Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan

commit to user Tabel 32. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Psikomotor Sumber JK Dk RK F obs F α Keputusan Metode Pembelajaran A Sikap IlmiahB Interaksi AB Galat 15,58 52,21 0,09 192,24 1 1 1 62 15,58 52,21 0,09 3,10 5,02 16,84 0,03 - 4,00 4,00 4,00 - H 0A Ditolak H 0B Ditolak H 0AB Diterima - Total 260,12 65 - - - - Berdasarkan Tabel 28, 30, dan 32 menunjukkan bahwa: 1 Pada efek utama baris A, H ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan direct instruction terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif. Hal yang sama juga diperoleh untuk aspek afektif dan psikomotor pada materi pokok Asam, Basa, dan Garam. 2 Pada efek utama kolom B, H ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif. Hal yang sama juga diperoleh untuk aspek afektif dan psikomotor pada materi pokok Asam, Basa, dan Garam. 3 Pada efek utama interaksi AB, H diterima Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan direct instruction dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif. Hal yang sama juga diperoleh untuk aspek afektif dan psikomotor pada materi pokok Asam, Basa, dan Garam.

2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan

Uji lanjut pasca anava dilakukan untuk apakah terdapat beda yang signifikan antara rerata populasi yang dibandingkan dan pada rerata populasi yang terbesar menunjukkan adanya perlakuan yang lebih misalnya lebih baik daripada yang lain. Budiyono, 2004:201 commit to user Pada penelitian ini, untuk prestasi belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotor menunjukkan bahwa H 0A ditolak yang berarti bahwa penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan direct instruction memberikan perbedaan prestasi belajar. Tetapi uji komparasi ganda pasca anava antar baris tidak perlu dilakukan karena variabel metode pembelajaran hanya mempunyai 2 nilai yaitu inkuiri terbimbing dan direct instruction. Kalau pun dilakukan komparasi ganda antara rerata metode inkuiri terbimbing dan rerata metode direct instruction, dapat dipastikan bahwa hipotesis nolnya juga akan ditolak. Komparasi itu menjadi tidak berguna, karena anava telah menunjukkan bahwa H 0A ditolak. Untuk mengetahui metode pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan besarnya jumlah rerata dari masing-masing metode pembelajaran. Besarnya jumlah rerata ini dapat dilihat pada Tabel 27, 29, dan 31. Dari jumlah rerata untuk prestasi kognitif, afektif dan psikomotor, menunjukkan bahwa jumlah rerata metode inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada jumlah rerata metode direct instruction. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing menghasilkan prestasi belajar baik untuk aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang lebih baik dibandingkan dengan metode direct instruction. Hal yang sama juga terjadi pada uji komparasi ganda pasca anava antar kolom. Walaupun untuk ketiga aspek aspek kognitif, afektif, dan psikomotor H 0B ditolak, tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar kolom karena variabel sikap ilmiah hanya mempunyai 2 nilai yaitu sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah. Untuk mengetahui prestasi belajar manakah yang lebih baik antara siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi atau siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah cukup dengan membandingkan besarnya jumlah rerata dari masing-masing sikap ilmiah. Besarnya jumlah rerata ini dapat dilihat pada Tabel 27, 29, dan 31. Dari jumlah rerata untuk prestasi kognitif, afektif dan psikomotor, menunjukkan bahwa rerata sikap ilmiah tinggi lebih tinggi daripada rerata sikap ilmiah rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi menghasilkan prestasi belajar aspek kognitif, commit to user afektif, dan psikomotor yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Hipotesis ketiga H 0AB diterima, hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara variabel metode pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut antar sel pada kolombaris yang sama. Dari kenyataan bahwa tidak terdapat interaksi, dapat disimpulkan bahwa karakteristik perbedaan antara metode inkuiri terbimbing dan direct instruction untuk setiap sikap ilmiah sama. Karakteristik tersebut tentu saja sama dengan karakteristik marginal perbedaan metode pembelajaran. Secara umum, dilihat dari jumlah reratanya Tabel 27, 29, dan 31, penggunaan metode inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan dengan direct instruction. Karena tidak ada interaksi, maka hal tersebut berlaku juga pada penggunaan metode pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi; dalam arti pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi, penggunaan metode inkuiri terbimbing menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada penggunaan metode direct instructon. Demikian pula halnya kalau hanya diperhatikan sikap ilmiah rendah saja. Apabila ditinjau dari perbandingan antar sel pada baris yang sama, karena tidak ada interaksi maka karakteristik perbedaan sikap ilmiah akan sama pada setiap metode pembelajaran dan akan sama pula dengan karakteristik marginalnya. Artinya, kalau secara marginal secara umum siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang tinggi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah, maka kalau ditinjau pada metode inkuiri terbimbing saja, juga akan berlaku kesimpulan bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang tinggi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Demikian juga kalau ditinjau pada metode direct instruction saja, akan menghasilkan kesimpulan yang sama.

D. Pembahasan Hasil Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan direct instruction

Dokumen yang terkait

Pembelajaran kimia dengan inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari kemampuan awal dan sikap ilmiah siswa

0 13 156

SKRIPSI Pengaruh Strategi Treffinger Dan Critical Thinking Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa (Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011).

0 0 17

PENDAHULUAN Pengaruh Strategi Treffinger Dan Critical Thinking Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa (Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011).

0 0 6

PRESTASI BELAJAR IPS DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PRESTASI BELAJAR IPS DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KALI JAMBE SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 0 18

PRESTASI BELAJAR IPS DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KALIJAMBE PRESTASI BELAJAR IPS DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KALI JAMBE SRAGEN TAHUN AJARAN

0 1 17

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

0 0 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, AND EXPLANATION) DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SEMESTER 1 SMP N 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 8

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA.

0 0 21

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DENGAN MACROMEDIA FLASH DAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA MATERI ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR | Fadli

0 0 8

PENGARUH PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

0 0 12