89
3.3. Perancangan  Campuran  Beton  Mutu  Tinggi  dengan  Metode  ACI
American Concrete Institute 3.3.1.  Umum
Tujuan  dari  perancangan  ini  adalah  untuk  menentukan  komposisi  campuran beton metu tinggi dan untuk mengoptimalkan campuran beton mutu tinggi tersebut.
Perancangan  ini  hanya  terbatas  pada  beton  mutu  tinggi  yang  diproduksi dengan  menggunakan  bahanmaterial  dan  metode  produksi  konvensional.  Beton
mutu tinggi didefenisikan sebagai beton yang mempunyai kekuatan tekan f’c 42 MPa
atau lebih.
3.3.2.  Persyaratan untuk Kerja dan Perancangan
a.  Umur Pengujian Penentuan komposisi campuran beton dapat dipengaruhi oleh umur beton
pada  saat  pengujian.  Beton  mutu  tinggi  dapat  memperoleh  tambahan  kekuatan yang besar setelah umur 28 hari. Untuk memanfaatkan sifat ini, banyak spesifikasi
untuk kuat tekan dimodifikasi dari kriteria umur 28 hari ke umur 56 hari, 91 hari, atau lebih.
b.  Bahan Campuran Bahan  yang  digunakan  dalam  campuran  beton  harus  memenuhi  standar
sebagai berikut: 1 Air  harus  memenuhi  syarat  yang  berlaku,  dalam  hal  ini  tertuang  dalam  SK.
SNI. S-04-1989- F tentang “Spesifikasi Air sebagai Bahan Bangunan”.
Universitas Sumatera Utara
90 2 Semen  harus  memenuhi  syarat  SII-0013-
81,  tentang  “Mutu  dan  Cara  Uji Semen  Portl
and”  atau  SK.  SNI.  S-04-1989-F  tentang  “Spesifikasi  Bahan Perekat sebagai Bahan Bangunan”.
3 Agregat  harus  memenuhi  syarat  SII-0052- 80,  tentang  “Mutu  dan  Cara  Uji
Agregat  Beton”  atau  SK.  SNI.  S-04-1989-F  tentang  “Spesifikasi  Agregat sebagai Bahan Bangunan”.
4 Bahan tambah yang digunakan harus memenuhi syarat SK. SNI. S-18-1990-03 tentang “Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton” atau SK. SNI. S-19-1990-
03 jika menggunakan bahan tambah gelembung udara.
3.3.3.  Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi Mix Design.
Dalam  perhitungan  ini,  nilai-nilai  yang  perlu  diketahui  sebelum  perhitungan yaitu:  Kuat  tekan  yang  disyaratkan
f’c=  70  MPa  pada  umur  28  hari.  Pasir  yang digunakan  pasir  alam,  dengan  karakteristik  sebagai  berikut:  modulus  kehalusan  =
2,519; berat jenis pasir kering = 2,476; kapasitas absorpsi = 2,775; berat isi padat kering oven = 1665,68 kgm
3
. Agregat  kasar  yang  digunakan  adalah  batu  pecah,  ukuran  maksimum  agregat
dibatasi 20 mm dengan karakteristik sebagai berikut: Berat jenis relatif kering oven = 2,810; kapasitas absorpsi= 0,523, berat isi padat kering oven = 1467,97 kgm
3
. Bahan  tambah  untuk  mempermudah  pengerjaan  dipakai  superplasticizer
dengan  jumlah  dosis  yang  sama  untuk  setiap  variasi  yaitu  sebesar  2  dari  berat semen. Semen yang dipakai adalah semen Portland Type I dengan berat jenis = 3,05.
Bahan  tambah  pengganti  sebahagian  semen  dipakai  silica  fume  dengan  kadar  5- 20. Silica fume yang digunakan memiliki berat jenis = 2,495.
Universitas Sumatera Utara
91
1.  Langkah 1: Menentukan Slump dan Kekuatan yang diinginkan.
Karena HRWR digunakan, beton didesain berdasarkan slump antara 25-50 mm sebelum penambahan superplasticizer.
Dengan Menggunakan persamaan f’
cr
=
f c
+9,65 0,90
maka nilai kuat tekan rata- rata
fcr’ dapat ditentukan.
fcr’ =
70 +9,65 0,90
= 88,50 Mpa pada umur 28 hari
2.  Langkah 2: Menentukan Ukuran Agregat Kasar Maksimum
Kuat  tekan  rata-rata  yang  ditargetkan  88,50  MPa    62  MPa,  maka digunakan agregat kasar batu pecah dengan ukuran maksimum 20  mm.
3.  Langkah 3: Menentukan Kadar Agregat Kasar Optimum
Karena  ukuran  agregat  kasar  maksimum  20  mm,  maka  dari  Tabel  2.12 didapat  fraksi  berat  kering  agregat  kasar  optimum  =  0,72.  Nilai  DRUW  Dry-
Rodded Unir Weight atau berat isi kering oven agregat kasar adalah 1468 kgm
3
. Berat Kering Agregat OD = DRUW x DRUW
Berat Kering Agregat OD = 0,72 x 1468 kgm
3
Berat Kering Agregat OD = 1057 kgm
3
4.  Langkah 4: Estimasi Kadar Air Pencampuran dan Kadar Udara
Berdasarkan  pada  slump  awal  sebesar  25-50  mm  dan  ukuran  maksimum agregat kasar 20 mm, dari tabel 2.13 didapat estimasi pertama kebutuhan air yaitu
170  kgm
3
dan  kandungan  udara  terperangkap,  untuk  campuran  yang menggunakan superplasticizer adalah 2.
