasir, semen dan silica fume diaduk sampai merata. Kemudian tahapannya sama seperti penjelasan di atas.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam pengujian kuat tekan yang akan dilakukan adalah kondisi permukaan benda uji. Permukaan yang rata akan
menghasilkan nilai kuat tekan yang baik karena distribusi beban akan tersebar secara merata ke seluruh permukaan benda uji.
4.4. Hasil Perencanaan Campuran Beton Mix Design dengan Metode ACI
Perencanaan campuran beton mix design yang digunakan dalam penelitian ini adalah perencanaan campuran dengan metode ACI American Concrete Institute,
dan hasil lengkap perencanaan campuran beton mix design dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
115 metode ACI American Concrete Institute ini dapat dilihat pada lampiran. Berikut
ini adalah komposisi kebutuhan bahan untuk campuran beton mutu tinggi:
Tabel 4.1
Kebutuhan Bahan Susun Beton Tiap 1 m
3
Kadar SF
Kadar SP
Volume Berat
Berat Pasir
kg Berat
Batu Pecah
kg Air
kg SP
kg SF
kg Semen
kg
2,0 160,52
11,90 595
614 1057
5,0 2,0
160,52 11,305
29,75 565,25 609,096
1057 10,0
2,0 160,52
10,710 59,50
535,50 604,144 1057
15,0 2,0
160,52 10,115
89,25 505,75 596,716
1057 20,0
2,0 160,52
9,520 119
476 591,764
1057
4.5. Hasil Pengujian dan Pembahasan
4.5.1. Hasil Pengujian Slump dan Workability
Workability kemudahan pengerjaan beton dapat dilihat dari nilai slump yang
terjadi. Karena nilai slump merupakan parameter workability, semakin tinggi nilai slump
maka semakin mudah proses pengerjaan beton workability. Beton mutu tinggi menggunakan nilai fas rendah, berarti air yang digunakan sangat sedikit,
sehingga nilai slump rendah. Dalam penelitian ini nilai slump yang seharusnya rendah berkisar antara 25-50 mm karena pada beton mutu tinggi air yang digunakan
sangat sedikit, dengan cara menambahkan bahan tambah superplasticizer yang bisa menjadikan nilai slump lebih tinggi dari yang direncanakan. Dalam penelitian ini,
pemakaian bahan tambah superplasticizer semua sama untuk setiap variasi yaitu sebesar 2,0 dari berat semen. Dengan penambahan superplasticizer diharapkan
akan diperoleh tingkat workability yang tinggi untuk mencapai nilai slump yang sesuai tanpa terjadi bleeding dan segregasi. Superplasticizer merupakan bahan
Universitas Sumatera Utara
116 tambah kimia yang mempunyai pengaruh dalam meningkatkan workability beton
sampai pada tingkat yang cukup besar L. J Murdock dan Brook, 1978. Pada penelitian-penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa
pengurangan air pada adukan beton akan membuat nilai fas menjadi lebih kecil sehingga kuat tekan beton meningkat, tetapi hal tersebut bisa berdampak pada
turunnya nilai slump. Seiring dengan menurunnya nilai slump pada adukan beton, maka tingkat workability juga akan menurun, dengan kata lain semakin banyak
pengurangan air dalam adukan beton maka kuat tekan beton akan meningkat, akan tetapi semakin kecil nilai fas maka akan menurunkan nilai slump dan tingkat
workability , hal tersebut akan sangat berpengaruh pada proses pengerjaan beton.
Namun dengan menambahkan bahan tambah beton tanpa pengurangan air, tingkat penurunan workability dapat dihindari sehingga saat pengerjaan beton dilaksanakan
bisa menjadi lebih mudah dan bisa mendapatkan kuat tekan beton yang lebih baik. Dalam penelitian ini setiap benda uji dilakukan empat titik pengujian slump,
kemudian dari empat kali pengujian ini diambil nilai slump rata-rata. Hasil uji slump dengan menggunakan superplasticizer 2 dan kadar silica fume bervariasi disajikan
dalam Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
117
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Slump Beton Segar dengan Kadar Superplasticizer
2 dan Kadar Silica Fume Bervariasi
Kadar SF
Kadar SP
Volume Berat
Berat Pasir kg
Berat Kerikil
kg Slump
cm Slump
Rata-rata cm
Air Liter
SP Liter
SF kg
Semen kg
2,0 160,52
11,90 595
614 1057
4,00 4,50
4,50 5,00
4,50
5,0 2,0
160,52 11,305
29,75 565,25
609,096 1057
4,50 4,00
3,50 4,00
4,00
10,0 2,0
160,52 10,710
59,50 535,50
604,144 1057
3,50 3,00
4,50 3,50
3,63
15,0 2,0
160,52 10,115
89,25 505,75
596,716 1057
3,50 3,00
3,50 4,00
3,50
20,0 2,0
160,52 9,520
119 476
591,764 1057
3,50 3,50
3,00 3,50
3,38
Gambar 4.1
Pengaruh Kadar Silica Fume Terhadap Nilai Slump
4.50 4.00
3.63 3.50
3.38
1 2
3 4
5 6
5 10
15 20
Nila i
S lu
m p
c m
Kadar Silica Fume
NILAI SLUMP PADA TIAP VARIASI
NILAI SLUMP PADA TIAP VARIASI
NILAI SLUMP PADA TIAP VARIASI
NILAI SLUMP PADA TIAP VARIASI
Universitas Sumatera Utara
118 Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa semakin besar kadar silica
fume semakin menurun nilai slumpnya. Hal tersebut diakibatkan karena silica fume
lebih banyak menyerap air jika dibandingkan dengan semen, sehingga adukan menjadi lebih kering yang kemudian mempengaruhi nilai slump beton segar menjadi
semakin rendah sesuai dengan kadar silica fume yang ditambahkan.
Gambar 4.2 Pengujian Slump pada Campuran Beton Normal
4.5.2. Data dan Analisis Hasil Pengujian Kuat Tekan Benda Uji