Prosiding Seminar Nasional Seri 6 Pengabdian 2016

(1)

(2)

Seminar Nasional Seri 6

MENUJU MASYARAKAT

MADANI DAN LESTARI

Yogyakarta, 30 November 2016

Editor: Prof. Akhmad Fauzy, S.Si., M.Sc., Ph.D.

Dr. Sahabudin Sidiq, SE., MA.

Dr. Yulianto Purwono Prihatmaji, S.T., M.T.

Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Universitas Islam Indonesia


(3)

PROSIDING PENGABDIAN SEMINAR NASIONAL SERI 6

MENUJU MASYARAKAT MADANI DAN LESTARI

Prosiding ini diterbitkan 1 (satu) kali setiap tahun oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM UII) dalam rangka diseminasi penelitian terkait dengan Renstra Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016-2020 Universitas Islam Indonesia dengan 7 tema sebagai berikut:

1. Pengembangan Model Peningkatan Kualitas Hidup Islami

2. Sistem Penyelenggaraan Negara Anti Korupsi dan berbasis Keadilan 3. Pengembangan Wirausaha Industri Kreatif berbasis Syariah

4. Pengembangan Kawasan Permukiman yang Terintegrasi , Hijau dan Tanggap Bencana 5. Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan dan Good

Governance

6. Pengembangan Teknologi Kesehatan untuk Pencegahan, Diagnostik, dan Terapeutik 7. Pengembangan Minyak Atsiri dan Fitofarmaka untuk Peningkatan Kesehatan

Diharapkan melalui penerbitan prosiding ini dapat terwujud berbagai alternatif solusi pengembangan kehidupan masyarakat yang madani dan lestari di Indonesia.

Pelindung : Rektor UII

Penanggungjawab : Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UII ISBN : 978-602-60361-3-1

Editor : Akhmad Fauzy Sahabudin Sidiq

Yulianto Purwono Prihatmaji

Redaksi Pelaksana : Feris Firdaus Sumarno

Ronny Martin Saputra

Alamat Redaksi : DPPM UII, Kampus Terpadu, Jl. Kaliurang km.14,5 Yogyakarta 55584 Telp.(0274)898444 Fax.(0274)898459

Penerbit : Universitas Islam Indonesia

Distribusi : Didistribusikan secara luas di tingkat nasional terutama instansi terkait seperti perguruan tinggi dan lembaga penelitian seluruh Indonesia serta pemerintah daerah dan pusat, serta dapat diunduh pada website www.dppm.uii.ac.id


(4)

dapat terwujud berbagai alternatif solusi pengembangan kehidupan masyarakat yang madani dan lestari di Indonesia.

Acara seminar nasional ini terlaksana berkat dukungan dan kerjasama yang kooperatif banyak pihak. Oleh sebab itu DPPM UII mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Dr. Muhammad Dimyati, Presiden Direktur PT Sido Muncul, Irwan Hidayat, Rektor Universitas Islam Indonesia, dan segenap instansi terkait lainnya serta semua pemakalah yang turut serta dalam acara seminar nasional ini.

Jumlah makalah yang masuk ke redaksi adalah 82 makalah. Setelah melalui proses review dan editing maka makalah yang lolos untuk diterbitkan dalam prosiding ini berjumlah 68 makalah. Makalah ini berasal dari berbagai kalangan seperti peneliti, dosen, mahasiswa pascasarjana, dan instansi pemerintah.

Harapan kami selanjutnya semoga Prosiding Seminar Nasional Seri 6 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kehidupan masyarakat di Indonesia. Atas kerjasama semua pihak kami ucapkan banyak terimakasih.


(5)

DAFTAR ISI

INOVASI PENGOLAHAN SINGKONG MENJADI CASSAVA STICK DI DUSUN TRASIH DESA GIRIASIH - PURWOSARI GUNUNG KIDUL ... 1

Agus Taufiq, Ageng P ambudi, Novi Amalia, Auliya Lenggogeni, Sinta Silviani Dwi Lestari, Bella Alviani Ovina, Bayu P rasetyo Utomo, Fadlan Afdallah Ramadhan, Aulia Riza

OPTIMALISASI PENGOLAHAN LIMBAH SABUT KELAPA MENJADI BAHAN

SERBAGUNA UNTUK PENCIPTAAN MULTI PRODUK ... 12

Allwar, Tuasikal Muhammad Amin, Soni Laksono

DIVERSIFIKASI PRODUK MAKANAN DAN KERAJINAN TANGAN BERBASIS KEPAH ... 27

Ari Hepi Yanti, Dwi Gusmalawati, Ari Widiyantoro

PEMBERDAYAAN PERAJIN AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK DAN INFORMASI PENGGUNAANNYA

SECARA TEPAT ... 36

Ari Widiyantoro, Sri Luliana, Sri Wahdaningsih

PEMBERDAYAAN PEMERINTAHAN DESA WAJOK HILIR DAN HULU

KECAMATAN SIANTAN KABUPATEN MEMPAWAHPROVINSI KALIMANTAN BARAT DALAM PEMBUATAN PERATURAN DESA ... 45

Endah Mintarsih, Subiyatno, Nafsiatun

SOSIALISASI TENTANG ZAT ADITIF PADA MAKANAN DAN MINUMANPADA IBU-IBU PKK DUSUN BECICI WONOKERTO TURI SLEMAN YOGYAKARTA ... 52

Anggi Sulistyowati, Didik Krisdiyanto, Endaruji Sedyadi, Yayu Putri Senjani, Lusia Nia Kurnianti

“INDUSTRY-GOVERNMENT-ACADEMICIAN COLLABORATION”MENUJU GOOD MANUFACTURING PRACTICE INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DI WILAYAH SLEMAN YOGYAKARTA ... 62

Farida Hayati, Lutfi Chabib, Hady Anshory, Jamalul Lail

PENDAMPINGAN PERBAIKAN INSFRASTRUKTUR LINGKUNGAN(AIR BERSIH, DRAINASE, LIMBAH) BERBASIS SWADAYA MASYARAKAT ... 73

Harsoyo, Ilya F aja r Mahardika,Widodo

PENGEMBANGAN KERAJINAN BAMBU DI DESA SENDANG AGUNG KABUPATEN SLEMAN ... 85

Jaka Sriyana, Arif Rachman, Muhammad Bambang Subekti

PENDAMPINGAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM,PEMASARAN DAN PRODUKSI MELALUI PENDEKATAN ABG (ACADEMIC,BUSSINES AND


(6)

TENUN SAMBAS ... 139

Riza Linda, Diah Wula ndari Rousdy, Ari Widiyantoro

PENINGKATAN PERAN DAN DAYA DUKUNG MASYARAKAT TERHADAP

PENGEMBANGAN ”WISATA DESA” DI LINGKUNGANDESA SELOPROJO,

NGABLAK, JAWATENGAH ... 149

Sukirman, Arif Fajar Wibisono

PENDAYAGUNAAN HASIL PERTANIAN DAN PETERNAKAN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK MAKANAN DALAM UMKM BERBASIS BAHAN

PANGAN LOKAL ... 162

Unggul P riyadi, Jamaludin Ghafur

PENGEMBANGAN KELOMPOK USAHA PEREMPUAN PADA AYAM PANGGANG GANDU KECAMATAN KARANGREJO MAGETAN ... 180

Vivi Ariyani, Dyah Kurniawati, Ardianus Laurens P aulus

PERENCANAAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYONSONG UNDANG-UNDANG DESA NO 6 TAHUN 2014 ... 192

Yulianto P urwono P rihatmaji, Dwipraptono Agus Harjito

PEMBUATAN SIRUP DARI DAUN PISANG ... 207

Aden Wija n, Rifqi Prasetya Yuniawan

VIDEO PROFIL PARIWISATA DESA SAMBIREJO KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA ... 212

Agus Harjito, Baharudin Machmud, Muha mmad Syafi’ie Nurbadi, Isna Choirunnisa, Nur Aisyah Rahmani Nasution

PEMBUATAN TPS (TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA) ... 224

Ahmad Asroni, Moh Satria Buana P erwira, Dinda Ayu Rizky Septiana, Al Hujjah Asia ningrum, Surya Hadi Saputra, Fatmawati, Anissa Virgiany, Amiril Hunafa, Agung Aulya P erdana Tanjung

KEWIRAUSAHAAN:MENINGKATKAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN

MEMANFAATKAN BAHAN MURAH MENJADI PRODUK BERNILAI JUAL ... 229

Arif Darmawan, Nevia Yulfa F adhlika, Dwi Putri Kartika Sari,Romi Arief Muhammad, Oki Kustiwa, Hasian Syuhada Syahraputra Siregar,Harri Trisnapati, F antry Wija yanti, Nadia Dessifa Hasana


(7)

EMPTYNEST SYNDROME PADA ORANG TUA DI DUSUN SAWAH LOR,

KEMRANGGEN ... 240

Arif Singopurwoko

PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA ARGODADI DI BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT ... 254

Bayu Wiyantoko dan Jamalul Lail

ANALISIS KUALITAS KANDUNGAN AIR BAKU DESA MUNGGUNG DAN

MENETUKAN SOLUSI PENGOLAHAN AIR YANG TEPAT ... 265

Eko Siswoyo

IMPLEMENTASI 5R PADA BALAI DESA RIMUN, KECAMATAN LOANO,

KABUPATEN PURWOREJO ... 270

Irawan Jati, Pamade Hatta,Candra Yoga Adiyanto, Ahmad Zarirudin Haki, Andi Abdul Rahman Wahid, Indah Lestari, Alfrista P ramaidenta Pramana,Rizky Yuliantari, Tasya Pradipta

INOVASI PEMASARAN KUE GELANG SINGKONG KHAS DESA PURBAYAN ... 279

Junaidi Safitri,Vina Rahmawati, Ananda Try Oktaviani, Auliya Hafiz, Widya Ayu Sekar Rini, Eka Rachma Islamianti, Wira Setya Dharma,Fajarsurya Lintang, Dadang Hidayat “SECARA” TUBING DI PURBAYAN (SEHAT, CERIA DAN RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TUBING) ... 291

Junaidi Safitri,Dinu Hafidh Muvariz, Krida Adi Susena, Nursa Aria wan, Sarah Nurjannah,

Ad’hani Rihandini, Ismeina Ulfatunnaja h, Dillah Nurfathiyah Mufti

PEMANFAATAN SAMPAH MENJADI BARANG BERGUNA ... 304

Munthoha, Denny Setya Budi, Saipul Bahri, Ade Yanyan Ra mdhani, Fadhli, Mitasya Susilo Alita Sekar P uri, Annisa Dian Pertiwi, Eliyani Susanti

POTENSI LEMBAGA DUSUN KLEPU ... 314

Nursya’bani Purnama, Very Firmansyah, Agung Cahyo, Lalu Muhammad, Rio Condro,

Tri Hidayati, Meitha Rizky, Fairus Syafira, Ayuhalinda Ekso

PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA ... 322

Raden Edi Fitriyanto, Noor Akbar Utama, Maulana Satrio Rahmadani, Ahmad Syarif, Risky Aria P rasetio, Putri Ratnasari, Masayu Laila, Vinny Hanif Adita ma, Dewi Sumarah Rahayu

BANGUNAN RUMAH TAHAN GEMPA DI INDONESIA ... 329

Sufriyadi, Vito Briyandono, Bobby F aizal G, Yayi Diyah Ayu Palupi, Sandhi Harby Vidista , Nunung Elahayati, Zelvin Praditya I, Luthfia Maula H, Evi Yunimiartiningsih

KREASI GULA JAWA DAN SEMUT ORGANIK DI DESA BATEH,CANDIMULYO, MAGELANG ... 344


(8)

AREN) ... 367

Sus Budiharto, Annisa Aninditya, Rizky Silvia Rosida , Prita Damayanti Nugroho, Diah Fahrunisa , Oktiva Siwi Tri Mawarni, Muhammad Apridoni,Anggit Kurniawan Wisuda, Syarif Afif

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN SEHAT DAN PERILAKU HIDUP SEHAT PADA MASYARAKAT KAWASAN PEDESAAN MELALUI PENGELOLAAN

SAMPAH ... 375

Tito Yuwono, Edwin Vidya Pramana, Jatu Sandyakala ning, Syafina Dewi Lestari, Emma Aulia Dewi, Jito Chahyono, Muh. Al-Barzan,Arry Novita Husna, Enola Alaeda

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) UNTUKANAK USIA DINI ... 387

Yasid, Muhammad Azmi Akbar, Assta puri, Welly Singgih P rakasa,Agista Imas

Kusumaningrum, Rahmawati Nur F adhilla , Cindy Yuni P uspita,Alfia h Sintiawati, Kinanti Faradiba Harahap


(9)

INOVASI PENGOLAHAN SINGKONG MENJADI CASSAVA STICK DI DUSUN TRASIH DESA GIRIASIH - PURWOSARI GUNUNG KIDUL

Agus Taufiq 1), Ageng Pambudi2), Novi Amalia3), Auliya Lenggogeni4), Sinta Silviani Dwi

Lestari5), Bella Alviani Ovina6), Bayu Prasetyo Utomo7), Fadlan Afdallah Ramadhan8),

Aulia Riza9) ,

1)Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (DPL dan

Ketua Tim KKN PPM DIKTI 2016) di Desa Giriasih-Purwosari Gunung Kidul.