Universitas Sumatera Utara
92 Dengan  menggunakan  persamaan  2.10,  voids  content  pasir  yang
digunakan adalah: V
= 1 -
1665,68 2,476  x 1000
x 100 = 33 Penyesuaian  air  campuran,  dihitung  dengan  menggunakan  persamaan
2.11 adalah: Koreksi air campuran = 33
– 35 x 4,74 = -9,48 kgm
3
Maka, total air campuran  yang diperlukan per m
3
beton = 160,52 kg. Air campuran  yang  diperlukan  itu  termasuk  retarding  admixture,  tetapi  tidak
termasuk air dalam HRWR.
5.  Langkah 5: Menentukan Wc+p
Lihat  Tabel  4.3.5  b  untuk  beton  yang  dibuat  dengan  menggunakan superplasticizer
dan  ukuran  maksimum  agregat  20  mm,  dan  yang  mempunyai kekuatan  tekan  rata-rata  yang  ditargetkan  untuk  kondisi  laboratorium
fcr’ sebesar 88.50 Mpa pada umur 28 hari. Harus dicatat bahwa kekuatan tekan yang
ditabelkan dalam Tabel 2.14 dan Tabel 2.15 adalah kekuatan tekan rata-rata yang diperlukan  di  lapangan.  Oleh  karena  itu  nilai  kekuatan  yang  dipakai  dalam  tabel
adalah: 0,90 x 88,50 = 79.65 Mpa
Maka nilai Wc+p yang digunakan yaitu 0,27.
Universitas Sumatera Utara
93
6.  Langkah 6: Menghitung Kadar Bahan Semen
Berat bahan semen per m
3
beton adalah: 160,52 : 0,27 = 595 kg.
7.  Langkah 7: Penentuan Komposisi Campuran Dasar hanya dengan Semen Portland saja tanpa Silica Fume
a.  Kadar semen per m
3
= 595 kg b.  Volume material per kgm
3
kecuali pasir sebagai berikut:
Tabel 3.2
Volume Material Campuran per kgm
3
Tanpa Pasir Semen = 5953050 =
0,195 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,752 m
3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,752 = 0,248 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,248 x 2476 = 614 kg
Kebutuhan superplasticizer 2 = 595 x 2 = 11,9 kg
Universitas Sumatera Utara
94 c.  Maka, berat campuran beton per m
3
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Komposisi Campuran Dasar
Campuran Dasar Semen =
595 kg Agregat Halus Pasir =
614 kg Agregat Kasar Batu Pecah =
1057 kg Air =
160,52 kg Superplasticizer
= 11,9 kg
8.  Langkah 8: Komposisi Campuran dengan Semen dan Silica Fume
a.  Silica Fume yang digunakan mempunyai berat jenis 2,495. b.  Persentase  penggantian  kadar  semen  portland  dengan  silica  fume  dibuat
dengan  beberapa  variasi  campuran.  Dalam  penelitian  ini  menggunakan  4 empat varian campuran yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.4
Variasi Campuran Silica Fume Campuran  1
5 Campuran  2
10 Campuran  3
15 Campuran  4
20
c.  Untuk campuran pertama, berat silica fume per m
3
beton adalah = 0,05 x 595 = 29,75 kg,
Maka, berat semen = 595
– 29,75 = 565,25 kg.
Universitas Sumatera Utara
95 Untuk campuran  yang lain dihitung dengan cara  yang sama. Nilainya sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Kebutuhan Semen  Silica Fume dalam Campuran kg
Campuran Gabungan Semen
kg Silica Fume
kg Total
kg Campuran  1
565,25 29,75
595 Campuran  2
535,50 59,50
595 Campuran  3
505,75 89,25
595 Campuran  4
476,00 119,0
595
d.  Untuk campuran pertama, volume semen per m
3
beton adalah = 565,25  3050 = 0,185 m
3
, dan Volume silica fume
per m
3
beton adalah = 29,75  2495 = 0,012 m
3
Untuk volume semen, silica fume, dan total bahan semen untuk masing-masing
campuran adalah:
Tabel 3.6 Kebutuhan Semen  Silica Fume dalam Campuran
Campuran Gabungan Semen
m
3
Silica Fume m
3
Total m
3
Campuran  1 0,185
0,012 0,197
Campuran  2 0,176
0,024 0,199
Campuran  3 0,166
0,036 0,202
Campuran  4 0,156
0,048 0,204
Universitas Sumatera Utara
96 e.  Untuk  semua  campuran,  volume  agregat  kasar,  air,  dan  udara  per  m
3
beton adalah  sama  dengan  campuran  dasar  yang  tidak  mengandung  bahan  semen.
Bagaimanapun juga, volume bahan semen bervariasi untuk setiap campuran. Berat  pasir  yang  diperlukan  per  m
3
beton  untuk  campuran  pertama  sebagai berikut:
Tabel 3.7
Komposisi Bahan  Volume dalam Campuran Pertama Tanpa Pasir Komposisi
Volume Semen =
0,197 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,754 m
3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,754 = 0,246 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,246 x 2476 = 609,096 kg per m
3
beton.
