Yogyakarta, 30 November 2016
167 Proses degradasi sampah di TPA Piyungan menghasilkan tanah jenis humus. Hal ini
terlihat dari pembacaan berat jenis angka dari masing-masing sampel memberikan nilai rata- rata 2,68 lempung tak organik dan 1,25-1,80 gambut. Selain dari berat jenis yang telah
diuji, secara kasat mata warna dari tanah hasil degradasi ini agak kehitaman seperti ciri-ciri dari tanah humus.
e. Kadar Air Tanah
Gambar 3. Kadar air pada sampel di 2 lokasi sampling
Hasil uji berat jenis menunjukan bahwa sampel merupakan tanah humus, kemudian jika dihubungkan dengan kadar air dan gradasi butiran maka tanah hasil degradasi ini sangat cocok
digunakan sebagai tanah penutupurug permukaan final cover serata pada lapisan under drain air infiltrasi ± 20 cm karena jenis tanah berupa tanah hitam agak berpasir dan kadar air yang
baik untuk tanah dengan peruntukan tanaman tidak melebihi 50 sesuai dengan standar kualitas kompos yang ditetapkan SNI 19-7030-2004. Fungsi air pada tanah adalah untuk
melarutkan hara-hara pada tanah sehingga dapat digunakan oleh tanaman atau tumbuhan. Akan tetapi kadar air yang tinggi pada tanah dapat mengakibatkan hara-hara tersebut tercuci sehingga
tidak dapat diserap oleh tumbuhan.
f. Uji Proctor
Pada uji Proctor, tanah dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder bervolume 933,06 cm
3
dengan diameter 10,12cm. Selama percobaan, cetakan tersebut direkatkan pada sebuah plat dasar dan di atasnya diberi perpanjangan batang juga berbentuk silinder. Sampel dicampur
dengan air, 150mL; 200mL; 300mL; 400mL; dan 500mL, kemudian dipadatkan menggunakan penumbuk khusus. Lapis per lapis dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap lapisannya,
berat penumbuk 2,5kg dan tinggi jatuhan 30,5cm.
168 Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan tanah yang baik dengan
variasi penambahan air di dalamnya kadar air. Hasil uji menunjukkan lokasi A dan B memiliki kadar air optimum sebesar 27,88 penambahan air sebesar 200 mL dan 22,25 penambahan
air sebesar 300 mL dengan berat volume kering 1,31537 grcm
3
dan 1,61892 grcm
3
. Nilai kadar air lokasi A dan B masih sangat layak jika digunakan untuk tanah penutup TPA terutama
untuk final cover. Jika dikondisi lapangan aslinya harus ada penambahan air untuk mencapai kadar optimum sesuai dengan uji proctor sehingga didapatkan pemadatan yang baik, karena
hendaknya tanah urug tidak tergerus air hujan, operasional rutin, dan operasional alat berat. Hal ini nantinya bisa berguna untuk penerapan penutup harian atau daily cover serta pada lapisan
top soil atau final cover pada TPA.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari latar belakang penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan, berikut adalah beberapa kesimpulan pada penelitian ini:
1. Jumlah tanah hasil dari degradasi sampah di Zona 1 TPA Piyungan, Bantul Yogyakarta
mencapai ±175.950,47 m
3
. Telah dikurangi 30 lahan yang digunakan sebagai area penunjang, hanya 2,8 Ha dari total 4 Ha sebagai area pengurugan.
2. Jenis tanah yang dihasilkan, termasuk kategori pasir sedang dan halus berdasarkan ukuran
butiran, dengan tekstur gembur dan berwarna hitam menunjukkan jenis tanah ini adalah humus. Hal ini dibuktikan pada uji berat jenis tanah 2,06-2,53, termasuk kategori jenis
tanah humus. 3.
Berdasarkan hasil analisa ukuran butiran, berat volume tanah, kadar air, berat jenis tanah, analisa proctor, tanah hasil degradasi sampah di Zona 1 TPA Piyungan, Bantul dapat
digunakan sebagai tanah penutup cover soil baik untuk keperluan daily cover, drainage layer, maupun final cover.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada DPPM UII atas biaya penelitian dengan topik Potensi Pemanfaatan Sampah Terdegradasi dari Tempat Pemrosesan Akhir TPA
Sampah Sebagai Tanah Penutup Dalam Rangka Mewujudkan TPA Yang Berkelanjutan, melalui program Hibah Unggulan.