Dampak Penurunan Harga BBM Solar 19 Februari 2015

operasional per trip sebelum dan sesudah penurunan harga BBM jenis solar pada periode 19 Februari 2015 digunakan analisis uji beda rata-rata dengan model Paired Sample T-test. 5.3.1. Perbedaan Lama Hari Melaut Per Trip antara Saat Harga Solar Rp 7.250liter dengan Harga Solar Rp 6.400liter Lama hari melaut per trip sebelum dan sesudah penurunan harga BBM solar pada tanggal 19 Februari 2015 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: Tabel 18. Lama Hari Melaut Ikan Per Trip Sebelum dan Sesudah Penurunan Harga BBM Pada Tanggal 19 Februari 2015 Uraian Rata –Rata T-hitung T-tabel Signifikansi Harga Solar 7250 Harga Solar 6400 Lama hari melaut 6,97 17,97 -9,281 2,045 0,000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 15 Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa rata-rata lama penangkapan hari melaut pada saat harga solar Rp 7.250liter adalah adalah 6,97 ≈ 7 hari per trip. Dan setelah terjadinya penurunan harga solar sebesar Rp 850liter menjadi Rp 6.400liter pada tanggal 19 Februari 2015, rata-rata lama hari melaut menjadi 17,97 ≈ 18 hari per trip. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata lama hari melaut yang dilakukan nelayan, diperoleh nilai t-hitung = 9,281. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 dengan df = 29 9,281 2,045 dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,050, maka keputusan hipotesis adalah Ho ditolak, dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan nyata antara lama hari melaut yang dilakukan nelayan sebelum dan sesudah penurunan harga solar dari Rp 7.250liter menjadi Rp 6.400liter pada tanggal 19 Februari 2015, dimana rata-rata lama hari melaut sebelum penurunan harga solar adalah 7 hari per trip dan sesudah kenaikan harga solar adalah 18 hari per trip. Bertambahnya lama hari melaut per trip selain dipengaruhi oleh harga solar yang menurun sebesar Rp 850liter juga dikarenakan semenjak akhir bulan Februari cuaca sudah membaik dan nelayan bisa melakukan kegiatan penangkapan ikan lebih lama di laut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada saat harga solar Rp 7.250liter Januari-Februari cuaca buruk terjadi di perairan barat yang menybabkan nelayan mengurangi lama hari melaut per trip. Sejak akhir Februari dimana harga solar tmengalami penurunan kembali sebesar Rp 850liter cuaca juga telah membaik dan nelayan bisa melakukan penangkapan ikan seperti kondisi normal. 5.3.2. Perbedaan Jarak Daerah Penangkapan Per Trip antara Saat Harga Solar Rp 7.250liter dengan Harga Solar Rp 6.400liter Jarak daerah penangkapan ikan fhising ground yang ditempuh nelayan per trip sebelum dan sesudah penurunan harga BBM solar pada tanggal 19 Febuari 2015 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 19. Jarak Daerah Penangkapan Ikan Per Trip Sebelum dan Sesudah Penurunan Harga BBM Pada Tanggal 19 Februari 2015 Uraian Rata –Rata T-hitung T-tabel Signifikansi Harga Solar 7250 Harga Solar 6400 Jarak daerah penangkapan 39,83 80,33 -6,599 2,045 0,000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 18 Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa rata-rata jarak daerah penangkapan ikan yang ditempuh oleh nelayan pada saat harga solar Rp 7.250liter adalah adalah 39,83 ≈ 40 mil per trip dari garis pantai. Dan setelah terjadinya penurunan harga solar sebesar Rp 850liter menjadi Rp 6.400liter pada tanggal 19 Februari 2015, rata-rata jarak daerah penangkapan ikan yang ditempuh oleh nelayan menjadi 80,33 ≈ 80 mil per trip dari garis pantai. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata jarak daerah penangkapan yang ditempuh nelayan, diperoleh nilai t-hitung = 6,599. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 dengan df = 29 6,599 2,045 dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,050, maka keputusan hipotesis adalah Ho ditolak, dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan nyata antara rata-rata jarak daerah penangkapan ikan yang ditempuh nelayan sebelum dan sesudah penurunan harga solar dari Rp 7.250liter menjadi Rp 6.400liter pada tanggal 19 Febrruari 2015, dimana rata-rata jarak daerah penangkapan ikan yang ditempuh nelayan pada saat harga solar Rp 7.250liter adalah 40 mil per trip dari garis pantai dan sesudah penurunan harga solar menjadi Rp 6.400liter adalah 80 mil per per trip dari garis pantai. Sama seperti yang terjadi pada rata-rata lama penangkapan ikan pada peiode ini, bertambahnya rata-rata jarak daerah penangkapan ikan nelayan per trip yang signifikan ini selain dipengaruhi oleh harga solar yang menurun juga dikarenakan kondisi cuaca yang telah membaik untuk melakukan penangkapan ikan pada jarak yang jauh dari garis pantai. 5.3.3. Perbedaan Jumlah Penggunaan Solar Per Trip antara Saat Harga Solar Rp 7.250liter dengan Harga Solar Rp 6.400liter Jumlah solar yang digunakan nelayan per trip sebelum dan sesudah penurunan harga BBM solar pada tanggal 19 Februari 2015 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 20. Jumlah Penggunaan Solar Per Trip Sebelum dan Sesudah Penurunan Harga BBM Pada Tanggal 19 Februari 2015 Uraian Rata -Rata T-hitung T-tabel Signifikansi Harga Solar 7250 Harga Solar 6400 Jumlah penggunaan solar 2.740 5.680 -6,453 2,045 0,000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 21 Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan pada saat harga solar Rp 7.250liter adalah adalah 2.740 liter per trip. Dan setelah terjadinya penurunan harga solar sebesar Rp 850liter menjadi Rp 6.400liter pada tanggal 19 Februari 2015, rata-rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan menjadi 5.680 liter per trip. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan, diperoleh nilai t-hitung = 6,453. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 dengan df = 29 6,453 2,045 dan nilai signifikansi 0,000 l ebih kecil dari nilai α 0,050, maka keputusan hipotesis adalah Ho ditolak, dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan nyata antara rata- rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan sebelum dan sesudah penurunan harga solar dari Rp 7.250liter menjadi Rp 6.400liter pada tanggal 19 Februari 2015, dimana rata-rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan pada saat harga solar Rp 7.250liter adalah 2.740 liter per trip dan sesudah penurunan solar menjadi Rp 6.400liter adalah 5.680 liter per trip. Dikarenakan nelayan telah kemabli menambah lama dan daerah operasi penangkapan ikan per trip, maka jumlah solar yang dibutuhkan nelayan per trip juga bertambah. Penurunan harga solar sebesar Rp 850liter dan kondisi cuaca yang membaik menyebabkan penambahan konsumsi solar sebanyak 2.940 liter per trip. 5.3.4. Perbedaan Jumlah Biaya Operasional Per Trip antara Saat Harga Solar Rp 7.250liter dengan Harga Solar Rp 6.400liter Jumlah biaya operasional yang dikeluarkan nelayan per trip operasi penangkapan ikan sebelum dan sesudah penurunan harga BBM solar pada tanggal 19 Februari 2015 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 21. Jumlah Biaya Operasional Per Trip Sebelum dan Sesudah Penurunan Harga BBM Pada Tanggal 19 Februari 2015 Uraian Rata -Rata T- hitung T-tabel Signifikansi Harga Solar 7250 Harga Solar 6400 Jumlah biaya operasional 29.847.241,38 61.295.517,24 -5,578 2,045 0,000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 24 Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan pada saat harga solar Rp 7.250liter adalah adalah Rp 29.847.241,38 per trip. Dan setelah terjadinya penurunan harga solar sebesar Rp 850liter menjadi Rp 6.400liter pada tanggal 19 Februari 2015, rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan menjadi Rp 61.295.517,24 per trip. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan, diperoleh nilai t-hitung = 5,578. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 dengan df = 29 5,578 2,045 dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,050, maka keputusan hipotesis adalah Ho ditolak, dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan nyata antara rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan sebelum dan sesudah penurunan harga solar dari Rp 7.250liter menjadi Rp 6.400liter pada tanggal 19 Februari 2015, dimana rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan pada saat harga solar Rp 7.250liter adalah Rp 29.847.241,38 per trip dan sesudah penurunan harga solar menjadi Rp 6.400liter adalah Rp 61.295.517,24 per trip. Meningkatnya rata-rata biaya operasional ini disebabkan oleh penambahan komponen baya operasional seperti jumlah solar, jumlah garam, jumlah es, dan jumlah perbekalan konsumsi akibat cuaca yang membaik yang menyebabkan lama dan daerah penangkapan ikan fishing ground juga bertambah.