Universitas Sumatera Utara
97 Berat  pasir  yang  diperlukan  per  m
3
beton  untuk  campuran  kedua  sebagai berikut:
Tabel 3.8
Komposisi Bahan  Volume dalam Campuran Kedua Tanpa Pasir Komposisi
Volume Semen =
0,199 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,756 m
3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,756 = 0,244 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,244 x 2476 = 604,144 kg per m
3
beton. Berat  pasir  yang  diperlukan  per  m
3
beton  untuk  campuran  ketiga  sebagai berikut:
Tabel 3.9
Komposisi Bahan  Volume dalam Campuran Ketiga Tanpa Pasir Komposisi
Volume Semen =
0,202 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,759 m
3
Universitas Sumatera Utara
98 Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,759 = 0,241 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,241 x 2476 = 596,716 kg per m
3
beton.
Berat  pasir  yang  diperlukan  per  m
3
beton  untuk  campuran  keempat  sebagai berikut:
Tabel 3.10 Komposisi Bahan  Volume dalam Campuran Keempat Tanpa Pasir
Komposisi Volume
Semen = 0,204 m
3
Agregat kasar = 10572810 = 0,376 m
3
Air = 160,521000 = 0,161 m
3
Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m
3
Volume total =
0,761 m
3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m
3
beton adalah = 1
– 0,761 = 0,239 m
3
Sebagai berat kering per m
3
beton, berat pasir yang diperlukan adalah = 0,239 x 2476 = 591,764 kg per m
3
beton.
Universitas Sumatera Utara
99 Komposisi  campuran  beton  untuk  masing-masing  campuran  adalah  sebagai
berikut:
Tabel 3.11
Komposisi Campuran Pertama Campuran  1
Semen = 565,25 kg
Silica Fume =
29,75 kg Agregat Halus Pasir, Kering =
609,096 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering =
1057 kg Air =
160,52 kg Superplasticizer
= 0,02 x 565,25 = 11,305 kg
Tabel 3.12 Komposisi Campuran Kedua
Campuran  2 Semen =
535,50 kg Silica Fume
= 59,500 kg
Agregat Halus Pasir, Kering = 604,144 kg
Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 kg
Air = 160,52 kg
Superplasticizer = 0,02 x 535,50 =
10,710 kg
Universitas Sumatera Utara
100
Tabel 3.13
Komposisi Campuran Ketiga Campuran  3
Semen = 505,75 kg
Silica Fume =
89,25 kg Agregat Halus Pasir, Kering =
596,716 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering =
1057 kg Air =
160,52 kg Superplasticizer
= 0,02 x 505,75 = 10,115 kg
Tabel 3.14
Komposisi Campuran Keempat Campuran  4
Semen = 476 kg
Silica Fume =
119 kg Agregat Halus Pasir, Kering =
591,764 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering =
1057 kg Air =
160,52 kg Superplasticizer
= 0,02 x 476 = 9,520 kg
9.  Langkah 9: Campuran Percobaan Trial Mix
Hal ini dilakukan untuk campuran dasar dan masing-masing dari keempat campuan  tersebut  di  atas.  Agregat  halus  pasir  diketahui  mempunyai  kadar  air
2,99  dan  daya  serap  2,775  sedangkan  agregat  kasar  batu  pecah  diketahui mempunyai kadar air 0,45 dan daya serap 0,523.
Universitas Sumatera Utara
101 Maka,  komposisi  campuran  beton  per  m
3
untuk  campuran  dasar  setelah  koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.15
Komposisi Campuran Dasar Setelah Koreksi Kadar Air Campuran Dasar
Semen = Tetap = 595 kg
Agregat Halus Pasir = 614 x 1 + 2,99 = 632,359 kg
Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 =  1061,757 kg Air = 160,52
– [614 x 2,99 - 2,775] – [1057 x 0,45 - 0,523] =
159,972 kg
Superplasticizer = 0,02 x 595 =
11,900 kg
Komposisi campuran beton per m
3
untuk campuran pertama setelah koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.16
Komposisi Campuran Pertama Setelah Koreksi Kadar Air Campuran  1
Semen = Tetap = 565,25 kg
Silica Fume = Tetap =
29,75 kg Agregat Halus Pasir = 609,096 x 1 + 2,02 =
627,308 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 =  1061,757 kg
Air = 160,52 – [609,096 x 2,99 - 2,775] – [1057 x
0,45 - 0,523] = 159,982 kg
Superplasticizer = 0,02 x 565,25 =
11,305 kg
Universitas Sumatera Utara
102 Komposisi campuran beton per m
3
untuk campuran kedua setelah koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.17
Komposisi Campuran Kedua Setelah Koreksi Kadar Air Campuran  2
Semen = Tetap = 535,50 kg
Silica Fume = Tetap =
59,50 kg Agregat Halus Pasir = 604,144 x 1 + 2,02 =
622,208 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 =  1061,757 kg
Air = 160,52 – [604,144 x 2,99 - 2,775] – [1057 x
0,45 - 0,523] = 159,993 kg
Superplasticizer = 0,02 x 535,50 =
10,710 kg
Komposisi campuran beton per m
3
untuk campuran ketiga setelah koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.18 Komposisi Campuran Ketiga Setelah Koreksi Kadar Air
Campuran  3 Semen = Tetap =
505,75 kg Silica Fume
= Tetap = 89,25 kg
Agregat Halus Pasir = 596,716 x 1 + 2,02 = 614,558 kg
Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 =  1061,757 kg Air = 160,52
– [596,716 x 2,99 - 2,775] – [1057 x 0,45 - 0,523] =
160,009 kg
Superplasticizer = 0,02 x 505,75 =
10,115 kg
Universitas Sumatera Utara
103 Komposisi  campuran  beton  per  m
3
untuk  campuran  keempat  setelah  koreksi kadar air agregat adalah:
Tabel 3.19
Komposisi Campuran Keempat Setelah Koreksi Kadar Air Campuran  4
Semen = Tetap = 476 kg
Silica Fume = Tetap =
119 kg Agregat Halus Pasir = 591,764 x 1 + 2,02 =
609,458 kg Agregat Kasar Batu Pecah, Kering = 1057 x 1 + 0,45 =  1061,757 kg
Air = 160,52 – [591,764 x 2,99 - 2,775] – [1057 x
0,45 - 0,523] = 160,019 kg
Superplasticizer = 0,02 x 476 =
9,520 kg
Untuk  pembuatan  masing-masing  sampel  digunakan  hasil  hitungan  kebutuhan material  yang  baru  seperti  table  di  atas.  Pada  saat  akan  melakukan  pembuatan
sampel maka kadar air yang terkandung dalam agregat dan pasir diperiksa lagi di laboratorium,  karena  pengaruh  kandungan  air  yang  ada  dalam  agregat  dan  pasir
sangat  mempengaruhi  nilai  faktor  air  semen  dan  kebutuhan  air  yang  akan digunakan.
