Puskesmas Rumah Sakit
ASKES
Gambar 2.3. Perjanjian kerjasama yang berbeda antara PT. Askes dengan Puskesmas dan PT. Askes dengan Rumah Sakit
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan rujukan pelayanan kesehatan
Andersen, R 1995 menyatakan bahwa pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan oleh masyarakat tergantung pada tiga faktor yaitu faktor
predisposisi predisposing, faktor pendukung enabling, serta faktor kebutuhan need.
a. Faktor Predisposisi Predisposing Merupakan kumpulan faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik
individu, yang mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang meliputi :
1 Keadaan demografi berupa: umur, jenis kelamin, status perkawinan, penyakit di masa lalu serta jumlah anggota keluarga.
2 Keadaan struktur sosial, meliputi: jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras dan suku.
3 Sikap dan kepercayaan, terutama kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan, dokter dan tenaga kesehatan lainnya serta kepercayaan
terhadap penyakit.
Zuhrawardi : Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Wajib PT. Askes Pada..., 2007 USU e-Repository © 2008
b. Faktor Pendukung Enabling Factor Kondisi yang memungkinkan seseorang untuk mendpaatkan pelayanan
kesehatan atau merasa puas dengan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada, terdiri dari :
1 Sumber daya keluarga yaitu: penghasilan keluarga, kemampuan
membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan. 2 Sumber daya masyarakat: jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah
tenaga kesehatan serta rasio penduduk dan tenaga kesehatan. c. Faktor Kebutuhan Need Factor
Faktor ini menunjukkan kebutuhan individu untuk mempergunakan fasilitas kesehatan, hal ini ditunjukkan oleh adanya kebutuhan karena
alasan yang kuat yaitu adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan cara mencari pelayanan kesehatan. Faktor ini merupakan bagian yang
paling langsung berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebutuhan dibagi menjadi dua kategori, dirasakan atau perceived dan
evaluated. Green 1991 menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempunyai pengaruh pada prilaku kesehatan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
1 Faktor Predisposisi Predisposing, yang biasa mempunyai pengaruh pengetahuan, kepercayaan, sikap serta nilai seseorang.
2 Faktor Pendukung Enabling Factor, yang biasanya berwujud lingkungan fisik berupa tersedianya fasilitas kesehatan.
Zuhrawardi : Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Wajib PT. Askes Pada..., 2007 USU e-Repository © 2008
3 Faktor Pendukung Reinforcing Factor, faktor ini merupakan dari petugas kesehatan yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan
dan tokoh masyarakat. Selain hal yang telah disebutkan di atas, faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi masyarakat individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah pendidikan dan pengetahuan. Pendidikan dan pengetahuan merupakan
salah satu karakteristik individu, yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan melalui prilaku pengambilan keputusan. Masyarakat
dnegan tingkat pendidikan yang tinggi umumnya lebih memperhatikan masalah kesehatan sehingga bila mereka menderita penyakit yang ringan
sudah berupaya mencari pertolongan, pengobatan ke tempat pelayanan kesehatan yang dinilai bermutu. Sebaliknya masyarakat dengan tingkat
pendidikan yang rendah bila menderita sakit ringan umumnya mereka berupaya mengobati sendiri penyakitnya, dan bila mereka tidak sembuh
dengan pengobatannya sendiri atau menganggap penyakitnya sudah berat baru berupaya mencari pertolongan pengobatan ke tempat pelayanan
kesehatan secara berjenjang mulai Puskesmas, dilanjutkan ke tempat praktek swasta. Atkins, et all, 1986
Selain itu faktor jarak antara tempat tinggal dengan pusat pelayanan kesehatan juga memberi pengaruh terhadap kunjungan penderita yang mencari
pertolongan kesehatan Sutrina, 1986. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martinelly 2001, pendapat Sutrina tidak terbukti. Berdasarkan
Zuhrawardi : Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Wajib PT. Askes Pada..., 2007 USU e-Repository © 2008
penelitian ini disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jarak tempuh Puskesmas dengan rumah sakit dengan tingginya rujukan pasien
peserta wajib PT. Askes ke RSUP Dr. M. Djamil, selanjutnya juga hasil penelitian ini juga menyatakan tidak ada hubungan antara transportasi umum
dengan tingginya rujukan pasien peserta wajib PT. Askes dari Puskesmas ke Rumah Sakit.
Asuransi kesehatan terahdap pelayanan rawat jalan tidak berbeda antara pria dan wanita. Pencarian pelayanan rawat jalan biasanya hanya
menyangkut penyakit ringan dan biasanya resiko laki-laki dan perempuan relatif sama, tetapi akses kelompok peremuan terhadap pelayanan rawat jalan
di fasilitasi publik lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Salah satu faktor penyebabnya adalah intensifnya promotif dan preventif yang
dilaksanakan pemerintah melalui Puskesmas dengan sasaran balita dan ibu hamil. Ketika ibu mengantarkan balitanya ditimbang dan diimunisasi, maka
para ibu tersebut dapat sekaligus memeriksakan diri sehingga angka rawat perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Faktor lain adalah jam buka
Puskesmas biasanya pagi hari, menyebabkan kaum laki-laki kurang dapat mengakses pelayanan karena kesibukan pekerjaan. Thabrany dan Pujianto,
2000. Pengaruh pendidikan pada akses pelayanan kesehatan dapat bersifat
langsung dan tidak langsung. Korelasi langsung dengan peningkatan kesadaran dan korelasi tidak langsung dapat melalui pendapatan. Ada korelasi antara
Zuhrawardi : Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Wajib PT. Askes Pada..., 2007 USU e-Repository © 2008
tingkat pendidikan dengan pendapatan, semakin tinggi pendidikan makin tinggi pendapatan dan sebaliknya. Thabrany dan Pujianto, 2000
Perbedaan akses rawat jalan peserta asuransi kesehatan berturut-turut adalah 1,5 kali dan 2,1 kali dibandingkan dengan bukan peserta asuransi
kesehatan. Hal ini dapat dijelaskan, karena dengan adanya jaminan biaya dari asuransi membuat harga efektif pelayanan kesehatan yang harus dibayar
peserta menjadi nol di Indonesia. Akibatnya, konsumsi pelayanan kesehatan oleh peserta asuransi kesehatan akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang
bukan asuransi kesehatan, sesuai dengan kurva demand dalam teori supply dan demand.
2.7. Puskesmas