Suami Berhak Menjatuhkan Talak

382 dengan bagian anak seperti di atas. Apabila pewaris, baik laki-laki maupun perempuan, tidak meninggalkan ayah dan anak tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki atau perempuan seibu, maka masing-masing mendapat seperenam dari harta yang ditinggalkan. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama menerima sepertiga dari harta yang ditinggalkan, sesudah hutangnya dibayar atau setelah dilaksanakan wasiat yang tidak mendatangkan mudharat bagi ahli waris. Artinya tidak melampaui sepertiga dari harta yang ditinggalkan setelah melunasi hutang. Laksanakanlah, wahai orang-orang yang beriman, apa-apa yang diwasiatkan Allah SWT kepada kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat adil dan dhalim di antara kalian dan Maha Panyabar. Dia tidak menyegerakan hukuman bagi yang melanggar. Kalimat ۢ م يغ dalam ayat di atas menurut Yayasan Penyelenggara Penerjemah al- Quran 2005 adalah menyusahkan kepada ahli waris dengan tindakan-tindakan tertentu. Seperti mewasiatkan lebih dari sepertiga harta peninggalan dan berwasiat dengan tujuan mengurangi harta warisan. Meskipun tidak sampai sepertiga apabila ada keinginan untuk mengurangi hak waris maka tidak diperkenankan. Hal ini tentu mengingatkan pada fenomena yang terjadi di Jember, Jawa Timur pada 25 Agustus 2015 lalu. Saat itu ada sepasang suami-istri bernama Muljono Hendrosiswojo dan Sriami yang diseret ke meja hijau oleh enam anak kandungnya sendiri. Permasalahannya adalah sang orang tua menghibahkan seluruh tanah miliknya seluas 1.700 meter persegi yang bernilai Rp 20 miliar kepada Universitas Muhammadiyah UM Jember tanpa menyisakan semeter pun untuk keturunan mereka Jawa Pos 26 Agustus 2015. Ini tentu tidak benar karena maksimal hibah adalah sepertiga bagian. Lebih dari itu dihitung sebagai shadaqah. Pun tidak boleh seluruhnya. Dalam kitab Fiqh Sunnah Juz ke-14 halaman 158 – 159, Sayyid Sabiq menyatakan bahwa hibah diharuskan dengan sepengetahuan ahli waris. Jika ahli waris adalah anak kandung, maka mereka harus mengetahui dan mengizinkan sang ayah yang akan menghibahkan harta miliknya. Jangan sampai keturunan sendiri malah tidak stabil perekonomiannya gara-gara sang ayah yang terlalu dermawan. Tidak dibenarkan pula anak-anak itu menjadi generasi yang lemah an-Nisa ayat 9. Anak-anak mereka juga memperkarakan Badan Pengurus Harian UM Jember dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sesungguhnya pembagian hak waris bergantung pada keberadaan suami atau istri yang ditinggalkan, ayah dan ibu, serta jumlah anak kandung seagama. Meskipun begitu, pada hakikatnya bagian warisan seorang laki-laki adalah dua pertiga lebih banyak dari pada perempuan. Jadi, kaum Adam memang mendapat keistimewaan dalam pembagian harta Yogyakarta, 30 November 2016 383 warisan. Ayat lain dari al-Quran yang menerangkan tentang hukum waris adalah an-Nisa ayat 11 Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid, 2016. Terkait hubungannya dengan posisi seorang laki-laki dalam keluarga sering kali dipersoalkan oleh kelompok non-Muslim jika terkait bagian hak waris. Mereka menganggap Islam sebagai agama yang melakukan diskriminasi dan tidak adil terhadap perempuan. Karena bagian warisan bagi kaum Hawa hanya sepertiga lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Seharusnya jatahya harus sama rata. Tidak boleh ada yang menonjol dan tidak diperkenankan apabila terdapat pihak yang sedikit bagian warisannya. Begitu menurut masyarakat yang berpandangan negatif kepada agama rahmatan li al- ‘alamin ini. Padahal tidak begitu sejatinya. Misal ada seorang ayah bernama A meninggalkan dua orang anak. Masing-masing laki-laki B dan perempuan C. Harta A setelah dikurangi biaya pemakaman dan membayar hutang total adalah Rp 900 juta. Berdasarkan aturan dalam Islam maka B mendapatkan bagian Rp 600 juta. Sedangkan C 300 Rp juta. Dalam perjalanan waktu, B menikah dan pasti membayar mahar untuk calon istrinya. Ketika mengarungi biduk rumah tangga B juga diwajibkan menafkahi sang istri beserta anak-anaknya. Dengan begitu jika dihitung-hitung harta B yang didapat dari bagian warisan pasti semakin berkurang. Beda cerita dengan C. Karena C adalah perempuan, maka dia dinikahi oleh suaminya yang tentu juga memberi mas kawin. Saat berumah tangga pun C selalu mandapat nafkah dari pasangan sahnya. Dengan begitu harta C yang merupakan bagian warisan tetap utuh bahkan bertambah karena mendapat mahar ataupun juga nafkah dari suaminya. Jadi, sebenarnya dalam aturan waris, Islam justru menerapkan keadilan dan berpihak pada kaum hawa. Harta B dan C bisa sama besarannya di kemudian hari. Bahkan C dapat melampaui kekayaan saudara kandung laki- lakinya andai C juga bekerja dan B penghasilannya kurang mencukupi. Warisan untuk laki-laki sejatinya diperuntukkan bagi dirinya sendiri, istrinya, serta anak-anaknya. Sedangkan perempuan ketika menjadi ahli waris hanya dimiliki sendiri. Begitulah keadilan warisan menurut Islam.

4. Suami Wajib Mengingatkan IstriAnak Perempuannya untuk Menjaga Aurat

ام ا ن ي ني ي ا ن ج ف نظف ي نه ـصب نم ن غي تـ م ل لق ا م ى ع نه ب نب يل ن ب يج ئ ب ء ن ل ع ل ا ن ي ني ي ا ن ن خ ٓى ب ن ن خ ن ل عب ء ب ن ئ ب ن ل عب ء ب ء ن ب ْ ىل ۟ يغ نيع ـ ل ن ـ ي ت م ام ن ئ سن ن ت خ ٓى ب نم ع ى ع ۟ ظي مل ني ل لف ل اج ل ء س ل ن ي نم نيف ي ام م عيل ن ج أب نب ي ا [ فت م عل م ل هي اعي ج َ ىل ۟ ٓ ب ت ٢٤::: ] Artinya : “Katakanlah kepada para mukminat supaya menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya serta jangan memperlihatkan perhiasannya