3.4.  Pengerjaan Beton
Pencampuran  bahan-bahan  penyusun  beton  dilakukan  agar  diperoleh  suatu komposisi  yang  solid  dari  bahan-bahan  penyusun  berdasarkan  rancangan  campuran
beton.  Sebelum  diimplementasikan  dalam  pelaksanaan  konstruksi  di  lapangan. Pencampuran  bahan-bahan  dapat  dilakukan  di  laboratorium.  Agar  tetap  terjaga
konsistensi  rancangannya,  tahapan  lebih  lanjut  dalam  pengolahan  beton  perlu
Universitas Sumatera Utara
104 diperhatikan. Komposisi yang baik akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi, tetapi
jika pelaksanaannya tidak di kontrol dengan baik, kemungkinan dihasilkannya beton yang  tak  sesuai  dengan  rencana  akan  semakin  besar.  Cara  pengolahan  ini  akan
menentukan kualitas dari beton yang akan dibuat. Adapun pelaksanaannya meliputi: 1.  Persiapan
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal-hal  berikut ini harus terlebih dahulu diperhatikan:
a.  Semua peralatan untuk pengadukan pengangkutan beton harus bersih. b.  Wadah  yang  diisi  dengan  beton  harus  bebas  dari  kotoran-kotoran  yang
mengganggu. c.  Untuk  memudahkan  pembukaan  wadah  boleh  dilapisi  dengan  bahan  khusus,
antara  lain  lapisan  minyak  mineral,  lapisan  bahan  kimia  vaselin  atau lembaran polyurethane.
2.  Ukuran Benda Uji Pada umumnya benda uji silinder berukuran Ø 15 cm x 30 cm ditetapkan
sebagai  standar  untuk  evaluasi  kekuatan  beton  mutu  tinggi.  Akan  tetapi,  silinder dengan ukuran Ø 10 cm x 20 cm sering juga digunakan. Selain itu kubus dengan
ukuran  15  cm  x  15  cm  x  15  cm  juga  dapat  digunakan  untuk  evaluasi  kekuatan beton  mutu  tinggi.  Ukuran  benda  uji  yang  digunakan  oleh  produsen  beton  harus
sesuai dengan kapasitas beban mesin tes dan konsisten dengan ukuran silinder dan kubus  yang  ditentukan  oleh  desainer  sebagai  syarat  untuk  penerimaan.
Pengukuran kekuatan dengan menggunakan silinder Ø 15 cm x 30 cm tidak dapat diganti begitu saja dengan menggunakan silinder Ø 10 cm x 20 cm.
Universitas Sumatera Utara
105 3.  Tipe Cetakan
Tipe  cetakan  yang  digunakan  mempunyai  pengaruh  yang  penting  pada pengukuran  kekuatan  tekan.  Pada  umumnya,  benda  uji  yang  dicetak  dengan
menggunakan bahan baja akan menghasilkan kekuatan tekan yang lebih konsisten dari  pada  benda  uji  yang  dicetak  dengan  menggunakan  bahan  plastik.  Cetakan
yang dibuat dari material kardus tidak dianjurkan untuk beton mutu tinggi. 4.  Penakaran
Penakaran  bahan-bahan  penyusun  beton  yang  dihasilkaan  dari  hasil rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam pasal 3.3.2 SK. SNI.
T.-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton dan ASTM C. 685 Standard Made By Volume Batching and Continous Mixing  serta ASTM.
94. 5.  Pengadukan Pencampuran
Setelah  didapatkan  komposisi  yang  direncanakan  untuk  kuat  tekan tertentu, maka proses selanjutnya adalah pencampuran. Komposisinya disesuaikan
dengan  kapasitas  alat  aduk.  Secara  umum  pengadukan  dilakukan  sampai didapatkan  suatu  sifat  yang  plastis  dalam  campuran  beton  segar.  Indikasinya
adalah warna adukan merata, kelecekan yang cukup, dan tampak homogen. Metode  pengadukan  dapat  dibedakan  menjadi  dua  yaitu  manual  dan
dengan mesin. Pengadukan manual dilakukan dengan tenaga manusia sepenuhnya yaitu  dengan  tangan,  sedangkan  pengadukan  dengan  mesin  memanfaatkan
bantuan  alat  aduk  seperti  molen  atau  baching  plan.  Pengadukan  dengan  tangan biasanya  dilakukan  jika  kebutuhan  akan  beton  lebih  kecil  dari  10  m
3
dalam  satu
Universitas Sumatera Utara
106 periode yang pendek. Menurut SNI, jika kebutuhan adukan lebih kecil dari 10 m
3
, desain campurannya harus direncanakan.
