commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan kita membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang survive didalam menghadapi berbagai kesulitan. Untuk itu, berbagai elemen yang terlibat dalam
kegiatan pendidikan dalam rangka mencerdaskan perlu dikenali sehingga diperlukan pengkajian usaha pendidikan sebagai suatu sistem, yang arahnya untuk
mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri, yaitu dengan jalan individu diberi berbagai kemampuan dalam mengembangkan konsep, prinsip,
kreativitas, tanggungjawab dan ketrampilan, termasuk di dalamnya substansi pendidikan baik pendidik, kurikulum, kepala sekolah, sarana prasarana, siswa dan
lingkungan pendidikan.Tujuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan adalah memberikan bekal kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
anggota masyarakat maupun warga negara dan anggota umat manusia serta menyiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan yang lebih baik.
Dari konteks diatas guru merupakan faktor kunci. Salah satu indikatornya adalah kebiasaan untuk belajar dari pengalaman diri sendiri guna meningkatkan kinerja
dan kepuasan kerja. Untuk mencapai keberhasilan kerja, guru harus memiliki kemampuan dasar untuk melaksanakan tugasnya sebagai tenaga profesional, yang
terdiri atas empat kompetensi guru dalam Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam
kinerja guru. Kerja guru merupakan kumpulan dari berbagai tugas untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kepuasan dalam menjalankan tugas merupakan aspek penting bagi kinerja
commit to user
2
atau produktivitas seseorang, ini disebabkan sebagian besar waktu guru digunakan untuk bekerja. Pada umumnya pekerjaan guru dibagi dua yakni pekerjaan berhubungan
dengan tugas-tugas mengajar, mendidik dan tugas - tugas kemasyarakatan sosial. Yang dilakukan guru di lingkungan sekolah, yaitu guru mengemban tugas sebagai
pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru memberikan pengetahuan kognitif, sikap dan nilai afektif, dan keterampilan psikomotorik. Dalam masyarakat, guru
adalah sebagai pemimpin yang menjadi panutan atau teladan serta contoh bagi masyarakat sekitar. Misalnya ketika guru bertutur kata, masyarakat melihat bahwa
betapa ucapan guru sangat berpengaruh terhadap orang lain. Ki Hajar Dewantoro menggambarkan peran guru sebagai stake holder atau tokoh panutan dengan ungkapan-
ungkapan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayan. Disini tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeran aktif” dalam keseluruhan
aktivitas masyarakat secara holistik dan tentunya para guru harus bisa memposisikan dirinya sebagai agen yang benar-benar membangun, sebagai pelaku propaganda yang
bijak dan menuju kearah yang positif bagi perkembangan masyarakat. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral yang besar terhadap keberhasilan siswa, namun
demikian guru bukanlah satu-satunya faktor penunjang keberhasilan siswa. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor perangkat kurikulum, faktor siswa sendiri,
faktor dukungan masyarakat, dan faktor orang tua, sementara sebagai pendidik, guru harus mendidik para siswanya untuk menjadi manusia dewasa.
Guru dituntut untuk bekerja dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai sekolah seperti siswa, orang tua, dan masyarakat. Salah satu faktor
yang menunjang guru untuk bekerja dengan sebaik-baiknya yaitu kepuasan kerja. Artinya jika guru puas terhadap kebijakan dan aturan-aturan yang ada di sekolah maka
mereka akan bekerja penuh semangat dan bertanggung jawab. Kepuasan kerja job satisfaction guru merupakan sasaran penting dalam
manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas kerja. Suatu gejala yang dapat membuat rusaknya kondisi
organisasi sekolah adalah rendahnya kepuasan kerja guru dimana timbul gejala seperti
commit to user
3
kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan guru, rendahnya prestasi kerja, rendahnya kualitas pengajaran, indisipliner guru dan gejala negatif lainnya. Sebaliknya
jika kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara harapan guru dengan imbalan yang disediakan oleh sekolah.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan tentang bagaimana cara meningkatkan kepuasan kerja bagi guru merupakan hal yang sangat penting, karena
menyangkut masalah hasil kerja guru yaitu membuat pekerjaan yang menyenangkan, orang dibayar dengan jujur
, m
empertemukan orang dengan pekerjaan yang cocok dengan minatnya, menghindari kebosanan dan pekerjaan beruang-ulang karena
menyangkut masalah hasil kerja guru yang merupakan salah satu langkah dalam meningkatkan mutu pelayanan kepada siswa. Selain itu ada 4 alasan mengapa kepuasan
kerja guru dalam tugasnya sebagai pendidik perlu dikaji lebih lanjut yaitu
http:www.geocities.comguruvalah ,Today, October 26, 2010, 1:42:23 PM
1. Guru memainkan peranan yang begitu besar di dalam sebuah negara, meliputi seluruh aspek kehidupan yang tidak hanya tercantum dalam mata
pelajaran secara nyata, tetapi juga pelajaran-pelajaran yang terkandung dalam kurikulum yang tersembunyi dalam sistem pendidikan negara, karena
kemajuan suatu bangsa punya kaitan erat dengan pendidikan. Oleh karena itu peningkatan kepuasan kerja yang diperoleh para guru akan mendorong
guru untuk melaksanakan fungsinya sebaik mungkin.
2. Adanya fenomena mengenai penurunan kinerja guru, hal ini dapat terlihat dari guru yang mangkir dari tugas, guru yang mengajar saja tapi fungsi
mendidiknya berkurang. Dari hal tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya kepuasan kerja guru sehingga guru tidak lagi menghayati peranannya
sebagai seorang pendidik.