2)-9)Anggota Unit 398 KKN PPM DIKTI 2016

email : auggie_my@yahoo.com

ABSTRAK

Sumber daya alam yang dimiliki oleh dusun Trasih Desa Giriasih diantaranya adalah singkong, jagung dan tembakau. Dari sumber daya alam tersebut masyarakat dusun Trasih dijadikan sebagai sumber pendapatan, tetapi masih sebatas pada menjual hasil bumi tersebut ke pasar, belum diberdayakan secara optimal (nilai tambah dari hasil bumi tersebut baru dibuat

“tiwul” dan “gaplek”). Dari hasil observasi yang dilakukan dan analisa masalah, maka

memungkinkan peningkatan nilai tambah dari sumber daya alam (khususnya singkong yaitu dibuat

“stick singkong”. Jenis makanan ini (stik singkong) jika dioptimalkan pemasarannya, maka dapat menigkatkan pendapatan masyarakat dusun Trasih. Dengan metode penyuluhan dan pemberian latihan untuk membuat deversifikasi produk dari singkongdan penyuluhan tebtang pengorganisasian kelompok usaha yang sudah ada (asih mandiri) maka msyarakat dusun Trasih khususnya ibu-ibu PKK dapat membantu meningjatkan pendapatan keluarga, sehingga pada saatnya nanti tingkat ekonomi masyarakat dusun Trasih juga dapat meningkat.

Keywords : Trasih,singkong, produksi, PKK

ABSTRACT

Natural resources which belongs to Trasih’s village such as cassava, corn, and tobacco. The economy is carried out by utilizing existing crop yields in Trasih, but in the sales, the society still relying on to sell directly to the market. The profit gained is not great, and not worth with the

outcome. They has also been trying to make cassava processed into “tiwul” and “gaplek”(only

seasonal). Based on the results of observation and data retrieval has been done, then compiled the

program seeded work, “innovation of processing cassava into Cassava Stick”. Cassava stick is the

idea that aims to make cassava becomes more valuable and increase the extent of society income in Trasih. The methods used is socialization about the content and benefits of nutritional cassava,

cassava stick cooking’s mentoring, packaging, and strategy to the initial marketing. The result is a product in the form of cassava stick with label, and create an organization that manages the natural

resources of Trasih. This activity implies Trasih’s society, especially womans community for the welfare o f the societ.

Keywords : Trasih, cassava, product, womans community

PENDAHULUAN

Berdasarkan batas geografis, Dusun Trasih desa Giriasih berada di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta dan berada pada wilayah dataran tinggi. Lokasi dusun


(10)

memiliki luas lahan pertanian paling banyak kedua setelah dusun klepu. Hasil bumi yang paling banyak dihasilkan adalah singkong.

Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah padi dan jagung. Tanaman ini merupakan bahan baku yang paling potensial untuk diolah menjadi tepung. Singkong segar mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar air sekitar 60%, pati 35%, serat kasar 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak 0,5%, kadar abu 1%, karenanya merupakan sumber karbohidrat dan serat makanan namun sedikit kandungan zat gizi seperti protein (Hasbi, 2012). Masyarakat dusun trasih yang tidak konsistensi dan tidak berkelanjutan dalam mengolah hasil bumi berupa singkong sehingga hasil bumi tersebut hanya bernilai rendah. Permasalahan nya adalah hanya terdapat lima jenis olahan makanan dengan bahan dasar singkong dari turunan 1, kurangnya pengetahuan mengenai kandungan gizi dan turunan yang dihasilkan dari singkong. Padahal dari singkong tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam produk konsumsi yang aman dan bernilai jual tinggi seperti cake, nata de cassava, cassava stick. Untuk produk pertaniannya dapat diolah menjadi pembasmi hama padi (pestisida alami), pupuk organik. Masih dibutuhkanya alat-alat/fasilitas pendukung peningkatan kualitas dan kuantitas olahan makanan dari singkong seperti mesin penggiling singkong menjadi tepung, spinner,

mesin oven makanan, sealer, dan meja produksi menjadi faktor utama kelompok usaha dalam pengolahan singkong tersebut tidak bertahan lama. Kesiapan sumber daya manusianya dalam menghadapi pangsa pasar merupakan faktor lain pemasaran produk tersebut terhenti.

Masyarakat Dusun trasih giriasih yang kurang mampu memanajemen potensi sumber daya yang ada menyebabkan sumber daya alam tersebut tidak termanfaatkan dengan baik, sehingga KKN UII Unit-398 tergerak untuk menyalurkan ide dan informasi dalam pengolahan singkong berupa pembuatan cassava stick yang bertujuan meningkatkan kemampuan manajemen potensi sumber daya bagi masyarakat dusun tersebut. Urgensi dari kegiatan ini adalah agar sumber daya alam berupa singkong sebanding dengan proses pemanenanya yang lama, sehingga meningkatkan nilai jual singkong.


(11)

Dari permasalahan tersebut disusunlah rencana pemecahan masalah yang antara lain adalah Sosialisasi mengenai kandungan dan manfaat gizi singkong, pendampingan memasak Stik singkong, peningkatan fasilitas produksi untuk mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas hasil olahan makanan dari bahan dasar singkong, Pengemasan, Strategi untuk pemasaran awal, serta menjadi percontohan ketahanan pangan dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) lokal melalui diversifikasi olahan makanan dari bahan dasar singkong.

Rasionalisasi dari kegiatan ini mampu mendorong masyarakat Dusun Trasih untuk memanfaatkan maupun membudidayakan sumber daya alam berupa singkong menjadi produk yang enak dikonsumsi dan bernilai jual tinggi serta terciptanya sistem manajemen sumber daya yang lebih produktif.

METODE

Dari beberapa permasalahan yang ditemui diperlukan perencanaan kegiatan agar kegiatan yang dilaksanakan terarah dan jelas. Berikut ini dijelaskan tahapan yang dilakukan.

Tahapan awal adalah penyuluhan manfaat dan gizi singkong. Pada tahapan ini dijelaskan mengenai tentang nilai gizi, variasi jenis, dan turunan olahan makanan berbahan dasar singkong. Singkong yang menjadi penghasil utama di dusun trasih menjadikan tahapan ini sebagai awal mula untuk mengenalkan kandungan gizi singkong, terutama pada ibu rumah tangga yang berada di dusun trasih. Sasaran dari penyuluhan awal ini kepada masyarakat dusun trasih khusunya ibu-ibu. Cara untuk memilih responden/khalayak sasaran dengan cara mengumpulkan warga dusun trasih di balai padukuhan untuk diberikan pengarahan dan penyuluhan. Arisan PKK dusun trasih diadakan setiap bulanya, dari siitulah cara yang tepat untuk memberikan penyuluhan, disamping ramai yang datang karena agenda rutin tiap bulan memungkinkan untuk informasi ini bisa tersebarluaskan. Modul / materi yang dibagikan berdasarkan data yang sudah dihimpun oleh dosen farmasi yang sudah berpengalaman. Beliau juga merupakan salah satu dosen pengaju Program Pemberdayaan Masyarakat. Data inilah yang nanti menjadi rujukan untuk penyuluhan gizi singkong. Alat yang dibutuhkan hanyalah proyektor. Dari kegiatan ini nantinya masyarakat mengetahui tentang manfaat gizi, variasi jenis, dan turunan olahan makan berbahan dasar singkong.

Tahapan selanjutnya adalah penyuluihan mengenai kelompok usaha Keluarga asih mandiri yang nantinya kelompok usaha asih mandiri yang berada di dusun akan bergerak dalam


(12)

Data tersebut yang menjadi acuan untuk mensosialisasikan mengenai keluarga asih mandiri. Pada tahapan ini dijelaskan mengenai keberadaan keluarga asih mandiri yang berada di desa. Sasaran kegiatan dari tahapan ini adalah Ibu-ibu PKK yang berada pada dusun trasih. Agar sasaran yang datang banyak dan ramai, pada tahapan ini berbarengan dengan perkenalan serta sosialisai program individu ataupun unit. Output dari tahapan kegiatan ini adalah terbentuknya suatu organisasi berupa keluarga asih mandiri tingkat dusun yang mewadahi dalam mengolah bahan dasar hasil bumi dusun trasih. kelompok usaha asih mandiri tingkat dusun ini juga akan berkoordinasi langsung dengan keluarga asih mandiri tingkat desa dalam hal pemasaran.

Tahapan selanjutnya adalah demo masak cassava stick. Berdasarkan analisis data yang didapat, Masyarakat desa giriasih hanya mempunyai 5 jenis olahan makanan dengan bahan dasar singkong dari turunan 1 (satu/pertama) yaitu berupa keripik singkong, tepung singkong, tape singkong, dan makanan tradisional. Lain hal dengan yang berada didusun trasih jenis olahan makanan yang dibuat oleh masyarakat dusun trasih hanya berupa gaplek dan tiwul. Olahan makanan itu tidak untuk diperdagangkan melainkan hanya untuk dimakan untuk sendiri. Pada tahapan ini dijelaskan mengenai pembuatan olahan makanan berupa cassa va stick. Cassava stick merupakan suatu ide/gagasan untuk membuat olahan makanan lebih bervariasi dan mudah untuk dioalah. Data dalam membuat cassava stick didapat dari pengolahan makanan berupa kripik bawang. Bahan dan alat yang digunakan hampir sama dengan pengolahan makanan berupa kripik bawang. Bahan yang dibutuhkan yaitu Tepung Singkong 0,150 kg,Tepung Terigu 0,1 gram, Telur 1 butir, Nori (Rumput Laut Panggang) Secukupnya, Lada bubuk 2 gram Garam Secukupnya, Bawang Merah (dihaluskan) 3 Siung, Bawang Putih (dihaluskan) 3 Siung, Air Secukupnya. Alat yang dibutuhkan adalah kompor, wajan, rolling pan, spatula, gas. Pada tahapan ini pula dijelaskan mengenai komposisi untuk membuat cassava stick agar sesuai dan dapat diterima oleh masyarakat. Responden/khalayak sasaran yang dipih adalah perwakilan dari tiap Rukun Tetangga berjumlah 5 orang, yang nantinya dari 5 orang tiap Rukun Tetangga akan mengajari kepada warga yang lainya. Alasanya adalah agar dalam memanajemen waktu tercapai. Ouput dari tahapan ini adalah


(13)

mengetahui bahan dan alat serta komposisi pembuatanya dan dapat mempraktekan pembuatannya. Metode yang digunaka adalah praktek memasak dan mendampinginya.