6.  Slump Pada  umumnya,  beton  mutu  tinggi  harus  ditempatkan  dengan  slump
terendah yang masih mungkin untuk dapat dikerjakan dan dipadatkan di lapangan dengan  tepat.  Slump  50  sampai  100  mm  memberikan  workabilitas  yang
diperlukan untuk sebagian besar aplikasi di lapangan. Karena kadar agregat kasar dan bahan semen yang tinggi dan rendahnya fas, beton mutu tinggi biasanya sulit
ditempatkandicor.  Akan  tetapi,  beton  mutu  tinggi  dapat  dibuat  dengan  slump tinggi  dengan  bantuan  HRWR  tanpa  segregasi.  Beton  yang  mudah  mengalir
dengan  slump  melebihi  200  mm,  dengan  adanya  penambahan  HRWR,  sangat efektif dalam pengisian rongga kosong voids antara tulangan yang sangat rapat.
Dalam  situasi  dimana  loss  slump  menjadi  masalah,  nilai  slump  diiginkan  untuk pengecoran  dapat  dicapai  kembali  dengan  baik  melalui  pemberian  dosis  HRWR
tambahan dalam beton. Pemberian HRWR tambahan mengakibatkan peningkatan kekuatan hampir pada semua umur pengetesan.
7.  Penuangan Adukan Untuk menghindari terjadinya  segregasi dan bleeding, maka hal-hal  yang
perlu  diperhatikan  dalam  penuangan  beton.  Adapun  hal-hal  yang  perlu diperhatikan dalam penuangan adukan yaitu:
a.  Campuran  yang  akan  dituangkan  harus  ditempatkan  sedekat  mungkin  dengan cetakan  akhir  untuk  mencegah  segregasi  karena  penanganan  kembali  atau
pengaliran adukan.
Universitas Sumatera Utara
107 b.  Pembetonan  harus  dilaksanakan  dengan  kecepatan  penuangan  yang  diatur
sedemikian  rupa  sehingga  campuran  beton  selalu  dalam  keadaan  plastis  dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan.
c.  Campuran  beton  yang  telah  mengeras  atau  yang  telah  terkotori  oleh  material asing tidak boleh dituang dalam struktur.
d.  Campuran  beton  yang  telah  mengeras  atau  telah  mengalami  penambahan  air tidak boleh dituangkan.
e.  Beton  dituangkan  harus  dipadatkan  dengan  alat  yang  tepat  secara  sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua rongga beton.
8.  Pengangkutan
Setelah pengadukan selesai, campuran beton dibawa ke tempat penuangan. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat penyimpanan akhir
sebelum  dituang  harus  dilakukan  sedemikian  rupa  untuk  mencegah  terjadinya pemisahan  atau  kehilangan  material.  Alat  angkut  yang  digunakan  harus  mampu
menyediakan  beton  di  tempat  penyimpanan  akhir  dengan  lancar  tanpa mengakibatkan  pemisahan  dari  bahan  yang  telah  dicampur  dan  tanpa  hambatan
yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas  beton antara pengangkutan  yang berurutan.
9.  Pemadatan Beton
Pemadatan  dilakukan  segera  setelah  beton  dituang  ke  dalam  cetakan. Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial setting time  pada beton. Dalam
praktiknya,  pengidikasian  initial  setting  dilakukan  dengan  cara  menusuk  beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk 10 cm berarti
Universitas Sumatera Utara
108 setting  time
belum  tercapai.  Pemadatan  dimaksudkan  untuk  menghilangkan rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton segar.
Alat pemadat sendiri dapat berupa kayu atau besi tulangan. Alat pemadat mesin juga bisa digunakan. Alat pemadat ini lebih dikenal dengan vibrator atau
alat  getar.  Pemadatan  dilakukan  dengan  penggetaran.  Campuran  beton  akan mengalir dan memadat karena rongga-rongga terisi dengan butir-butir yang lebih
halus. Alat getar ini dibagi menjadi dua, yaitu: a.  Alat  getar  intern  internal  vibrator,  yaitu  alat  getar  berupa  tongkat  dan
digerakkan  dengan  mesin.  Untuk  menggunakannya,  tongkat  dimasukkan  ke dalam beton pada waktu tertentu, tanpa harus menyebabkan bleeding.
b.  Alat getar cetakan external vibrator or form vibrator, yaitu alat getar  yang getar  yang  menggetarkan  form  work  sehingga  betonnya  bergetar  dan
memadat. Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan adalah:
a.  Pada  jarak  yang  berdekatanpendek,  pemadatan  dengan  alat  getar dilaksanakan dalam waktu yang pendek,
b.  Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan beratnya sendiri, c.  Tidak menyebabkan terjadinya bleeding,
d.  Pemadatan merata, 10.  Pekerjaan Akhir Finishing
Pekerjaan  finishing  untuk  mendapatkan  sebuah  permukaan  beton  yang rata  dan  mulus.  Pekerjaan  ini  biasanya  dilakukan  saat  beton  belum  mengalami
final  setting, karena  pada  masa  ini  beton  masih  bisa  dibentuk,  alat  yang
digunakan biasanya ruskam, jidar dan alat perata lainnya.
