Yogyakarta, 30 November 2016
117
Gambar 4. Hasil uji persen pemanjangan elongation pada film dengan variasi
komposisi poimer pektin dan pati jagung
Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai persen pemanjangan elongation meningkat karena penambahan pati jagung pada rentang 0-1 gram. Pada penambahan pati jagung 1 gram, nilai
persen pemanjangan yang diperoleh merupakan nilai persen pemanjangan tertinggi sebesar 12,17. Nilai persen pemanjangan yang diperoleh berkisar antara 10,11
– 12,17 dengan komposisi tertinggi pada komposisi pektin-pati jagung yaitu 2 : 1 gg. Menurut Krochta dan
Johnson 1997, nilai persentase pemanjangan yang dikategorikan kurang baik jika kurang dari 10. Edible film dari modifikasi pektin-pati jagung tergolong baik karena memiliki nilai lebih
dari 10, sehingga edible film bersifat elastis.
3. Pengaruh Konsentrasi Gliserol pada Karakteristik Edible Film
Karakteristik edible film yang diukur yaitu ketebalan, kuat tarik tensile strength dan persen pemanjangan elongation.
Pengukuran Ketebalan Edible Film Ketebalan film merupakan sifat fisik yang dipengaruhi oleh konsentrasi padatan terlarut
dalam larutan dan ukuran plat pencetak. Hasil pengukuran ketebalan film diperoleh berkisar antara 0,061-0,125 mm. Ketebalan yang diperoleh tidak selalu sama karena pencampuran
larutan kurang homogen saat dituang ke dalam cetakan. Pengujian Kuat Tarik Tensile Strength padaEdible Film
Hasil uji kuat tarik film dengan variasi konsentrasi gliserol ditunjukkan pada Gambar 5.
10,11 10,36
11,54 11,59
12,17
2 4
6 8
10 12
14
1 2
3 4
5
P er
se n
P em
anjanga n
Komposisi Pektin-Pati Jagung gg
3:0 2,75:0,25 2,5:0,5 2,25:0,75 2:1
118
Gambar 5. Hasil uji kuat tarik pada film dengan variasi konsentrasi gliserol
Gambar 5 menunjukkan nilai kuat tarik menurun karena penambahan konsentrasi gliserol pada rentang 0-15. Pada konsentrasi gliserol 0, nilai kuat tarik yang diperoleh merupakan
nilai kuat tarik tertinggi sebesar 13,2174 MPa. Setelah film ditambahkan gliserol 5, 10, dan 15, nilai kuat tarik mengalami penuunan yang cukup signifikan dari nilai kuat tarik tanpa
gliserol. Nilai kuat tarik terendah terjadi saat penambahan gliserol 15 yaitu sebesar 4,9953 MPa.
Menurut Suppakul 2006, gliserol sebagai plasticizer dapat mengurangi gaya intermolekul antara ikatan polimer, meningkatkan fleksibilitas film dengan memperlebar ruang
kosong molekul dan melemahkan ikatan hidrogen rantai polimer. Hal ini yang menjadi alasan nilai kuat tarik film menurun seiring dengan penambahan konsentrasi gliserol. Nilai kuat tarik
yang diperoleh berkisar antara 4,9953-13,2174 MPa. Pengujian Persen Pemanjangan Elongation pada Edible Film
Hasil uji persen pemanjangan elongation pada film dengan variasi konsentrasi gliserol ditunjukkan pada Gambar 6.
13,2174
7,2762 5,5557
4,9953
2 4
6 8
10 12
14 16
1 2
3 4
K ua
t ta
rik M
P a
Konsentrasi gliserol
10 5
15
Yogyakarta, 30 November 2016
119
Gambar 6. Hasil uji persen pemanjangan elongation pada film dengan variasi konsentrasi gliserol
Gambar 6 menunjukkan nilai persen pemanjangan elongation meningkat karena penambahan konsentrasi gliserol pada rentang 0-15. Pada konsentrasi gliserol 15, nilai
persen pemanjangan yang diperoleh merupakan nilai persen pemanjangan tertinggi sebesar 26,75. Gliserol sebagai plasticizer dapat mengurangi gaya intermolekul antara ikatan polimer
sehingga meningkatkan fleksibilitas filmdan persen pemanjangan pun meningkat. Hal tersebut sesuai dengan yang dilaporkan Waryoko, dkk 2014 bahwa apabila gliserol ditambahkan ke
dalam larutan film, berbagai modifikasi struktur terjadi dalam polimer, matriks film menjadi kurang rapat, rantai polimer bergerak, dan fleksibilitas film meningkat.
Nilai persen pemanjangan yang diperoleh berkisar antara 12,01 - 26,75. Menurut Krochta dan Johnson 1997, nilai persentase pemanjangan yang dikategorikan kurang baik jika
kurang dari 10. Edible film dari pektin untuk konsentrasi gliserol yang lainnya tergolong baik karena memiliki nilai lebih dari 10, sehingga edible film bersifat elastis.
4. Pengaruh Komposisi Polimer terhadap Drug Loading ke dalam Film
Proses drug loading bertujuan untuk mengetahui efisiensi obat yang dapat dimasukkan ke dalam film. Waktu drug loading berlangsung selama 1 jam. Hal ini dikarenakan selama
waktu tersebut film belum mengalami pembengkakan hingga hancur. Pengukuran massa obat yang dapat terloading ke dalam film tidak bisa dilakukan secara
langsung, yaitu dengan pengukuran konsentrasi obat yang tersisa di cairan. Massa obat yang dapat terloading ke dalam film dicari melalui perhitungan selisih massa obat awal dengan massa
obat yang tersisa di cairan. Massa obat awal yang dimasukkan ke dalam film sebesar 500 mg. Massa obat setelah proses drug loading ditunjukkan pada Tabel 2.
12,01 14,88
16,57 26,75
5 10
15 20
25 30
1 2
3 4
P er
se n
pem anjangan
Konsentrasi gliserol
10 5
15