Tahapan selanjutnya adalah memperkenalkan mesin serta cara pengoperasianya. Berdasarkan analisis data, masyarakat dusun trasih membutuhkan alat-alat/fasilitas pendukung untuk peningkatan kuantitas dan kualitas olahan makanan dari singkong. Analisis tersbut diambil dari wawancara dari warga. Hal ini membbuktikan bahwa masyarakat dusun trasih masin enggan untuk mengolah olahan makanan singkong karena proses dan waktu yang lama dalam mengolah singkong menjadi olahan makanan yang bernilai. Tujuan dari tahapan kegiatan ini adalah agar masyarakat lebih praktis lagi dalam membuat olahan singkong sehingga tergerak untuk mengolah olahan singkong. Responden/khalayak sasaran yang dipih adalah perwakilan dari tiap Rukun Tetangga berjumlah 5 orang, yang nantinya dari 5 orang tiap Rukun Tetangga akan mengajari kepada warga yang lainya. Alasanya adalah agar dalam memanajemen waktu tercapai. Alat yang diperkenalkan adalah berupa spinner yaitu alat peniris minyak, dan sealer alat pemanas press platik untuk packaging yang baik. Disain alat spinner

yang digunakan adalah kapasitas 3 kilogram agar nantinya alat ini bisa memperpanjang keawetan dan kuantitas dalam mengolah makanan olahan singkong lebih banyak. Disainn dari alat sealer berupa pemanas press plastik sederhana prinsip nya seperti pemanas dari lilin. Alat

sealer tersebut nantinya untuk packaging yang baik. Labeling perlu dilakukan agar pemasaran produk semakin mudah. Design labeling yang digunakan berupa corel draw yang nantinya dicetak lalu dimasukan kedalam produk olahan tersebut lalu di packaging menggunakan sealer. Outpuynya dalah masyarakat dusun trasih mengetahui kinerja dan produktivitas alat penunjang berupa spinner dan sealer.

Tahapan selanjutnya adalah peningkatan pemasarn produk. Pemasaran produk menjadi hal penting dalam menjual produk olahan makanan. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan teknik wawancara, berbagai kegiatan dalam mengolah hasil bumi sudah banyak hanya saja terekndala pada pemasaranya. Berdasarkan data yang diperoleh, kelompok asih mandiri tingkat desa, memasrkan produk olahanya dijual ke pasar panggang, wonosari, parangtritis, dan beberapa daerah di kota bantul. Melayani pemesanan dan mengikuti pameran-pameran seperti Gunung kidul Expo, pameran-pameran produk POSDYA, UII Expo, dan lain lain. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat belum siap untuk menerjunkan hasil olahan makanan tersbut ke dalam pangsa pasar. Tidak jauh berbeda dengan dusun trasih, terdapat suatu usaha mandiri yaitu pembuatan aksesoris dari sampah organik berupa bungkus plastik kopi. Usaha


(14)

(SDA) melalui diversifikasi olahan makanan berbahan dasar singkong di dusun trasih. hal tersbut bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan pangan sampai tingkat individu dan menciptakan lapangan kerja sehingga kesejahteraan masyarakt di pedesaan semakin merata. Responden atau khalayak sasaran yang dicapai adalah kader-kader usaha kelompok asih mandiri yang berada pada tingkat dusun.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil

Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, warga sangat antusias ketika mengikuti kegiatan. Hal ini dilihat adari adanya diskui dan konsistensi selama kagiatan. Selain itu beberapa rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oelh penulis masyarakat sudah memikirkarakan produk yang bakal diolah untuk segera dipasarkan. Terbentuklah Organisai yang menaungi dalam hal produksi olahan singkong ataupun sumber daya alam yang lain seperti jagung dan yang lainya. Meskipun demikian, warga juga menyampaikan tentang modal awal yang harus disediakan dalam menjalankan program. Walaupun seperti itu penulis memberikan solusi untuk peminjaman dan membuat proposal ke desa ataupun kecamatan. Akhirnya, Dusun trasih mempunyai sebuah kelompok usaha dan tempat produksi di dusun Trasih. Sehingga bisa menjadi dusun percontohan dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) local melalui diversifikasi olahan (SDA) yang ada pada dusun itu.


(15)

Gambar 1. Penyuluhan Gizi, dan manfaat dari singkong.


(16)

Gambar 4. Pengenalan alat sealer


(17)

Gambar 6. Tempat berlangsungnya kegiatan


(18)

diperkuat dengan adanya penryataan dari pak paryata selaku pak dukuh bahwasanya program ini bisa terbilang suksesn karena dilihat dari jumlah warga yang hadir melebihi dari jumlah warga yang hadir pada saat pelantikan serah jabatan kepala dukuh ataupun kegiatan agenda rutin yang dilakukan oleh masyarakat dusun trasih. dalam akhir dari tahapan ini diadakanya perlombaan memasak antar tiap Rukun Tetangga untuk membuat pengolahan singkong menjadi

cassava stick. Kriteria penilaian berdasarkan pada bentuk, rasa, kerapihan dalam packaging. Pemenang ini dari perlombaan ini dijadikan sebagai contoh dalam memproduksi secara masal. Pengaruh kemasan pun turut berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Syaputri, 2014). Hal ini dibuktikan dengan perlombaan dengan kriteria kerapihan dalam packaging, ini merupakan awal tentang pentingnya pengemasan secara baik, pengemasan yang dilakukan dengan sempel hasil olahan makanan sebanyak 250 gram. Walaupun masih belajar dalam proses labeling. Pemasaran awal untuk warung-warung kecil ataupun pada pasar. Komunikasi mempunyai andil membangun iklim organisasi, yang berdampak kepada membangun budaya oranisasi, yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik pusat organisasi. Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian (mutual

undestanding)…(Anonim, 2012). Dalam hal ini organisasi yang dibentuk berupa kelompok keluarga asih mandiri tingkat dusun mempunya insiatif dalam membangun kelompok usaha ini. Hal ini dibuktikan dengan konsistensi dan bakat yang dipunya serta pengarahan dalam berwirausaha sudah tersampaikan dengan baik. Ibu-ibu dusun trasih mempunyai inisiatif mencoba untuk melakukan olahan makanan lain, sperti keripik kulit singkong. Berdasarkan pada literatur komunikasu sudah terjalin sebelum organisasi ini bentuk, memungkinkan kelompok usaha ini akan bergerak maju dalam hal pengolahan singkong.

KESIMPULAN

1. Warga sangat antusias dalam mengikuti kegiatan innvasi pengolahan singkong menjadi

cassava stick


(19)

3. Inisiatif warga dalam membangun sebuah organisasi tercipta karena adanya komunikasi yang baik

4. Motivasi yang cukup kuat dari masyarakat dusun trasih untuk mengolah olahan singkong terjadi karena alat pendukung atau penunjang diberikan ke desa, sehingga harus mempunya produksi terlebih dahulu.

5. Pemasaran yang dilakukan masih sebatas pada warung-warung kecil.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dana yang telah diberikan oleh Direktorat Riset dan Pegabdian Masyarakat Kemenristekdikti RI melalui skema KKN PPM untuk tahun anggaran 2016.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa Giri Asih yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan KKN PPM dan segenap masyarakat desa Giri Asih yang terlibat dalam pelaksanaan KKN PPM di wilayah desa Giri Asih, serta terima kasih penulis ucapkan kepada para mahasiswa UII peserta KKN PPM 2016 (dari beberapa jurusan/program studi).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Komunikasi Dalam Organisasi. Teori Organisasi Umum. 1 (1), 1 – 12.

Hasbi, M., 2012. Usaha Keripik Kulit Singkong. Karya Ilmiah Mahasiswa D3 Amikom Prodi Manajemen Informatika. Retrieved from http://www.amikom.ac.id/research/index.php/

DMI/article/view/7657. .

Syaputri R. 2014. Pengaruh Kemasan Merek dan Harga Terhadap Loyalitas Konsumen pada UKM Keripik Singkong Sulis di Samarinda. Igarss 2014, 3(1), 1-5.


(20)

ABSTRAK

Desa Kebonharjo merupakan sebuah desa yang berada di pegunungan dan wilayahnya memiliki lahan yang bersifat kemiringan tinggi, maka pola perilaku kehidupan masyarakatnya bersifat agraris. Sebagian besar lahan perkebunan yang ditanam adalah tanaman kelapa. Tanaman tersebut mempunyai berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi produk turunan, dari buahnya hingga limbahnya. Limbah kelapa padat berupa sabut tersedia dalam jumlah yang besar, sehingga sangat potensial di manfaatkan sebagai alternatif usaha baru untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Dukungan dan kerjaasama antara pemerintah melalui KKN PPM dan Universitas Islam Indonesia, melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) berupa pendampingan bagi pemerintah desa dan masyarakat untuk mewujudkan tujuan pembangunan desa kebonharjo. Pemanfaatan limbah sabut kelapa menjadi beberapa produk seperti sapu , tali dan keset dapat menumbuhkan peluang pekerjaan untuk meningkatkan nilai perekonomian masyarakat desa Kebonharjo

Kata Kunci: Desa Kebonharjo, Limbah sabut kelap, meningkatkan perekonomian

ABSTRACT

Kebonharjo is a village in the mountains area which has a high slope which has an agrarian community life. Most of the plantations are planted coconut trees. The plant has a great potential to be developed into derivative products, from fruit to waste. Coconut fiber was easily obtained in large quantity at every household which was good alternative for taking take advantage of new business and improving the economy of the family.

Support and collaboration from government through KKN PPM program and the Islamic University of Indonesia provide the encouragement and assistance to the village community to realize the objectives of rura l development Kebonharjo. Utilization of waste coconut fiber into several products such as brooms and doormats can foster new job opportunities and increase the level of economic growth.

Keywords: Kebonharjo, Coconut fiber waste, Economic growth

PENDAHULUAN

Desa Kebonrejo terletak di kecamatan Samigaluh, kabupaten Kulon Progo yang terletak sisi barat kota Yogyakarta. Secara geografis, Luasan wilayahnya Kebonharjo mencapai 6.929,3 Ha yang berkontur pegunungan dan sebagian besar bersifat lereng atau tebing. Desa kebonrejo merupakan daerah pertanian yang subur dan di iringi dengan curah hujan yang tinggi.

Tingkat ekonomi masyarakat Kebonrejo hidup dengan pertanian terutama tanaman keras seperti cengkeh, polowijo, kelapa, buah buahan, padi dll. Hasil pertanian daerah selain di konsumsi sendiri, sebagian besar di pasarkan di luar daerah kebonrejo. Kreatifitas masyarakat


(21)

sangat tinggi sehingga selalu memanfaatkan hasil pertanian dengan beberapa type produksi dengan nilai ekonomi yang tinggi.

Hasil pertanian seperti cengkeh mendapat posisi terbaik dalam meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat. Produksi tananaman cengkeh berkembang dengan pesat mulai dari produksi buah cengkeh hingga pengolahan limbah daun cengkeh menghasilkan minyak atsiri (Hadi 2012). Hasil pertanian setelah cengkeh adalah tanaman kelapa. Berbeda dengan tanaman kelapa, dimana pemanfaatannya terutama limbah sabut belum maksimal karena keterbatasan pengetahuan masyarakat dan teknologi pengolahan limbah sabut tersebut. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia (Penny Setyowati 2004). Keunikan tanaman kelapa adalah semua bagian dari kelapa dapat di manfaatkan seperti akar, batang, daun, buah dan bahkan limbah kelapa juga dapat di manfaatkan untuk keperluan manusia. Limbah kelapa seperti sabut kelapa masih belum maksimal di manfaatkan manusia (Dwi Wahini Nurhajati 2011; Septia Andini 2013). Dengan mengamati limbah sabut kelapa cukup melimpah maka kondisi ini mendorong masyarakat untuk mulai memanfaatkan limbah sabut kelapa menjadi produk-produk yang dapat menjadikan produk unggulan desa (Admin 2016). Ketersediaan tanaman kelapa pada desa kebonharjo dapat di lihat pada table 1.