Universitas Sumatera Utara
109 11.  Perawatan Beton
Perawatan  ini  dilakukan  setelah  beton  mengalami  final  setting,  artinya beton  telah  mengeras.  Perawatan  ini  dilakukan  agar  proses  hidrasi  selanjutnya
tidak  mengalami  gangguan.  Jika  hal  ini  terjadi,  beton  mengalami  keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan minimal dilakukan 7 tujuh
hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 tiga hari serta harus diperhatikan  dalam  kondisi  lembab,  kecuali  dilakukan  dengan  perawatan  yang
dipercepat. Perawatan  ini  tidak  hanya  dimaksudkan  untuk  mendapatkan  kekuatan
tekan  beton  yang  tinggi  tapi  juga  dimaksudkan  untuk  memperbaiki  mutu  dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas
dari dimensi struktur.
12.  Capping Benda Uji Sebelum  pengetesan  silinder,  ujung-ujungnya  biasanya  diberi  capping
terlebih dahulu agar gaya yang diberikan oleh mesin uji dapat terdistribusi secara merata  pada  benda  uji.  Mortar  Sulfur  belerang  merupakan  material  capping
yang  paling  banyak  digunakan.  Bahan  ini  jika  dipersiapkan  dengan  tepat  dapat memberiakan  hasil  yang  ekonomis,  baik,  dan  dapat  mecapai  kekuatan  yang
tinggi dalam waktu yang singkat. Ketebalan  capping  berkisar  antara  1,5  sampai  3  mm  untuk  benda  uji
beton mutu tinggi. Pada penggunaan capping dari belerang pada benda uji beton mutu  tinggi,  kondisi  ujung  benda  uji  yang  tidak  rata  harus  diperbaiki  terlebih
dahulu  sebelum  di  capping.  Kondisi  ujung  yang  tidak  rata  dan  rongga  kosong
Universitas Sumatera Utara
110 antara  capping  dengan  permukaan  ujung  silinder  dapat  menimbulkan  pengaruh
negatif dalam pengukuran kekuatan tekan.
13.  Pengujian Kuat Tekan Beton dan Kuat Tekan Beton Karakteristik Setelah beton dirawat dan telah berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28
hari, dilakukan pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan alat mesin kuat tekan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari benda uji. Setelah data
pengujian  kuat  tekan  di  dapat  maka  kuat  tekan  beton  dapat  dihitung  dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.2:
fc’ =
P A
Dimana: fc’   = Kuat tekan beton yang diisyaratkan MPa
P = Beban maksimum kN
A = Luas penampang benda uji cm
2
Setelah  didapatkan  hasil  data  kuat  tekan  beton,  maka  kuat  tekan  beton karakteristik  dapat  dihitung  dengan  rumus  pada  persamaan  2.3,  2.4,  dan
2.5:
� =
�’ −�’ �
�
�−
σ’bm
=
�’
�
�
σ’bk = σ’bm - 1.64.s
Universitas Sumatera Utara
111 Dimana:
s = Deviasi standar kgcm
2
σ’b   = Kuat tekan beton dari masing-masing benda uji kgcm
2
σ’bm   = Kuat tekan beton rata-rata kgcm
2
σ’bm  = Kuat tekan beton karakteristik kgcm
2
N = Jumlah benda uji
s = Standar deviasi
3.5.  Pengolahan data
Setelah  bahan  dan  alat  uji  siap  serta  sampel  uji  telah  dibuat,  maka  siap  untuk diuji  sesuai  prosedur  penelitian.  Hasil  dari  pengujian  berupa  data-data  kasar  yang
masih  perlu  diolah  lebih  lanjut  untuk  mengetahui  hubungankorelasi  antara  satu pengujian  dengan  pengujian  lainnya.  Secara  umum  dari  pengujian-pengujian  yang
akan  dilakukan  nantinya  akan  menghasilkan  pengaruh  perawatan  dan  penambahan silica fume
pada mutu beton.
Universitas Sumatera Utara
112
BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.  Umum
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.  Seluruh  tahap  pekerjaan  yang  direncanakan  pada  penelitian  ini  telah  selesai
dilaksanakan.  Dimulai  dari  tahap  pemeriksaan  material  pasir  dan  batu  pecah, perhitungan  campuran  beton,  kemudian  persiapan  bahan  dan  material,  pembuatan
benda  uji,  perawatan  curing  benda  uji  sampai  dengan  pengujian  kuat  tekan  dapat dilaksanakan  tanpa  menemui  kesulitan  yang  berarti.  Hasil  penelitian  yang  berupa
data-data,  selanjutnya  akan  dianalisis  untuk  mengetahui  sejauh  mana  pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.
4.2.  Pemeriksaan Bahan Susun
Bahan  susun  untuk  campuran  beton  mutu  tinggi  yang  dipergunakan  meliputi: agregat  kasar  batu  pecah,  agregat  halus  pasir,  semen,  air,  superplastisizer,  dan
silica  fume .  Dari  hasil  pengujian  pasir  di  laboratorium  didapatkan  hasil  modulus
kehalusan  butir  atau  Fineness  Modulus  FM  sebesar  2,519  dan  termasuk  gradasi untuk zona 2, berat jenis pasir kering bulk sebesar 2,476, daya serap atau kapasitas
absorpsi sebesar  2,775,  berat  isi  padat  kering  oven  sebesar  1665,68  kgm
3
dan kadar lumpur sebesar 1.