3. Peningkatkan mutu pendidikan secara formal yaitu aspek guru karena guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab inti dari kegiatan
pendidikan adalah belajar mengajar yang memerlukan peran dari guru di dalamnya.
4. Otonomi daerah yang menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pembangunan kualitas SDM di masyarakat, hal tersebut merupakan tugas
PemkabPemkot dan Depdiknas. Jadi Pemerintah KabupatenKota berperan penting dalam
peningkatan kualitas pendidikan dan
oleh pihak PemkabPemkot dapat digunakan untuk mengupayakan kepuasan kerja guru,
karena dapat dijadikan sebagai sarana untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Berdasarkan hasil studi di negara-negara berkembang, guru memberikan sumbangan dalam prestasi belajar siswa 36, selanjutnya manajemen 23, waktu
commit to user
4
belajar 22, dan sarana fisik 19 http:www.geocities.comguruvalah
,Today, October 26, 2010, 1:42:23 PM. Aspek yang berkaitan dengan guru adalah menyangkut
citramutu guru dan kesejahteraan. Sementara itu Tilaar menyatakan “peningkatan kualitas pendidikan tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya” H. A. R. Tilaar,
1999: 104. Dengan demikian jelaslah bahwa keberhasilan pendidikan yang terutama adalah faktor guru sebagai tenaga pendidikan yang profesional. Salah satu hal yang
patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kepuasan kerjanya, sebab dengan kepuasan guru
yang meningkat maka guru akan berusaha untuk meningkatkan profesi dan mutunya dengan demikian diharapkan keberhasilan pendidikan akan tercapai. Kepuasan kerja
guru itu bisa dilaksanakan dengan beberapa cara diantaranya adalah organisasi dapat membuat iklim organisasi yang berpihak pada kesejahteraan guru, terbuka dan
menekankan pada prestasi, bisa pula kepuasan ditingkatkan menggunakan faktor motivasi terutama motivasi berprestasi guru, karena hal tugas guru menyangkut
dengan keberhasilan siswa yang merupakan keberhasilan pendidikan. Menyadari pentingnya kepuasan kerja tenaga guru di SMA Negeri 5 Surakarta
dalam mendukung berkembangnya mutu pendidikan, pokok permasalahan dalam penelitian ini ingin menganalisis sumber-sumber yang mempengaruhi kepuasan kerja
tenaga guru pada SMA Negeri 5 Surakarta. Faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja karyawan sangat beragam baik bersumber dari faktor finansial maupun non
finansial. Menurut Lutans dalam Sutanto 2002: 123 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu: pekerjaan yang dilakukan, gaji, promosi,
supervisi, serta lingkungan kerja dan rekan sekerja. Kenyataan yang terjadi bahwa gaji, lingkungan kerja merupakan sumber-sumber kepuasan kerja yang sampai saat ini masih
menjadi topik menarik. “Gaji merupakan bentuk kompensasi, yaitu manfaat jasa yang diberikan secara
teratur atas prestasi kerja yang diberikan kepada seorang karyawan. Seseorang akan menerima gaji apabila ikatan kerjanya kuat. Dilihat dari jangka waktu penerimaannya,
gaji pada umumnya diberikan setiap bulan” Wursanto, 2001:53.
commit to user
5
Menurut Halsey dalam As’ad 1999: 101 dijelaskan bahwa sistem upah yang baik perlu memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Adil bagi pekerja dan pimpinan perusahaan, artinya karyawan jangan sampai dijadikan alat pemerasan dalam mengejar angka-angka produksi karyawan.
2. Sistem upah sebaiknya bisa mempunyai potensi untuk mendorong semangat kerja karyawan dalam produktivitas kerja.
3. Selain upah dasar standard perlu disediakan pula upah perangsang sebagai imbalan tenaga yang dikeluarkan oleh karyawan.
4. Sistem upah seba iknya harus mudah dimengerti artinya jangan berbelit-belit sehingga
karyawan akan sulit memahaminya. Ini penting untuk
menghilangkan adanya kesan prasangka bagi karyawan terhadap perusahaan. Keberhasilan suatu sekolah dalam mencapai tujuan juga tidak terlepas dari
faktor lingkungan kerja. Meskipun faktor tersebut sangat penting tetapi masih banyak organisasi yang kurang memperhatikan hal tersebut. Lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Misalnya kebersihan, musik dan lain-lain
Nitisemito, 2001: 183. Dari sinilah dapat dikatakan bahwa lingkungan unit kerja dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan, sehingga setiap organisasi atau
unit kerja yang ada harus mengusahakan agar faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan kerja dapat diusahakan sedemikian rupa sehingga nantinya mempunyai
pengaruh yang positif bagi organisasi itu sendiri. Lingkungan kerja ini sendiri terdiri atas fisik dan nonfisik yang melekat dengan
guru sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha pengembangan kinerja guru. Lingkungan kerja yang segar, nyaman, dan memenuhi standart kebutuhan layak akan
memberikan kontribusi terhadap kenyamanan guru dalam melakukan tugasnya. Lingkungan kerja nonfisik yang meliputi keramahan sikap para guru, sikap saling
menghargai diwaktu berbeda pendapat, dan lain sebagainya adalah syarat wajib untuk terus membina kualitas pemikiran guru yang akhirnya bisa membina kinerja mereka
secara terus-menerus. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraiankan diatas peneliti
tertarik untuk meneliti SMA Negeri 5 Surakarta sebagai obyek penelitian yaitu untuk
commit to user
6
mengkaji tentang “Pengaruh Faktor Gaji dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun 2011”.
B. Identifikasi Masalah