Tabel 1. Distribusi Tanaman di Desa Kebonharjo

NO NAMA DUSUN

LUAS LAHAN Pohon Kelapa

1 Gowok 14 Ha 2 Gebang 10 Ha 3 Pringtali 12 Ha

Sumber: Desa Kebonharjo, 2014

Tabel 2. Kekuatan dan Kelemahan Masyarakat Sasaran

DUSUN POTENSI/KEKUATAN KELEMAHAN

Gowok 1.Jumlah SDM yang memiliki waktu luang 12 orang, terutama ibu-ibu rumah tangga.

2.Memiliki lahan bahan sabut kelapa.

3.Sudah ada beberapa orang mulai

1. Belum memiliki mesin pengolah sabut kelapa

2. Tidak memiliki skill yang memadai dlm membuat produk kerajinan sabut kelapa 3. Belum memiliki alat-alat kerja standar


(22)

Pringtali 1. Jumlah SDM yang memiliki waktu luang 19 orang

2. Memiliki lahan bahan sabut kelapa

3. Sudah ada beberapa warga yang mencoba membuat produk sapu dari sabut kelapa

1. Sabut kelapa belum dimanfatkan karena tidak tahu cara pengolahannya.

2. Tidak memiliki skill yang memadai untuk membuat kerajinan sabut kelapa

3. Belum memiliki alat-alat kerja standar untuk pembuatan kerajinan, seperti sapu dan kleset atau lainnya

Tabel 2 mencerminkan bahwa diperlukan: (1) peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, (2) memerlukan support terhadap fasilitas, (3) mendorong pertumbuhan badan usaha.

METODE PELAKSANAAN

Limbah sabut kelapa tersedia dalam jumlah yang besar di desa Kebonharjo. Sabut tersebut dapat dijadikan sebagai produk unggulan desa Kebonharjo. Pemanfaatan sabut untuk menjadi produk rumah tangga seperti sapu, keset dan tali sabut kelapa dapat menjadi sarana alternative untuk meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat.

Tahapan persiapan kegiatan dilakukan kerjasama dengan mahasiswa KKN pada waktu yang telah sesuaikan. Sosialisasi mahasiswa KKN ke masyarakat sasaran sebagai mahasiswa penggerak/motivator dilakukan secara kekeluargaan. Mahasiswa dan masyarakat bekerjasama dalam mendata, melihat kekuatan dan kelemahan dari potensi desa. Masyarakat dan mahasiswa KKN bekerjasama membuat program dan pemetaan potensi serta identifikasi mencari keunggulan potensi desa yang dapat di kembangkan.

Tahapan pelaksanan kegiatan dilakukan dengan melengkapi semua kelemahan dengan kegiatan pelatihan/worshop, kunjungan industry, kewirausahaan dan melengkapi fasilitas produksi untuk mendukung teknologi. Mempersiapkan masyarakat untuk tetap melanjutkan dan mengembangkan program KKN PPM.


(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Kegiatan

Persiapan mahasiswa KKN yang akan di tempatkan di lokasi desa Kebonharjo dilakukan dengan beberapa tahap:

a. Seleksi Mahasiswa

Seleksi dilakukan pada waktu 21 s/d 23 Juni 2016. Kegiatan awal dilakukan oleh DPL bersama pusat KKN melakukan seleksi mahasiswa yaitu melakukan seleksi mahasiswa KKN melalui seleksi administrasi serta test kesiapan pengetahuan dan kecakapan. Seleksi ini dimaksudkan untuk mendapatkan mahasiswa yang dibutuhkan sesuai dengan tema program KKN PPM. Tujuan seleksi ini dilakukan untuk menemukan mahasiswa yang sesuai harapan program.

b. Pembekalan Mahasiswa

Pelaksanaannya dilakukan pada 23 s/d 24 Juli 2016. Persiapan KKN dilakukan dengan diawali persiapan, yaitu mempersiapkan para mahasiswa dengan membekali melalui pertemuan-pertemuan pembekalan. Pembekalan ini dilakukan melalui beberapa tahap mulai wawasan pengetahuan, keprodian, skill keagamaan hingga pembekalan Teknologi Terapan sesuai displin ilmu mahasiswa.

Gambar 1. Pembekalan mahasiswa KKN

Pembekalan materi bidang-bidang garap atau tema khusus, meliputi : Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Berbasis Wirausaha dan Etika Global, Pengembangan Virtual Environment (VE) untuk pendidikan; pemerintahan dan bisnis desa; Pengembangan Kawasan Pedesaan untuk peningkatan Kesejahteraan Masyarakat; Pengembangan Lingkungan dan Permikuman yang Cerdas, Lestari dan Berbasis Potensi wilayah; Kemasyarakatan dan


(24)

melaksanakan tugas hingga tuntas pada kegiatan KKN.

Gambar 2. Pelepasan KKN PPM UII secara massal

d. Pelaksanaan

Pada tanggal 2 Agustus 2016 jam 19.30 dilaksanakan perkenalan dan sosialisasi program KKN PPM terkait program yang akan dijalankan hasil kesepakatan awal yang tertuang dalam proposal program KKN PPM. Tujuannya untuk mendapatkan kesepahaman terhadap program yang akan dilaksanakan bersama masyarakat. Selain itu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk terlibat kegiatan yang disepakati bersama masyarakat.

e. Workshop Potensi Desa : Pengolahan Sabut dan Tempurung Kelapa

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2016 di balai desa Kebonharjo melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, generasi muda dan kelompok ibu-ibu rumah tanggal yang potensial.


(25)

Kegiatan awal ini sebagai pemicu motivasi masyarakat agar memahami dan mengerti bahan potensi sabut kelapa yang selama ini menjadi limbah bisa dimanfaatkan menjadi produk kerajinan rumah tangga.

Dari kegiatan ini maka mahasiswa melakukan pemetaan kembali potensi Sabut kelapa di masing-masing dusun yang ada di desa Kebonharjo, yaitu meliputi dusun, Jeringan, Kedunggupit, Kaliduren, Jarakan, Gowok, Kleben, Gebang, Pringtali, Dangsambuh dan Pelem.

Gambar 4. Peta Potensi Sabut Kelapa

f. Pelatihan Skill Pengolahan Sabut Kelapa

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2016 bersama tokoh tiga (3) pemuda kader pengelola usaha sabut kelapa yang ditunjuk desa untuk ikut pelatihan awal, dengan tujuan nantinya akan melatih warga lainnya pasca pelatihan di pusat kerajinan sabut kelapa.


(26)

Gambar 6. Pelatihan kader : berlatih dalam pembuatan produk sabut kelapa oleh praktisi Pelatihan ini memberikan daasar-dasar membuat produk kerajinan dari sabut kelapa secara baik dan benar sesuai kualitas pasar. Agar ada standar produk kerajinan sabut kelapa yang akan di buat oleh warga desa Kebonharjo.

Gambar 7. Pelatihan kader : berlatih dalam pembuatan produk sabut kelapa oleh praktisi Pasca pelatihan kader pengelola usaha kerajinan produk sabut kelapa nantinya akan dilakukan pelatihan bersama dengan warga masyarakat desa Kebonharjo bersama para kader tersebut.


(27)

g. Pelatihan Skill Pengolahan Sabut Kelapa Bersama Masyarakat

Kegiatan ini laksanakan pada tanggal 10 Agustus 2016 bersama masyarakat dengan dipandu oleh kader-kader yang telah dilatih khusus, tujuannya untuk menularkan kemampuannya selama mengikuti pelatihan pengolahan sabut kelapa.

Sosialisasi dan penyebaran skill pengolahan produk sabut kelapa dilakukan di balai desa bersama perwakilan semuan dusun agar nantinya terjadi penyebarluasan dan pemerataan skill dari para pengrajin produk sabut kelapa.

Gerakan berlatih bersama ini dilakukan untuk memanfaatkan potensi wilayah sebagai penghasil kelapa yang cukup besar namun belum mampu mengangkat perekonomian warga masyarakatnya.

Gambar 9. Pelatihan pengolahan produk oleh para kader kepada masyarakat desa Dari pelatihan ini nantinya akan digunakan sebagai kebijakan desa untuk mendorong kewirausahaan desa dan menjadi sentra kerajinan sabut kelapa di skala kecamatan Samigaluh.

a. Penyuluhan Kewirausahaan, Diversifikasi Produk dan Pewarnaan Bahan

Tahap lanjutan dari pembinaan kelompok kader dan masyarakat adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang prinsiup-prinsip berwirausaha. Pemaparan diberikan sebagai landasan berpikir bagi masyarakat agar usaha yang akan dikembangkan dapat dijalani dengan baik dengan segala resiko yang dapat dikelola secara baik. Dilaksanakan pada hari minggu 14 Agustus 2016 jam 09.00WIB


(28)

Gambar 10. Penyuluhan Kewirausahaan dan Diversifikasi Produk serta Pewarnaan Penyuluhan ini juga membahas detail produksi yang dapat diupayakan masyarakat dalam menciptakan produk-produk pilihan yang sesuai dengan kemampuan dan alat yang dimiliki. Penyuluhan ini memberi pilihan bagi masyarakat bahwa banyak sisi dari bahan baku sabut kelapa yang dapat diolah sebagai bahan multi produk.

Gambar 11. Pelatihan pewarnaan bahan untuk multi produk

Dari pertemuan ini dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan pewarnaan bahan untuk berbagai produk. Pertemuan ini memberikan pemahaman bahwa bahan perlu diberikan pewarnaan untuk menambah nilai estetika produk. Dilaksanakan hari Minggu 14 Agustus 2016 pada jam 11.00 WIB

b. Penyuluhan tentang perencanaan bisnis (bisnis plan)

Kegiatan penyuluhan tentang perencanaan bisnis adalah kegiatan yang bersifat mempersiapkan masyarakat yang kana terjun di dunia bisnis, yaitu usaha kerajinan yang sedang dirintis masyarakat bersama pemerintah desa. Kegiatan ini mengundang banyak pihak, meliputi masyarakat pengrajin, kader, aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat dan generasi muda yang peduli atas potensi wilayahnya.


(29)

Gambar 12. Penyuluhan Perencanaan bisnis (bisnis plan)

Kegiatan ini merupakan mata rantai dari semua kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada penciptaan usaha masyarakat melalui kerajinan berbahan sabut kelapa. Tujuannya untuk membuka wawasan masyarakat bahwa segala aktifitas bisnis membutuhkan perencanaan yang baik dan terdokumentasi dengan benar.Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Agustus 2016 jam 09.00 WIB di balai desa Kebonharjo

c. Gelar pameran hasil pelatihan dan multi produk

Kegiatan pameran produk ini juga bersamaan dengan perayaan kemerdekaan RI yang diperingati di balai desa Kebonharjo. Beberapa acara diselenggarakan termasuk pameran produk masing-masing dusun, termasuk produk hasil pembinaan dalam bentuk sabut kelapa. Kegiatan ini dilaksanakan hari Kamis, 18 Agustus 2016 di balai desa Kebonharjo.