Hasil pengujian kerikil didapatkan hasil modulus kehalusan butir atau Fineness Modulus
FM  sebesar  6,945,  berat  jenis  bulk  sebesar  2,810,  daya  serap  atau kapasitas  absorpsi  sebesar  0,523,  berat  isi  padat  kering  oven  sebesar  1467,97
kgm
3
dan kadar lumpur sebesar 0,55. Hasil pengujian silica fume didapatkan hasil
Universitas Sumatera Utara
113 berat  jenis  sebesar  2,495.  Selain  itu  hasil  pengujian  semen  tipe  I  didapatkan  berat
jenis sebesar 3,050. Secara  umum  dari  hasil  pemeriksaan  dan  pengujian  bahan  susun  tersebut
memenuhi  syarat  untuk  pembuatan  beton.  Untuk  hasil  lengkap  dari  pemeriksaan bahan susun campuran beton mutu tinggi ini, dapat dilihat pada lampiran 1.
4.3.  Proses Pembuatan Benda Uji
Pembuatan  benda  uji  pada  penelitian  ini  dilakukan  dengan  cara  pengadukan menggunakan mesin pengaduk atau molen. Benda uji beton setiap variasi dikurangi
proporsi semennya dan digantikan dengan silica fume secara gradual mulai dari 5; 10;  15  dan  20  dari  berat  semen,  serta  dengan  menggunakan  bahan  tambah
superplasticizer sebesar 2 dari berat semen. Proses pembuatan adukan beton adalah
sebagai berikut: 1.  Proses awal pembuatan benda uji beton normal tanpa penggantian sebagian semen
dengan silica fume dan penambahan superplasticizer sebesar 2 dari berat semen adalah  dengan  pengadukan  menggunakan  mesin  pengaduk  molen  didahului
dengan  memasukkan  pasir,  kemudian  diaduk,  setelah  itu  semen  portland dimasukkan  ke  dalam  molen,  kemudian  diaduk  lagi  sampai  pasir  dan  semen
tercampur  secara  merata.  Kemudian  disiramkan  air  yang  telah  dicampur  dengan superplasticizer
sedikit  demi  sedikit  ke  dalam  molen  sampai  campuran  tadi membentuk  pasta.  Setelah  itu  masukkan  kerikil,  kemudian  di  aduk  kembali.  Air
kembali  disiramkan  ke  dalam  molen  secara  merata  sampai  habis.  Kemudian campuran beton tadi diaduk sampai adukan terlihat telah homogen.
2.  Setelah  adukan  homogen,  dilaksanakan  pengujian  slump.  Kemudian  diukur  nilai slump
dari  adukan  tersebut,  jika  belum  sesuai  dengan  nilai  slump  yang
Universitas Sumatera Utara
114 direncanakan maka campuran dimasukkan  kembali untuk dilakukan penyesuaian
dengan penambahan air. 3.  Setelah slump yang didapatkan sesuai dengan rencana, adukan beton dimasukkan
ke  dalam  kedalam  cetakan  silinder.  Pengisian  adukan  dilakukan  tiga  tahap, masing-masing  13  dari  tinggi  cetakan.  Setiap  tahap  dipadatkan  dengan  cara
dirojok  menggunakan  tongkat  baja  sebanyak  25  kali.  Selain  dipadatkan  dengan cara  dirojok,  pemadatan  bisa  juga  dilakukan  dengan  cara  menggunakan  mesin
penggetar atau vibrator. Dengan menggunakan vibrator, kepadatan adukan beton dalam silinder jauh lebih baik.
4.  Untuk  pembuatan  benda  uji  dengan  penggantian  sebagian  semen  dengan  silica fume
adalah  dengan  melakukan  tahapan-tahapan  seperti  penjelasan  di  atas. Perbedaannya  silica  fume  dimasukkan  setelah  semen  dimasukkan.  Kemudian
pasir,  semen  dan  silica  fume  diaduk  sampai  merata.  Kemudian  tahapannya  sama seperti penjelasan di atas.
Hal terpenting  yang perlu diperhatikan dalam pengujian kuat tekan  yang akan dilakukan  adalah  kondisi  permukaan  benda  uji.  Permukaan  yang  rata  akan
menghasilkan nilai kuat tekan yang baik karena distribusi beban akan tersebar secara merata ke seluruh permukaan benda uji.