5.4. Masalah yang Dihadapi Nelayan Akibat Fluktuasi Harga BBM Solar

Masalah yang dihadapi nelayan sebagai dampak dari fluktuasi harga solar umunya adalah ketika terjadinya kenaikan harga solar. Adapun masalah-masalah yang dihadapi nelayan antara lain : 1. Modal yang harus dikeluarkan nelayan untuk penangkapan ikan per trip semakin tinggi karena harga solar yang mengalami kenaikan. Sebagian besar nelayan tetap akan membeli solar pada jumlah yang sama pada setiap trip penangkapan ikan. Jika nelayan mengurangi pembelian solar maka hal ini akan menggangu kegiatan penangkapan ikan, nelayan tidak bisa melakukan operasi penangkapan pada waktu yang lama dan jarak yang jauh. 2. Jika hasil tangkapan dan harga jual ikan tetap sama maka dengan modal yang semakin besar pendapatan bersih per trip yang didapatkan nelayan semakin kecil. Upah bagi hasil yang didapatkan para ABK pun tidak sebanding lagi dengan jerih payah mereka selama menangkap ikan. Jika harga BBM khususnya jenis solar meningkat, nelayan berharap hasil tangkapan juga meningkat agar dapat mengganti modal yang semakin besar. Tetapi kenyataannya nelayan tidak bisa memperkirakan jumlah hasil tangkapan tiap kali melaut, karena hasil tangkapan yang mereka dapatkan tergantung pada kondisi cuaca dan ketersediaan ikan di laut. 3. Ketidakstabilan harga BBM dalam tempo waktu yang singkat menyebabkan adanya tindakan penimbunan minyak pada saat harga minyak sedang turun, sebagai persediaaan bahan bakar melaut jika kemudian harga solar kembali naik kembali. Karena semenjak akhir tahun 2014 tercatat bahwa harga BBM hanya mampu bertahan dalam beberapa bulan saja kemudian akan terjadi perubahan harga kembali. 4. Fluktuasi harga BBM yang terjadi dalam tempo waktu yang singkat menyebabkan kurangnya rasa kepercayaan nelayan terhadap pemerintah. Nelayan mebutuhkan suatu kepastian dan perlindungaan harga BBM yang stabil khususnya penyaluran BBM kepada masyarakat kecil-menengah dalam kegiatan produksi.