Gambar 13. Gelar Budaya dan Produk dalam rangka Kemerdekaan RI di Balai Desa Kebonharjo


(30)

Gambar 14. Produk hasil pelatihan dan potensi diversifikasi produk di Balai Desa Kebonharjo Di kegiatan pameran ini selain ditampilkan hasil produk pelatihan juga di tampilkan beberapa

potensi produk masa depan yang akan dan atau bisa dikerjasamakan dengan kampus UII sebagai pembinaan lanjutan. Pasca KKN UII akan ada rintisan pembinaan yang ditindaklanjuti oleh Fakultas Teknik Industri jurusan Tektil UII. Tujuannya bahwa pengembangan produk membutuhkan pendampingan yang serius dan dalam kurun waktu yang panjang.

Gambar 15. Produk hasil pelatihan dan potensi produk berbasis penelitian dan laboratorium Beberapa produk hasil penelitian dan laboratorium sudah diperkenalkan kemasyarakat dan berpotensi dikerjasamakan dengan masyarakat desa untuk dikembangan sebagai alternatif produk unggulan desa.


(31)

d. Membentuk Jejaring dan Pengembangan Kerjasama Potensi Desa

Seiring dengan adanya pengembangan produk potensi desa oleh mahasiswa KKN maka diupayakan pula untuk membangun jejaring kerjasama untuk pengembangan kewirausahaan desa dan pengembangan produk dari potensi desa. Langkah ini sebagai upaya tindaklanjut kegiatan pengembangan ekonomi berbasis potensi desa, sehingga bangunan kerjasama yang lebih luas bisa diwujudkan sebagai pondasi keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat. Kerjasama dengan banyak pihak sangat penting, baik dengan Perguruan Tinggi sebagai pendamping riset produk dan pihak swasta (pengusaha lain) sebagai pengembangan usaha. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Agustus 2016 di balai desa Kebonharjo.

Gambar 16. MoU Fak. Teknik Industri dengan Desa Kebonharjo untuk tindak lanjut kerjasama pasca KKN

e. Membangun Jaringan Komunikasi Bisnis

Sebagai kesiapan untuk pengembangan usaha dibidang produk sabut kelapa diperlukan jaringan komunikasi yang efektif. Pembangunan jaringan komunikasi untuk usaha (bisnis) ditidak mudah, sebab diperlukan kesiapan sumber daya manusia yang baik. Oleh karenanya dukungan pemerintah desa terhadap pengembangan usaha ini cukup baik, yaitu menyiapkan sumber daya manusia yang siap di bina sesuai dengan kebutuhan.

Kader desa juga diberikan wawasan dan skill dalam mengelola beberapa blog dabn website dan dibekali dengan ketrampilan mengolahan data berbasis komputer. Para kader dilatih secara simultan dan didampingi langsung mengenal prinsip-prinsip pengelolaan website dan segala permasalahannya. Kegiatan pelatihan ini dilakukan pada hari Senin, 22 Agustus 2016 di balai desa Kebonharjo.


(32)

Gambar 17. Pelatihan Komputer dan Kaderisasi Pengelola Website Desa Kebonharjo - Media Komunikasi

Beberapa kegiatan yang mengikuti pengembangan jaringan bisnis ini adalah membuat leaflet dan Blog khusus desa Kebonharjo sebagai bagian dari promosi wilayah dengan segala potensinya.

Gambar 18. Pembuatan Desain Leaflet dan Papan nama rumah produksi

f. Membentuk Rumah Produksi Terpadu

Kesiapan dan realisasi pengembangan usaha dibidang produk sabut kelapa perlu diwujudkan sebagai upaya menyatukan semua potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Dengan dibentuknya wadah bersama maka memudahkan dalam pengelolaan usaha berbasis masyarakat. Dilaksanakan pada hari sabtu, 29 Agustus 2016 di dusun Gebang, desa Kebonharjo.

Sebagai langkah awal dibentuknya rumah produksi sebagai pusat kendali produksi bagi semua produk turunan sabut kelapa. Rumah produksi nantinya sebagai langkah awal mempersatukan seluruh masyarakat desa yang akan dan sedia terlibat dalam menciptakan produk unggulan desa berbahan baku buah kelapa. Rumah produksi ini juga merupakan wadah


(33)

dan media masyarakat pengrajin untuk bekerja secara bersama-sama sehingga bisa saling mendukung dan memperkuat anggotanya.

Gambar 19. Penyerahan bantuan alat mesin produksi sabut kelapa

Dengan kehadiran KKN PPM UII yang mengusung tema ”optimalisasi pengolahan limbah Sabut Kelapa menjadi bahan serbaguna untuk penciptaan multi produk” maka

diupayakan pula memberikan stimulan bagi masyarakat desa Kebonharjo berupa Mesin Sabut

Kelapa skala besar guna memenuhi banyaknya limbah sabut kelapa sebesar : 48,89 ton/tahun.

Gambar 20. Dioperasionalkannya Rumah Produksi

KESIMPULAN

1. Kegiatan KKN mahasiswa yang dilakukan di Kebonharjo telah meningkatkan pemahaman masyarakat dalam pengolahan limbah sabut kelapa menjadi produk-produk yang dapat menjadi keunggulan desa kebonharjo.

2. Sabut kelapa yang merupakan limbah dari tanaman kelapa memberikan peluang bisnis untuk masyarakat kebonharjo untuk meningkatkan perekonomian masyarkat


(34)

pemerintah daerah Kebonharjo, Samigaluh, Kulon Progo yang telah memberikan dukungan untuk pelaksanaan program ini

DAFTAR PUSTAKA

admin (2016)."Rumah Produksi Serabut Kelapa Gebang."

Http://Samigaluh.Kulonprogokab.Go.Id/Article-69-Rumah-Produksi-Serabut-Kelapa-Gebang.Html.

Dwi Wahini Nurhajati, D. I. N. I. (2011). "Kualitas Komposit Serbuk Sabut Kelapa Dengan Matrik Sampah Styrofoam Pada Berbagai Jenis Compatibilizer." Jurnal Riset Industri

V(2): 143-151.

Hadi, S. (2012). "Pengambilan Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil) Menggunakan Pelarut N-Heksana Dan Benzena." Jurnal Bahan Alam Terbarukan 1: 25-30.

Penny Setyowati, S. N., Any Setyaningsih, Dan Hernadi Surip (2004). "Pemanfaatan Limbah Pertanian Serbuk Sabuk Kelapa (Cocodust) Untuk Pembuatan Komposit Karet." Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, Bbkkp, Yogyakarta.

Septia Andini, D. W. S. S., M.Sn. (2013). "Pemanfaatan Sabut Kelapa Dan Pewarna Alam Indigofera Sebagai Material Alternatif Pada Produk Kriya." Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Senirupa Dan Desain 1.


(35)

DIVERSIFIKASI PRODUK MAKANAN DAN KERAJINAN TANGAN BERBASIS KEPAH

Ari Hepi Yanti1*, Dwi Gusmalawati2, Ari Widiyantoro3

1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak 2Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak 3Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak

*email: arihepiyanti2016@yahoo.com

ABSTRAK

Kepah (Polymesoda erosa) banyak ditemukan di pesisir barat Provinsi Kalimantan Barat. Desa Peniti Kabupaten Mempawah merupakan salah satu penghasil kerang kepah terbesar di Kalimantan Barat. Namun selama ini kerang kepah ini hanya dimanfaatkan dagingnya untuk sambal daging kepah sebagai salah satu sambal untuk pelengkap makanan pengkang yang terbuat dari pulut atau ketan. Padahal berdasarkan penelitian daging kepah mengandung asam lemak Omega-3 yang tinggi dan berguna untuk kecerdasan Tujuan IbM ini adalah menambah aspek produksi mitra dengan menjual produk olahan makanan berbasis daging kerang dan kerajinan berbasis cangkang kerang serta perbaikan mana jemen pemasarannya melalui kerjasama dengan beberapa pengusaha. Metode kegiatan IbM meliputi (1) pembuatan aneka produk olahan makanan berbasis daging kepah (2) pembuatan kerajinan tangan berbasis cangkang kepah (3) mangrovisasi untuk menjaga keberlangsungan hidup kepah (4) peningkatan manajemen usaha melalui pengenalan permodalan perbankan bekerjasama dengan Bank BRI. Hasil kegiatan menunjukkan daging kepah dapat dibuat aneka produk olahan makanan seperti keripik, kerupuk, abon dan dendeng daging kepah. Cangkang kepahnya dapat dibuat berbagai kerajinan tangan. Mitra IbM memberikan respon positif atas kegiatan IbM ini.

Kata kunci : kepah, diversifikasi, produk makanan, kerajinan tangan

ABSTRACT

Kepah (Polymesoda erosa) are found on the west coast of West Kalimantan Province. Peniti Village, District of Mempawah is one of the largest producer of kepah in West Kalimantan. However, meat of kepah is only used for sauce as a condiment for pengkang food supplement made from sticky rice. Though based on research meat of kepah containing Omega -3 fatty acids and useful for intelligence. The purpose of IbM is to add a partner with the production aspects of selling products based meat of kepah processed food, handycraft based shells and marketing management improvement through cooperation with several employers. Method of IbM activities include (1) the manufacture of various products processed meat of kepah based foods (2) the making of handycraft based shells (3) mangrovization to ensuring the survival of kepah (4) improvement of business management through the introduction of banking capital in cooperation with Bank BRI. Results showed IbM activity can be prepared a variety of processed food products such as chips, crackers, shredded and mussel meat jerky. Shells of kepah can be made of various crafts. Pa rtners IbM gave a positive response on this IbM activities.

Keywords : kepah, diversification, food product, handycraft

PENDAHULUAN


(36)

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 (BPS Kabupaten Pontianak, 2010), Kabupaten Mempawah (dahulu Kabupaten Pontianak ) penduduknya terdiri atas 120.980 penduduk laki-laki dan 117.884 penduduk perempuan. Sementara itu Sungai Pinyuh merupakan salah satu kecamatan dalam Kabupaten Mempawah. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 Kecamatan Sungai Pinyuh terdiri atas 10.120 penduduk laki-laki dan 10.988 penduduk perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk 0,9% (BPS Kabupaten Pontianak, 2010). Rasio jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir berimbang, sehingga hal ini memberikan gambaran bahwa potensi pemberdayaan keduanya perlu dilakukan secara sinergis.

Kabupaten Mempawah merupakan kabupaten dengan produksi hasil tangkapan ikan laut kedua tertinggi setelah Kabupaten Ketapang di Provinsi Kalimantan Barat (BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2014). Berdasarkan catatan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pontianak, tahun 2014 produksi menembus 23.322,7 ton. Hasil laut menjadi sumber pekerjaan dan penghasilan bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Mempawah karena hampir sebagain besar geografisnya berhadapan langsung dengan laut. Demikian pula dengan Kecamatan Sungai Pinyuh.

Desa Peniti merupakan salah satu desa di Kecamatan Sungai Pinyuh yang secara geografis berada di sepanjang laut Natuna dan Selat Karimata. Penduduknya sebagaian besar bergantung pada perikanan laut, pertanian dan perdagangan. Hampir di sepanjang jalan raya Pontianak-Mempawah memasuki Desa Peniti terdapat para penjual kepah.

Kegiatan IbM Penjual Kepah bermitra dengan Penjual Kepah di Desa Peniti. Mitra I adalah Penjual Kepah I yang telah berjualan sejak tahun 2000. Kerang diambil mengandalkan musiman, dipengaruhi cuaca dan hutan mangrove. Lebih banyak mengambil kepah dari pantai. Penjualan dalam bentuk kerang utuh di pinggir jalan dengan membuka kios. Harga per kg Rp. 5.000,- Mitra II adalah Penjual Kepah II yang memulai berjualan sejak tahun 2003. Kerang diambil berdasarkan musiman. Kerang kebanyakan diambil di sungai dekat pantai. Berjualan di pinggir jalan dengan kios seadanya. Harga per kg Rp. 5.000,- Tim IbM dan 2 Mitra sepakat membuat langkah yang bertaha untuk membantu mitra meningkatkan kesejahteraannya.