4.4.  Hasil Perencanaan Campuran Beton Mix Design dengan Metode ACI
Perencanaan campuran beton mix design yang digunakan dalam penelitian ini adalah  perencanaan  campuran  dengan  metode  ACI  American  Concrete  Institute,
dan  hasil  lengkap  perencanaan  campuran  beton  mix  design  dengan  menggunakan
Universitas Sumatera Utara
115 metode  ACI  American  Concrete  Institute  ini  dapat  dilihat  pada  lampiran.  Berikut
ini adalah komposisi kebutuhan bahan untuk campuran beton mutu tinggi:
Tabel 4.1
Kebutuhan Bahan Susun Beton Tiap 1 m
3
Kadar SF
Kadar SP
Volume Berat
Berat Pasir
kg Berat
Batu Pecah
kg Air
kg SP
kg SF
kg Semen
kg
2,0 160,52
11,90 595
614 1057
5,0 2,0
160,52 11,305
29,75 565,25  609,096
1057 10,0
2,0 160,52
10,710 59,50
535,50  604,144 1057
15,0 2,0
160,52 10,115
89,25 505,75  596,716
1057 20,0
2,0 160,52
9,520 119
476 591,764
1057
4.5.  Hasil Pengujian dan Pembahasan
4.5.1. Hasil Pengujian Slump dan Workability
Workability kemudahan pengerjaan beton dapat dilihat dari nilai slump yang
terjadi.  Karena  nilai  slump  merupakan  parameter  workability,  semakin  tinggi  nilai slump
maka  semakin  mudah  proses  pengerjaan  beton  workability.  Beton  mutu tinggi  menggunakan  nilai  fas  rendah,  berarti  air  yang  digunakan  sangat  sedikit,
sehingga  nilai  slump  rendah.  Dalam  penelitian  ini  nilai  slump  yang  seharusnya rendah berkisar antara 25-50 mm karena pada beton mutu tinggi air yang digunakan
sangat  sedikit,  dengan  cara  menambahkan  bahan  tambah  superplasticizer  yang  bisa menjadikan  nilai  slump  lebih  tinggi  dari  yang  direncanakan.  Dalam  penelitian  ini,
pemakaian  bahan  tambah  superplasticizer  semua  sama  untuk  setiap  variasi  yaitu sebesar  2,0  dari  berat  semen.  Dengan  penambahan  superplasticizer  diharapkan
akan  diperoleh  tingkat  workability  yang  tinggi  untuk  mencapai  nilai  slump  yang sesuai  tanpa  terjadi  bleeding  dan  segregasi.  Superplasticizer  merupakan  bahan
Universitas Sumatera Utara
116 tambah  kimia  yang  mempunyai  pengaruh  dalam  meningkatkan  workability  beton
sampai pada tingkat yang cukup besar L. J Murdock dan Brook, 1978. Pada  penelitian-penelitian  terdahulu  juga  telah  membuktikan  bahwa
pengurangan  air  pada  adukan  beton  akan  membuat  nilai  fas  menjadi  lebih  kecil sehingga  kuat  tekan  beton  meningkat,  tetapi  hal  tersebut  bisa  berdampak  pada
turunnya  nilai  slump.  Seiring  dengan  menurunnya  nilai  slump  pada  adukan  beton, maka  tingkat  workability  juga  akan  menurun,  dengan  kata  lain  semakin  banyak
pengurangan  air  dalam  adukan  beton  maka  kuat  tekan  beton  akan  meningkat,  akan tetapi  semakin  kecil  nilai  fas  maka  akan  menurunkan  nilai  slump  dan  tingkat
workability ,  hal  tersebut  akan  sangat  berpengaruh  pada  proses  pengerjaan  beton.
Namun  dengan  menambahkan  bahan  tambah  beton  tanpa  pengurangan  air,  tingkat penurunan  workability  dapat  dihindari  sehingga  saat  pengerjaan  beton  dilaksanakan
bisa menjadi lebih mudah dan bisa mendapatkan kuat tekan beton yang lebih baik. Dalam  penelitian  ini  setiap  benda  uji  dilakukan  empat  titik  pengujian  slump,
kemudian dari empat kali pengujian ini diambil nilai slump rata-rata. Hasil uji slump dengan menggunakan superplasticizer 2 dan kadar silica fume bervariasi disajikan
dalam Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
117
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Slump Beton Segar dengan Kadar Superplasticizer
2 dan Kadar Silica Fume Bervariasi
Kadar SF
Kadar SP
Volume Berat
Berat Pasir kg
Berat Kerikil
kg Slump
cm Slump
Rata-rata cm
Air Liter
SP Liter
SF kg
Semen kg
2,0 160,52
11,90 595
614 1057
4,00 4,50
4,50 5,00
4,50
5,0 2,0
160,52 11,305
29,75 565,25
609,096 1057
4,50 4,00
3,50 4,00
4,00
10,0 2,0
160,52 10,710
59,50 535,50
604,144 1057
3,50 3,00
4,50 3,50
3,63
15,0 2,0
160,52 10,115
89,25 505,75
596,716 1057
3,50 3,00
3,50 4,00
3,50
20,0 2,0
160,52 9,520
119 476
591,764 1057
3,50 3,50
3,00 3,50
3,38
Gambar 4.1
Pengaruh Kadar Silica Fume Terhadap Nilai Slump
4.50 4.00
3.63 3.50
3.38
1 2
3 4
5 6
5 10
15 20
Nila i
S lu
m p
c m
Kadar Silica Fume
NILAI SLUMP PADA TIAP VARIASI
NILAI SLUMP PADA TIAP VARIASI
NILAI SLUMP PADA TIAP VARIASI
NILAI SLUMP PADA TIAP VARIASI
Universitas Sumatera Utara
118 Dari  Tabel  4.2  dan  Gambar  4.1  didapatkan  hasil  bahwa  semakin  besar  kadar  silica
fume semakin  menurun  nilai  slumpnya.  Hal  tersebut  diakibatkan  karena  silica  fume
lebih  banyak  menyerap  air  jika  dibandingkan  dengan  semen,  sehingga  adukan menjadi lebih kering yang kemudian mempengaruhi nilai slump beton segar menjadi
semakin rendah sesuai dengan kadar silica fume yang ditambahkan.
Gambar 4.2 Pengujian Slump pada Campuran Beton Normal
4.5.2. Data dan Analisis Hasil Pengujian Kuat Tekan Benda Uji