Suami Wajib Mengingatkan IstriAnak Perempuannya untuk Menjaga Aurat

Yogyakarta, 30 November 2016 385 Meskipun dalil ini dialamatkan kepada Rasulullah SAW tapi sesungguhnya juga berlaku umum bagi semua suami ataupun lelaki Muslim di seluruh penjuru dunia. Kesadaran seorang istri serta anak perempuan untuk menutup aurat dan menjaga pandangan adalah tanggung jawab suami juga. Sering kali terdengar jika ada berita pelecehan seksual terhadap kaum Hawa maka ada dua pendapat mengenai siapa yang patut disalahkan. Pertama pelaku, karena tidak mampu mengendalikan nafsunya. Kedua perempuan itu sendiri, sebab penampilannya dinilai mengundang birahi. Padahal, suami atau ayah dapat juga diminta pertanggungjawabannya sebagai kepala keluarga. Suami wajib dan berhak mengingatkan bahkan memerintahkan kepada istri dan anak-anak perempuannya untuk selalu ghadh al-bashar.

5. Suami Laki-Laki Tidak Boleh Iri dengan Istrinya

ۢضعب ى ع م عب هب َ ل ف ام ۟ ت ا ۟ س ك ا م ۭبيصن اج ل ن س ك ا م ۭبيصن ء س ل ـس نم َ ۟ ٓه ف [ ا ۭ ي ع ءىش ل ب اك َ ٤::٢ ] Artiny a: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan bagi perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” an-Nisa: 32. Ayat ini menyatakan bahwa laki-laki hendaknya tidak iri hati terhadap karunia yang diberikan Allah SWT kepada perempuan. Begitu juga sebaliknya, kaum hawa tidak boleh dengki terhadap apa-apa yang dikaruniakan Allah kepada laki-laki. Masing- masing mendapatkan bagian, sesuai dengan tabiat perbuatan dan haknya. Maka hendaknya tiap-tiap pihak berharap agar karunianya ditambah oleh Allah Ta’ala dengan mengembangkan bakat dan memanfaatkan kelebihan yang dititipkan Allah kepadanya. Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu dan memberikan kepada setiap jenis makhluk sesuatu yang sesuai dengan kejadiannya. Wajdi 1323 H pun menyatakan bahwa Allah SWT melarang berbuat hasad dan telah ditakdirkan bagi laki-laki maupun perempuan terkait hasil yang telah dilakukan. Segala sesuatu yang dimiliki oleh sesorang adalah hasil jerih payahnya. Jadi tidak perlu ada rasa dengki satu sama lain. Murid Rasyid Ridha ini juga mengingatkan bahwa tiap manusia mewarisi bermacam- macam harta dan sifatnya netral. Artinya kekayaan yang berada di tangan seseorang janganlah menjadi pemicu untuk saling benci. Poin ini dinilai penting karena sering kali terdengar kabar bahwa seorang suami merasa rendah diri terhadap kekayaan istri. Bahkan rasa minder tersebut lambat laun berubah menjadi 386 kedengkian. Sang kepala keluarga berpandangan bahwa dia lah yang seharusnya lebih kaya dari pada istrinya. Karena dia mempunyai kewajiban menafkahi separuh jiwanya tersebut. Padahal tidak selamanya harus begitu. Rasulullah SAW malah menganjurkan supaya laki-laki yang hendak menikah untuk mempertimbangkan salah satu kriteria calon istri yang ideal yaitu kaya. Mengapa? Supaya istri di kemudian hari tidak menuntut suaminya untuk dipenuhi segala permintaannya. Karena kehidupannya sudah sangat tercukupi. Sang suami pun tidak akan terlalu terbebani dengan tuntutan harus bekerja keras dengan sistem kejar target. Ketika suami tidak iri dengan istrinya maka kehidupan rumah tangga akan semakin sakinah. Kalimat yang mengarah pada perceraian tidak mungkin terucap. Karena mereka berkeyakinan bahwa ketika telah menikah, maka harta suami dan istri dihitung menjadi satu. Oleh karena itu, keinginan untuk mendapatkan harta lebih dengan c ara ‘mengakali’ menjatuhkan talak ataupun menggugat cerai tidak mungkin terjadi. Karena bagi suami yang iri dan menghendaki kekayaan istrinya pasti berdalih menceraikan biar ada pembagian harta gono- gini. KESIMPULAN Lima hal yang tertulis di atas menempatkan posisi seorang suamilaki-laki sebagai subjek dalam kehidupan rumah tangga. Jarang sekali semua poin yang tersebut di tulisan ini dibahas oleh para pemuka agama Islam. Apabila disinggung mengenai peran ataupun juga posisi suami dalam sebuah keluarga hampir pasti jawabannya adalah mencari nafkah. Padahal ada banyak hal yang semestinya tersemat pada diri kaum Adam. Jika kelima aspek tersebut dimengerti secara baik maka kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah sebuah keniscayaan. Keluarga harmonis juga tanggung jawab laki-laki bukan hanya perempuan. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada sejumlah pihak seperti tersebut di bawah ini. a. Prof Akhmad Fauzi, selaku Direktur Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UII yang telah memfasilitasi riset sekaligus seminar ini. b. Pinus Jumaryanto, Ph.D., selaku Ketua Prodi Farmasi FMIPA UII yang mendukung penulis mengerjakan penelitian hingga selesai. c. Drs Moh Shoim Allahuyarham, bapak peneliti yang memberi banyak masukan serta rujukan literatur. Semoga Allah SWT mengampuni segenap dosa-dosanya. d. Keluarga besar penulis yang selalu berdoa demi kesuksesan penelitian ini. Yogyakarta, 30 November 2016 387 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2015. Enam Anak Gugat Ayah Kandung. Jawa Pos 26 Agustus: 10. Bahreisy, Salim dan Abdullah Bahreisy. 2001. Tarjamah al-Quran al-Hakim. Surabaya: CV. Sahabat Ilmu. al-Bustani, Fuad Ifrad. 1973. Munjid at-Thullaab. Beirut: Daar al-Masyriq. Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Gema Risalah Press. Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid. Pembagian Warisan. Suara Muhammadiyah. No.2. Tanggal 16 – 31 Januari 2016. Harimurti, Shubhi Mahmashony. 2011. Hubungan antara Perkembangan Muhammadiyah Tahun 1912 – 1964 dan Tinggalan Arkeologisnya. Skripsi, tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Inayati, Evi Sofia. Hak Politik Perempuan dalam Islam. Suara Muhammadiyah. No.15. Tanggal 1 – 15 Agustus 2009. Isa Abd al-Jalil. 1337 H. al-Mushaf al-Muyassar. al-Qahirah: Daar al-Fikr. al- Qarni, ‘Aidh ibn Abdillah. tt. at-Tafsir al-Muyassar. ar-Riyadh: al-‘Ubiikaan. Sabiq, al-Sayyid. 1971. Fiqh al-Sunnah al-Juz al- Raabi’ al-‘Asyarah. al-Kuwait: Daar al- Bayaan. Wajdi, Muhammad Farid. 1323 H. al-Mushaf al-Mufassar. al-Qahirah: Muasasat al- Sya’b. Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Quran. 2005. Mushaf al-Quran Terjemah. Jakarta: al- Huda. ______________________________________. 2007. al-Quran Terjemah Per Kata. Jakarta: Departemen Agama RI.