(37)

Indikator peningkatan dianalisis secara persentase dengan memperhatikan kondisi awal dan setelah kegiatan serta evaluasi faktor-faktor pendukung dan penghambat.

Berdasarkan survei awal di lapangan menunjukkan para penjual kepah ini hanya mengandalkan penjualan kepah secara mentah setelah diperoleh dari pantai dan sungai. Kepah diikat dalam suatu tempat dengan harga per kg Rp. 5.000,-. Tidak ada perlakuan apapun terhadap kepah-kepah tersebut selama penjualan sehingga kepah-kepah yang busuk karena tidak terjual dibuang begitu saja. Pasokan kepah untuk Mitra 1 berasal dari pantai/laut biasanya diambil sendiri dan diperoleh dari nelayan lainnya, sedangkan Mitra 2 mengambil sendiri di muara sungai dekat pantai, biasanya kepah-kepah ini berada di dekat hutan mangrove.

Secara manajemen penjual kepah ini belum terencana dengan baik, mereka hanya menjual kepah-kepah pada kios-kios sederhana di pinggir jalan. Para penjual kepah menunggu dengan sabar para pembeli yang diharapkan dari orang yang melewati jalan raya tersebut. Kadangkala jika kepah-kepah ini tidak terjual (sebelum membusuk), kepah-kepah ini dijual kepada salah satu pengusaha makanan terbesar di Kecamatan Sungai Pinyuh untuk dijadikan sambal. Secara manajemen waktu, banyak waktu yang terbuang percuma, padahal bisa digunakan untuk mengolah kepah-kepah ini menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis lebih tinggi. Belum ada koperasi atau pun paguyuban komunitas penjual kepah yang bisa menampung dan mengolah kepah-kepah ini menjadi produk makanan selain sambal. Hal ini yang menjadi perhatian tim IbM Universitas Tanjungpura. Permodalan mereka bahkan tidak ada, mereka hanya mengandalkan gathering skill kemudian menjualnya.

METODE KEGIATAN

Berdasarkan analisis situasi ada beberapa solusi yang dilakukan Tim IbM Universitas Tanjungpura kepada mitra, sehingga dapat mengatasi permasalahan mitra dengan langkah-langkah sebagai berkut :

1. Penyediaan dan Pencarian Sumber Kepah

Tim IbM Universitas Tanjungpura dan Mitra 1 dan 2 menemukan solusi untuk melakukan pembelian dan penampungan kepah dari nelayan, sehingga mitra 1 dan mitra 2 dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan diversifikasi produk olahan makanan berbasis daging kepah dan kerajinan tangan berbasis cangkang kepah. Namun solusi ini harus disertai dengan permodalan, oleh karena itu akan dilakukan kerjasama dengan Bank BRI Kabupaten Mempawah.


(38)

hiasan dinding, ornamen ruang tamu dan bioadsorben untuk penjernihan air.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelatihan diversifikasi produk, Tim IbM akan membuat bahan evaluasi dengan membandingkan kondisi awal sebelum kegiatan dan akhir sesudah kegiatan.

3. Mangrovisasi

Kegiatan ini untuk menjaga keberlangsungan kepah sehingga dapat menjaga ketersediaan bahan baku di lokasi mitra. Mangrovisasi melibatkan masyarakat sekitar mitra dan pemerintah desa setempat sehingga dapat menstimulus peningkatan kualitas kebersamaan dan wirausaha melalui program-program IbM ini.

a. Mangrovisasi didukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mempawah dengan pemberian bibit mangrove..

b. Mangrovisasi memerlukan kerjasama yang baik karena perlu dijaga kelestariannya. Penjagaan dan pemeliharaan disepakati bersama menjadi tanggungjawab desa karena hutan mangrove ini memberikan efek positif bagi lingkungan dan penduduk. Kesepakatan terdiri atas :

1. Pengaturan pembibitan 2. Pengaturan pemeliharaan

3. Pengaturan pengambilan kayunya untuk kepentingan ekonomis dengan perhitungan kelestarian mangrove

4. Memberikan pelatihan tentang permodalan dan mengenalkan dengan stakeholder yang tertarik dengan potensi kepah

Tim IbM bekerjasama dengan Bank BRI memberikan pelatihan permodalan dan mengajak Bank BRI untuk berpartsispasi aktif meningkatkan permodalan para penjual kepah. Pelatihan dan forum diskusi intensif dilakukan sebulan sekali kegiatan.


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan Program IbM Penjuah Kepah

Persiapan pelaksanaan program IbM dilakukan dengan melaksanakan koordinasi antara Tim IbM Universitas Tanjungpura dengan pihak mitra I dan II yaitu penjual kepah di Desa Peniti, Kabupaten Mempawah. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan penyelesaian adminitrasi berupa pemberitahuan secara resmi kepada pihak aparat Desa Peniti untuk izin pelaksanaan kegiatan ini. Selain itu kegiatan ini juga diketahui oleh masyarakat di sekitar Mitra I dan II agar berdampak luas bagi pengembangan penjualan kepah.

Gambar 1. Persiapan Tim IbM Universitas Tanjungpura

Program Mangrovisasi

Program mangrovisasi dilakukan terlebih dahulu dalam kegiatan IbM ini karena diperlukan waktu yang lama untuk memantau keberhasilan program ini. Lokasi program mangrovisasi dikoordinasikan dengan aparat desa dan karang taruna sehingga dapat mendukung pemberdayaan masyarakat desa. Sebelum dilakukan mangrovisasi juga dipetakan area yang menjadi tempat kepah. Lokasi mangrovisasi diutamakan pesisir pantai yang belum ada mangrovnya, setelah itu dilanjutkan ke pesisir pantai yang mangrovnya rusak. Program mangrovisasi selain untuk mencegah abrasi pantai oleh air laut juga memberikan ruang


(40)

Gambar 2. Lokasi mangrovisasi

Diversifikasi Produk Makanan Berbasis Daging Kepah

Kegiatan program ipteks bagi masyarakat (IbM) penjual kepah selanjutnya adalah memberikan pelatihan pengolahan daging kepah menjadi produk makanan yang bergizi dan bernilai jual tinggi. Pelatihan dilakukan terhadap mitra dan ibu-ibu PKK Desa Peniti. Kebersamaan kegiatan antara mitra IbM dengan ibu-ibu PKK menunjukkan kegiatan IbM ini berdampak luas terhadap kegiatan ekonomi di Desa Peniti. Produk makanan yang dijadikan target kegiatan adalah keripik, kerupuk, abon dan dendeng daging kepah.


(41)

Gambar 4. Tim IbM melakukan diskusi dengan Mitra

Pelatihan dilakukan dengan cara demonstrasi memasak dan pemberian resep makanan yang telah dilakukan oleh Tim IbM. Produk makanan yang dihasilkan kemudian dilakukan uji rasa oleh mitra dan ibu-ibu PKK Desa Peniti sebagai responden. Tim IbM Universitas Tanjungpura juga memberikan informasi cara pengemasan dan pemasaran produk olahan makanan berbasis daging kepang ini serta informasi pendaftarannya di Dinas Kesehatan untuk mendapatkan sertifikat laik sehat. Mitra dan ibu-ibu PKK Desa Peniti menunjukkan perhatian dan respon yang tinggi untuk melakukan produksi berbagai olahan makanan dalam kegiatan ekonominya.

Kerajinan Tangan dan Adsorben Berbasis Cangkang Kepah

Pembuatan kerajinan tangan berbasis cangkang kepah dilakukan dengan cara demonstrasi kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan variasi kerajinan tangan oleh mitra dan ibu-ibu PKK dengan bahan baku yang telah disiapkan Tim IbM. Kerajinan tangan yang dibuat meliputi hiasan lampu, hiasan jendela, tempat tissue dan lain-lain.

Cangkang kepah juga dapat dijadikan karbon aktif yang berfungsi sebagai adsorben untuk penjernihan air. Hal ini dilakukan karena air di sekitar tempat tinggal mitra menunjukkan warna kecoklatan dan kotor. Adsorben yang dihasilkan dapat digunakan untuk kehidupan masyarakat sekitar mitra maupun diproduksi untuk dijual.


(42)

KESIMPULAN

Mitra I dan II Penjual Kepah dan masyarakat sekitar mitra I dan II di Desa Peniti Kabupaten Mempawah Provinsi Kalimantan Barat memberikan respon yang positif terhadap Tim IbM Universitas Tanjungpura. Mitra I dan II dapat meningkatkan penghasilannya melalui diversifikasi produk olahan makanan berbasis daging kepang dan kerajinan tangan berbasis cangkang kepah.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada DRPM Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI atas pendanaan kegiatan IbM ini pada tahun anggaran 2016. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Reviewer Dikti atas masukan dan sarannya untuk penyempurnaan kegiatan IbM ini.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik Kota Pontianak. 2010. Sensus Penduduk Tahun 2010 Kabupaten Pontianak Biro Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat. 2014, Kalimantan Barat dalam Angka 2013 Kresnasari, D.. 2010. Analisis Bioekologi : Sebaran Ukuran Kerang Totok (Polymesoda erosa)

Di Segara Anakan Cilacap.Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

Listyaningsih, D.D.., Yulianda, F. dan Ardli, E.R. 2013. Kajian Degradasi Ekosistem Mangrove Terhadap Populasi Polymesoda erosa di Segara Anakan, Cilacap. Forum Geografi. 27 (1). 1-10

Ningsih, R.P., Wahyuni, N. dan Destiarti, L.. 2014. Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang Kepah (Polymesoda erosa) dengan Variasi Waktu Pengadukan. J. Kimia Khatulistiwa. 3 (1). 22-26


(43)

Supriyantini, E., Widowati, I., dan Ambriyanto. 2007. Kandungan Asam Lemak Omega 3 (Asam Linoleat) pada Kerang Totok Polymesoda erosa yang Diberi Pakan Tetraselmis chuii dan Skeletonema costatum. J. Ilmu Kelautan. 12 (2). 97-104


(44)

ABSTRAK

Perajin akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) merupakan salah satu kegiatan ekonomi kreatif yang bergantung dari ketersediaan akar pasak bumi. Pembukaan hutan menjadi lahan perkebunan sawit di Provinsi Kalimantan Barat menyebabkan habitat tumbuhan ini menjadi menyempit. Perajin akar pasak bumi makin sulit menemukan tumbuhan pasak bumi.Oleh karena itu diperlukan usaha pemberdayaan perajin akar bumi melalui diversifikasi produk dengan pendampingan terhadap perajin dalam memilih bahan baku yang berbasis khasiat bagi kesehatan dan informasi penggunaannya secara tepat. Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan selama 3 bulan melalui pendampingan, diskusi dan pelatihan manajemen pengemasan dan pemasaran. Bahan baku alternatif yang dipilih untuk diversifikasi produk adalah kayu sepang (Caesalpinia sappan L.), manggis (Garcinia mangostana L.), dan nangka (Artocarpus heterophyllus). Pemilihan kayu tersebut berdasarkan khasiatnya untuk kesehatan.Setelah dilakukan produksi dengan berbagai kayu perajin mengalami peningkatan permintaan sebesar 75%. Evaluasi kegiatan menunjukkan perajin 100% mengalami peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, 100% mendapatkan kepuasan bermitra dengan Tim IbM, dan 100% berharap dapat bermitra kembali untuk kegiatan lainnya. Kata kunci : pemberdayaan, perajin akar pasak bumi, diversifikasi produk,

ABSTRACT

Craftsmen of roots of Eurycoma longifolia Jack is one creative economic activities that depend on the availability of the roots of Eurycoma longifolia Jack. Clearing of forests into oil palm plantations in West Kalimantan Province, causing the plant habitats become narrowed. Craftsmen of roots of Eurycoma longifolia Jack increasingly difficult to find Eurycoma longifolia Jack plants. Because it takes effort to empower craftsmen of roots of Eurycoma longifolia Jack through product diversification by assistance to craftsmen in choosing raw materials-based health giving properties and use information appropriately. This empowerment activities carried out during the thr ee months through mentoring, discussion and management of packaging and marketing training. The selected alternative raw materials for product diversification are Caesalpinia sappan L., Garcinia mangostana L. and Artocarpus heterophyllus wood. Selection is based on the properties of wood for the production of health. Product diversification with various wood by craftsmen have increased demand by 75%. Evaluation shows craftsmen 100% increase science and technology, a 100% gain satisfaction partnered with IbM Team, and 100% look forward to partnering back for other activities Keywords : empowerment, craftsmen of root of Eurycoma longifolia Jack, product diversification

PENDAHULUAN

Program Indonesia Sehat 2010 ternyata belum sepenuhnya tercapai. Salah satu hal yang perlu ditingkatkan adalah self medication yaitu pengobatan secara mandiri termasuk di dalamya menjaga kesehatan karena kesadaran pribadi. Perajin Akar Pasak Bumi merupakan salah satu


(45)

penggiat ekonomi yang mendukung self medication. Perajin akar pasak bumi perlu diberikan berbagai inovasi produk dan inovasi bahan baku, hal ini dilakukan untuk memperoleh pasar yang signifikan sehingga pendapatan bisa bertambah. Motivasi dalam berwirausaha dan inovasi produk memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pemasaran (Yunal dan Indriyani, 2013). Inovasi produk berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Indriani dan Prasetyowati, 2008). Selain itu pertumbuhan ekonomi kreatif akan mendukung industri pariwisata (Suparwoko, 2010). Kondisi ini memberikan inspirasi kepada Tim IbM Universitas Tanjungpura untuk memberikan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi berupa inovasi bahan baku dan inovasi produk bagi 2 mitra IbM agar dapat meningkatkan penghasilannya.

Kegiatan IbM (Iptek bagi Masyarakat) merupakan solusi penyelesaian permasalahan yang terjadi pada 2 Mitra IbM yang disepakati bersama antara Tim IbM dan Mitra. Solusi yang ditawarkan didasarkan pada prioritas permasalahan yang dihadapi mitra yaitu Perajin Akar Pasak Bumi Desa Pasak Kecamatan Sungai Ambawang dan Perajin Akar Pasak Bumi Desa Mega Timur Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan Kalimantan Barat dalam Angka, 2014 (BPS Kalimantan Barat) Kabupaten Kubu Raya merupakan pemekaran dari Kabupaten Mempawah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2007 yang terdiri atas 9 kecamatan, 101 desa dan 370 dusun. Penduduk Kabupaten Kubu Raya terdiri atas suku Melayu (30,10%), China (27,20%), Bugis (13,10%), Jawa (11,70%), Madura (6,40%), Dayak dan lainnya. Sebagian besar perekonomian Kabupaten Kubu Raya bertumpu pada pertanian, perdagangan dan perikanan (Biro Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya, 2014; Biro Pusat Statistik Provinsi Kalbar, 2014). Kecamatan Sungai Ambawang merupakan salah satu kecamatan dalam Kabupaten Kubu Raya. Kecamatan Sungai Ambawang terdiri atas 12 desa dan 48 dusun dengan total luas wilayah 726,10 km2.

Desa Pasak dan Desa Mega Timur di Kecamatan Ambawang merupakan dua desa yang terdapat beberapa perajin akar pasak bumi. Beberapa karakteristik permasalahan terungkap dalam wawancara dengan Tim IbM Untan untuk mengklasifikasikan dan mencari solusi sehingga bisa diperoleh suatu kesepakatan. Mitra I adalah Perajin Akar Pasak Bumi yang telah bekerja sejak 1990. Bahan baku masih mengandalkan ketersediaan dari hasil hutan. Produksi dilakukan secara sederhana dengan pisau. Produk kerajinan akar pasak bumi berupa gelas dijual kepada pihak kedua dengan cara dititipkan di sentra wisata. Harga per gelas 100 mL seharga


(46)

tumbuhan obat lokal (4) peningkatan manajemen usaha melalui pengenalan permodalan perbankan bekerjasama dengan Bank Kalbar sedangkan pada Mitra II dengan kegiatan (1) diversifikasi bentuk/model kerajinan akar pasak bumi (2) sama dengan Mitra I (3) diversifikasi bahan baku kerajinan berbasis tanaman obat lokal (4) sama dengan Mitra I. Indikator peningkatan dianalisis secara persentase dengan memperhatikan kondisi awal dan setelah kegiatan serta evaluasi faktor-faktor pendukung dan penghambat.

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan yang dilakukan oleh Tim IbM Universitas Tanjungpura terhadap Mitra I dan II untuk pemecahan masalahnya berlangsung selama 3 bulan efektif tetapi secara keseluruhan dari awal sampai akhir diperlukan 8 bulan untuk bermitra dalam kegiatan ini. Kegiatan ini memerlukan adaptasi dan saling pemahaman antara Tim IbM Universitas Tanjungpura dengan mitra agar transfer ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dengan baik.

Beberapa langkah penyelesaian permasalahan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Ketersediaan bahan baku

Tim IbM mengajarkan dan melakukan transfer informasi bagaimana melakukan inovasi bahan baku yaitu melakukan diversifikasi bahan baku dengan 2 alternatif yaitu pertama, menggunakan bagian batang pasak bumi (karena kalau akarnya digunakan maka bagian batangnya untuk kayu bakar). Walaupun khasiatnya berbeda tapi dapat dilakukan inovasi dengan strategi penggunaannya. Alternatif kedua yaitu menggunakan bahan baku tanaman obat yang lain tetapi disesuaikan dengan ketersediaan bagian tumbuhan tersebut. Beberapa bagian tanaman yang bisa digunakan untuk kerajinan gelas berkhasiat seperti akar pasak bumi adalah kayu batang sepang (Caesalpinia sappan L.), kayu batang manggis (Garcinia mangostana L.) dan kayu nangka (Artocarpus heterophyllus). Bagian tumbuhan ini mengandung banyak sekali metabolit sekunder yang berkhasiat untuk kesehatan manusia.


(47)

2. Pemberian pelatihan tentang pengolahan produk kerajinan dari bagian tumbuhan untuk alat minum dengan sterilisasi menggunakan autoklaf dan oven sederhana serta penggunaan kemasan agar produk tidak berjamur dan timbul serbuk.

Pemberian pelatihan diberikan secara intensif kepada 2 mitra. Pelatihan dilakukan dengan teknik demonstrasi oleh Tim IbM yang dilanjutkan dengan uji coba oleh mitra kemudian diakhiri dengan diskusi. Pada pengolahan produk diperkenalkan proses sterilisasi produk yang selama ini belum pernah diketahui oleh mitra. Hal ini penting karena produk ini merupakan alat minum yang sekaligus sumber bahan baku ekstrak yang akan diminum sehingga keamanannya harus terjamin. Proses sterilisasi yang diajarkan yaitu menggunakan autoklaf dan oven inovasi. Selain itu dilatih penggunaan kemasan untuk produknya agar aman dan bertahan lama.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelatihan, Tim IbM akan membuat bahan evaluasi dengan membandingkan kondisi awal sebelum kegiatan dan akhir sesudah kegiatan. Evaluasi dilakukan dengan kuisioner.

3. Peningkatan target konsumen melalui diversifikasi produk kerajinan dan inovasi teknik penjualan

Kegiatan ini seoptimal mungkin memberikan pelatihan diversifikasi produk kerajinan yang dijual. Diversifikasi berbasis respon konsumen, sebelumnya telah dilakukan survei pendahuluan ke pembeli kerajinan akar pasak bumi mengenai bentuk-bentuk kerajinan akar pasak bumi yang lebihh disukai. Sejumlah 70% responden menyukai bentuk cangkir yang mungil, 25% menyukai bentuk gelas (bentuk yang telah beredar selama ini) dan 5% menginginkan bentuk sedotan.

Sementara itu untuk pencapaian penjualan akan dilakukan inovasi sebagai berikut : c. Bekerjasama sama dengan Dekranasda Kalimantan Barat untuk penjualan produk

kerajinan akar pasak bumi di galeri Dekranasda dan Dekranasda membantu jejaring untuk penjualannya

d. Teknik penjualan secara online yang akan dimasukan dalam bisnis online Tim IbM Universitas Tanjungpura. Beberapa langkah yang akan dilakukan terkait dengan penjualan secara online :

1. Kontinuitas produksi


(48)

4. Memberikan pelatihan tentang permodalan dan mengenalkan dengan stakeholder yang tertarik dengan potensi kerajinan akar pasak bumi

Tim IbM bekerjasama dengan Bank Kalbar memberikan pelatihan permodalan dan mengajak Bank kalbar untuk berpartsispasi aktif meningkatkan permodalan para perajin akar pasak bumi. Pelatihan dan forum diskusi intensif dilakukan sebulan sekali selama 8 bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koordinasi Tim IbM Universitas Tanjungpura dengan Mitra

Pelaksanaan kegiatan IbM ini dimulai dengan koordinasi dalam langkah-langkah kegiatan bersama Mitra I dan Mitra II. Koordinasi sangat penting agar kegiatan yang dilakukan mencapai sasaran yang ditargetkan. Selain itu koordinasi juga menciptakan suasana kemitraan menjadi lebih bermakna karena masing-masing mempunyai peran yang sama untuk mengeluarkan ide dan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh mitra. Koordinasi melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan bagi keberlanjutan program ini sebagai stakeholder seperti Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kalimantan Barat dan Bank Kalbar.


(49)

Diversifikasi Produk Kerajinan Berbasis Tanaman Berkhasiat Kesehatan

Akar pasak bumi menjadi bagian tanaman obat yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku kerajinan yang berbasis khasiat kesehatan. Kerajinan tangan yang menggunakan bahan baku akar pasak bumi adalah gelas pasak bumi. Gelas pasak bumi ini mempunyai berbagai ukuran dari kecil, sedang dan besar. Gelas pasak bumi ini digunakan sebagai alat untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang terkandung dalam akar pasak bumi tersebut. Masyarakat banyak menggunakannya karena secara empiris dan hasil penelitian menunjukkan ekstrak akar pasak bumi bersifat aprodisiaka.

Gambar 2. Akar pasak bumi sumber bahan baku Mitra I dan II


(50)

Tumbuh-tumbuhan ini banyak tumbuh di Kalimnatan Barat. Tumbuh-tumbuhan ini secara empiris juga telah digunakan sebagai bahan baku pengobatan tradisional. Berbagai penelitian telah menunjukkan khasiat tumbuh-tumbuhan ini bagi kesehatan manusia.

Pelatihan Sterilisasi Menggunakan Oven Sederhana dan Autoklaf Sederhana

Pelatihan ini untuk memberikan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada Mitra I dan Mitra II dalam menggunakan oven dan autofklaf inovasi untuk sarana melakukan sterilisasi produk. Sterilisasi produk sebelum dikemas sangat penting untuk menjaga produk dari cemaran mikroba. Sterilisasi dilakukan 2 kali terhadap produk yang terjadi. Pertama dilakukan sterilisasi basah dengan autoklaf sederhana yang kedua sterilisasi kering menggunakan oven sederhana. Setelah dilakukan sterilisasi produk kerajinan akar pasak bumi, kayu sepang, kayu manggis dan kayu nangka lalu dimasukan dalam kemasan plastik yang tersegel agar keamanan produknya terjaga sehingga pembeli dapat menggunakannya sebagai gelas minuman dengan aman dan sehat.

Perbaikan Manajemen dan Permodalan Mitra

Sebelum adanya kegiatan IbM secara manajemen perajin akar pasak bumi ini belum terencana dengan baik, mereka hanya membuat produk dengan perkiraan jumlah konsumen langganan sehingga secara penghasilan sulit mengalami peningkatan. Mereka hanya mengandalkan pesanan langganan bentuk gelas atau akar pasak bumi sebagai bahan mentah. Berdasarkan observasi Mitra 1 biasanya membuat dua produk yaitu bentuk gelas dan akar yang dihaluskan. Mitra 2 membuat bentuk gelas hal ini terkait dengan keterbatasan bahan baku akar karena Mitra 2 hanya menerima pasokan dari perambah hutan. Tim IbM Universitas Tanjungpura memberikan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi berupa cara manajemen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Perajin akar pasak bumi harus mampu memperhitungkan antara modal, bahan baku, produksi dan pemasaran serta target konsumen.


(1)

sejak masa kehamilan sang ibu. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan anak, antara lain pemberian asi saat bayi, imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor tersebut berkaitan erat dengan perilaku sehat anak itu sendiri dan perilaku sehat orang-orang terdekat disekitar anak sejak usia dini. Hal ini dikarenakan usia dini merupakan masa Golden Age (Usia keemasan).

Masa Golden Age merupakan masa dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak. Pada masa usia dini kemampuan memori otak mencapai tingkat maksimal. Anak yang mendapatkan pesan kesehatan yang intens semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk berperilaku sehat di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pesan kesehatan yang tidak intens maka perilaku sehat sulit terbentuk. Pendidikan kesehatan pada usia ini adalah peletak dasar bagi pendidikan kesehatan selanjutnya.

Sebagian besar masalah kesehatan, dalam hal penyakit yang timbul pada manusia, disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Penyakit menular seperti TBC dan diare lebih sering terjadi pada perilaku masyarakat kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sehingga menjadi tempat perkembangbiakan dan sumber penularan penyakit (Kusumawati, 2004).

Saat ini beberapa data yang berkaitan dengan kesehatan anak usia dini menunjukkan masih tingginya angka kejadian diare pada balita. Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per tahun. Pada tahun 2002 namun angka kejadian diare akut masih masuk urutan 5 besar dari penyakit yang sering menyerang anak Indonesia.

Kejadian diare akut di Indonesia diperkirakan masih sekitar 60 juta episode setiap tahunnya dan 1-5 persen diantaranya berkembang menjadi diare kronis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dari 35 persen seluruh kematian balita akibat diare disebabkan oleh diare akut. Dan pada tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kedua tertinggi setelah DBD.

Survei Departemen Kesehatan (2003), penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita. Padahal kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB). Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) juga telah mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan dan Pemantauan Program Pemberantasan Diare dengan tujuan khusus menurunkan angka kematian pada balita dari 2,5 per 1.000 balita menjadi 1,25 per 1.000 balita


(2)

dan menurunkan angka fatalitas kasus (CFR) diare pada KLB dari 1-3,8 persen menjadi 1,5 persen. Selain penyakit diare, penyakit lain yang juga sering diderita oleh anak usia dini adalah penyakit cacingan.

Hasil data laboratorium yang dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana tahun 2006-2007 menunjukkan 10 % anak usia 4-6 tahun menderita penyakit cacingan. Penyakit cacingan dapat mengakibatkan seseorang menjadi kurang bergairah, kurang nafsu makan dan mudah mengantuk. Apabila menyerang anak sekolah maka dapat menurunkan prestasi belajar, karena anak yang menderita penyakit cacingan berpeluang untuk menderita anemia. Hal ini dapat mengurangi suplai oksigen ke otak sehingga dapat menurunkan prestasi belajar. Di Tanjung Priok prevalensi Ascaris 5,0%, Trichuris 3,4% dan cacing tambang 0%, sedangkan di klinik binaan di pisangan baru prevalensi Ascaris 1,7%, dan Trichuris 1,2% .Dan di klinik binaan di palbatu Ascaris 1,9%, dan Trichuris 1,7% .

Dusun Kutoloyo merupakan Tempat terpencil di desa kaligintung. Setiap hari untuk makan mereka memasak sendiri . dalam hal memasak sendiri masyarakat dusun kutoloyo cenderung tidak memperhatikan kandungan yang mereka konsumsi. per ekonomian lemah membuat masyarakat dusun kutoloyo tidak memperhatikan masalah kandungan yang mereka konsumsi. Kondisi ini yang berdampak kepada anak-anak di bawah umur tertama belita. Kondisi tersebut berisiko terhadap terjadinya penularan penyakit dikarenakan faktor lingkungan yang tidak sehat. Penyakit menular yang terjadi antara lain TBC dan diare yang mudah menyerang pada semua kelompok umur terutama anak-anak di bawah umur. (Murti, 2009).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS Sekolah, PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat Umum.

Pendidikan kesehatan sangat penting diberikan sejak usia dini. Pendidikan kesehatan yang diberikan sejak dini akan membentuk kesadaran untuk berperilaku sehat sejak dini. Beberapa penyakit yang sering diderita oleh anak usia dini merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan adanya perilaku sehat. Perilaku sehat anak usia dini juga berkaitan dengan pola


(3)

makan anak usia dini. Hal ini berkaitan dengan status gizi anak, dan lebih lanjut lagi sangat terkait dengan kecerdasan anak. Oleh karena itu, perlunya kesadaran orangtua untuk meningkatkan perhatian yang maksimal terhadap kesehatan badan maupun kesehatan lingkungan anak agar anak memiliki kesehatan yang lebih baik. Contoh dalam hal ni, yaitu perilaku menggosok gigi.

Orangtua perlu mengajari anak sedini mungkin mengenai perilaku menggosok gigi dengan melatih anak membiasakan diri menggosok gigi minimal dua kali sehari atau setelah makan. Orangtua merupakan sumber edukasi primer dan sumber pertama kali yang dibutuhkan oleh anak, sehingga diharapkan orangtu mampu mengajari dan melatih anak berperilaku sehat sebaik mungkin. Dengan demikian, anak akan dapat belajar dan mulai memiliki kesadaran tentang pentingnya menggosok gigi dan menjaga kesehatan badan dengan cara berperilaku sehat.

Perilaku sehat yang diberikan sejak dini diharapkan mampu memberikan kesadaran sejak dini pentingnya hidup bersih dan sehat. Pesan kesehatan ini dapat diupayakan untuk dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan anak usia dini. Dan menggiatkan pendidikan kesehatan melalui kurikulum program pendidikan anak usia dini di masyarakat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan anak di usia dini.

METODE

Rancangan Kegiatan

Kesehatan gigi khususnya ketika masih menginjak masa pertumbuhan sangatlah penting. Hal itu karena gigi yang kurang sehat secara tidak langsung akan mengganggu anak untuk mencerna makanan sehingga pencernaan anak terganggu yang mana pertumbuhan pun juga akan melambat. Selain itu, perawatan gigi sejak dini sangatlah penting untuk menghindari masalah gigi berlubang, keropos, dan pembengkakan pada gusi. Gigi yang rusak juga akan mempengaruhi kepercayaan diri si anak ketika berbicara terhadap lawan bicaranya. Untuk itu sangat penting untuk menanamkan kebiasaan akan pentingnya menggosok gigi. Adapun kegiatan yang kami laksanakan selama KKN yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat ialah memberikan pelatihan tentang bagaimana cara menggosok gigi dengan baik dan benar .

Sasaran

Sasaran yang dipilih pada program unit yang kami adakan adalah anak-anak PAUD KB Dewi Sartika yang berada di Dusun Kutoloyo, Kaligintung, Pituruh, Purworejo.


(4)

Bahan dan Alat yang Digunakan  39 Sikat Gigi untuk anak  Pasta Gigi

 Gelas Plastik Teknik Pelaksanaan

Pelaksanaan program unit yang kami adakan adalah dengan mengumpulkan anak-anak PAUD KB Dewi Sartika. Setelah semua berkumpul, anak-anak dibagikan sikat gigi satu-persatu dan bergantian menggunakan past gigi, kemudian bersama-sama melakukan praktik menggosok gigi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari pelaksanaan kegiatan PHBS yang dilakukan di KB Dewi Sartika, Kutoloyo, Kaligintung, Pituruh, Purworejo, menunjukkan bahwa anak-anak tersebut mempraktikkan cara menyikat gigi yang baik dan benar. Orangtua masing-masing anak telah melatih dan membiasakan anaknya untuk menggosok gigi secara rutin. Terlihat mereka sudah mulai terbiasa dengan menyikat gigi walaupun masih dilakukan dengan cara yang kurang benar, namun dengan sedikit diajarkan secara terus menerus, anak-anak dapat terbiasa melakukan sikat gigi dengan benar dan rutin dilakukan pagi dan malam hari.

Antusias anak-anak mengikuti kegiatan PHBS juga sangat tinggi, anak-anak mengikuti dengan bersemangat sehingga tidak ada kendala berarti dalam menjalankan kegiatan PHBS di KB Dewi Sartika. Sebagian besar anak-anak sangat senang jika diberikan pengetahuan dan wawasan baru serta diberikan kesempatan untuk mempraktikknnya. Saat program PHBS berlangsung dapat dilihat Social Team Work ketika anak-anak berbagi pasta gigi dan saling membantu memberikan pengarahan tentang cara menggosok gigi yang benar pada teman lain yang belum paham.

Kendala program ini hanya masalah waktu pelaksanaan yang dirasa kurang begitu lama sehingga belum dapat dipastikan apakah anak-anak kedepannya akan terbiasa dengan menyikat gigi dengan baik dan benar. Dari 39 target anak yang diharapkan dapat mengikuti kegiatan PHBS ini, seluruhnya dapatg mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai sehingga rasio dari target tercapai 100%, sesuai dengan terget yang ingin dicapai.


(5)

PESERTA

Target Realisasi Rasio

39 orang 39 orang 100%

KESIMPULAN

Dengan adanya program ini maka siswa-siswi KB. Dewi Sartika lebih mengerti bagaimana cara untuk menyikat gigi dengan baik dan benar. Hal ini didukung oleh tingkat antusias siswa-siswi KB Dewi Sartika, Kutoloyo, Kaligintung, Pituruh, Purworejo dalam


(6)

mengikuti kegiatan PHBS yang sangat tinggi. Anak-anak mengikuti dengan bersemangat sehingga tidak ada kendala berarti dalam menjalankan kegiatan PHBS di KB. Dewi Sartika. Anak-anak merasa sangat senang dapat belajar melalui praktik secara langsung sehingga anak menjadi lebih aktif dalam program kegiatan PHBS

REFERENSI

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Depkes RI. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Kemendiknas. Permen Diknas No. 58/ 2009. Pendidikan Anak Usia Dini.

Luciasari, Erna, et.al. 2001. Status Gizi Balita Kaitannya dengan Tingkat Kesadaran Gizi Keluarga Muda Golongan Muda Sejahtera.

Adiwiryono, Retno Mardhiati. Pesan Kesehatan: Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (P HBS) Aanak Usia Dini Dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. http://server2.docfoc.com/uploads/Z2015/12/04/68HRCfl4xw/726bb184431db864aac32a c35a676870.pdf . Diakses tanggal 6 September 2016

Jayanti, Linda Dwi, Yekti Hartati Effendi, dan Dadang Sukandar. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (P HBS) Serta Perilaku Gizi Seimbang Ibu Kaitannya Dengan Status Gizi Dan Kesehatan Balita Di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/6130/4756. Diakses tanggal 6 September 2016.

Siswanto, Hadi. Pendidikan Kesehatan Unsur Utama dalam Pendidikan Anak Usia Dini. http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/1565/pdf. Diakses tanggal 6 September 2016