Tinjauan Pustaka 1. Usaha Penangkapan Ikan
disebutkan bahwa pengertian nelayan adalah orang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Sehingga nelayan ini adalah mereka yang
melakukan aktivitas penangkapan ikan di laut apakan dia sebagai pemilik langsung alat-alat produksi maupun sebaliknya.
Nelayan dapat dibagi menjadi beberapa kategori menurut kepemilikan kapalnya Mubyarto, 1984, yaitu :
1. Nelayan pemilik, nelayan yang memiliki kapal perahu atau kapal
penangkap ikan dan dia sendiri ikut serta atau tidak ikut ke laut untuk memperoleh hasil laut.
2. Nelayan juragan, nelayan yang membawa kapal orang lain tetapi ia tidak
memiliki kapal. 3.
Nelayan buruh, nelayan yang hanya memiliki factor produksi tenaga kerja tanpa memiliki perahu penangkap ikan.
Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan secara kuantitas tergantung pada perahu, peralatan yang digunakan, maupun factor lain seperti musim air pasang.
Dengan perahu dan peralatan tangkap yang sesuai dan layak dioperasikan maka hasil tangkapan menjadi lebih baik dan dapat memberikan jaminan hidup bagi
rumah tangganya Rangkuti, 1995 Berdasarkan perahukapal penangkap ikan, nelayan pemilik dibagi menjadi
nelayan tradisional dan nelayan tradisional dan nelayan bermotor. Nelayan tradisional memakai perahu tanpa mesinmotor. Bila perahu mempunyai mesin
yang ditempel diluar perahu disebut perahu motor tempel, bila perahukapal mempunyai mesin di dalam kapal maka disebut kapal motor.
Berdasarkan besarnya mesin yang digunakan, diukur dengan GT Gross ton, kapal motor dibagi menjadi tiga Tarigan, 2002, yaitu :
• Kapal kecil, yaitu 5 GT – 10 GT • Kapal sedang, yaitu 10 GT – 30 GT
• Kapal besar, yaitu 30 GT
Tonnage adalah suatu besaran volume yang menunjukkan besarnya kapal dan kapasitas muatnya, satuannya adalah satuan volume dimana 1 RT satuan register
menunjukkan suatu ruangan sebesar 100 Cub feet atau sama dengan 2,831405 m3 Setianto, 2007.
Daerah operasi penangkapan fishing ground di laut berkembang dari perairan dekat pantai hingga laut lepas. Terdapat zona penangkapan sesuai dengan kondisi
armada penangkapan. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Tahun 1999, yakni jalur I hingga jalur III Effendi dan Oktariza,2006.
Tabel 3. Daerah Operasi Penangkapan Menurut Kondisi Armada Penangkapan
Jalur Penangkapan Jarak Dari Pantai
Peruntukan
Jalur I 0 - 3 mil
Kapal nelayan tradisional dan kapal tanpa motor
3 - 6 mil Kapal motor tempel 12
meter atau 5 GT Jalur II
6 – 12 mil Kapal motor 60 GT
Jalur III 12 – 200 mil
Kapal Motor 200 GT
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa semakin besar ukuran GT Gross Tonnage dari sebuah armada penangkapan maka jarak ataupun daerah operasi
penangkapannya akan semakin jauh dari pantai. Kapal motor tempel 5GT daerah tangkapannya adalah di jalur I dengan jarak 3-6 mil dari garis pantai.
Sedangkan untuk kapal yang berukuran lebih besar daerah tangkapannya termasuk dalam jalur II dan III hingga mencapai jarak 200 mil dari garis pantai.
Daerah penangkapan nelayan fishing ground tergantung pada besar kecilnya kapal, alat tangkap dan jenis ikan laut yang akan ditangkap. Nelayan yang
menggunakan kapal tanpa motor perahu umumnya melakukan penangkapan ikan laut di pinggir pantai sekitar pantai. Sedangkan nelayan yang menggunakan
kapal motor tempel 5 GT melakukan penangkapan setelah kapal berlayar ke arah tengah laut sekitar 100 meter dari pantai dan daerah penangkapan rata-rata
sejauh 5.760 meter. Nelayan yang menggunakan kapal motor 5 GT melakukan penangkapan setelah kapal bergerak ke tengah laut sejauh 500 meter dari pantai
dan daerah penangkapan rata-rata sejauh 28.800 meter Simanjuntak, 2002. Status usaha nelayan dapat dibedakan berdasarkan kepemilikan modal dan
keterampilan melaut. Usaha nelayan yang memiliki modal kuat ditempatkan pada nelayan atas yang disebut punggawa. Lapisan berikutnya diteempati oleh nelayan
yang memiliki keterampilan tinggi dalam melaut disebut juragan. Sedangkan lapisan paling bawah adalah nelayan yang mempunyai keterampilan rendah dan
hanya mengandalkan tenaga dalam penangkapan ikan disebut sawi Salman, 1995.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan sampai ikan tersebut siap untuk dijual. Biaya produksi
dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan yang penggunaanya tidak habis dalam suatu masa produksi, antara lain biaya
peralatan, biaya penyusutan peralatan seperti kapal, mesin, fiber, alat tangkap, jangkar, dan lain lain, serta biaya pemeliharaan. Sementara biaya variabel
merupakan biaya yang habis dalam satu kali masa produksi antara lain biaya operasional seperti es, BBM, konsumsi serta upah tenaga kerja Badan Pusat
Statistik Sumatera Utara, 2008. Total jumlah dari biaya tetap FC = Fixed Cost dan biaya variabel VC =
Variable Cost ini berupa biaya total TC = Total Cost yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan biaya produksi.
TC = FC + VC
Nuraini, 2001. Ongkos produksi dalam usaha nelayan terdiri dari dua kategori, yaitu ongkos
berupa pengeluaran nyata actual cost dan ongkos yang tidak merupakan pengeluaran nyata inputed cost. Dalam hal ini pengeluaran nyata terdiri dari
pengeluaran kontan dan tidak kontan. Pengeluaran kontan diantaranya adalah : 1.
Bahan bakar dan oli 2.
Bahan pengawet es dan garam
3. Pengeluaran untuk makanankonsumsi awak
4. Pengeluaran untuk reparasi
5. Pengeluaran retribusi dan pajak.
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak kontan adalah upah awak nelayan, pekerjaan yang umunya bersifat bagi hasil dan dibayar setelah hasil dijual. Pengeluaran-
pengeluaran yang tidak nyata adalah penyusutan dari boatsampan, mesin-mesin, dan alat penangkap Mulyadi, 2005.
Persentase pengeluaran terbesar oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan yang menggunakan perahu motor tempel atau kapal motor adalah Bahan Bakar
Minyak BBM. Persentase tersebut mencapai 40-50 dari total biaya operasional melautnya Satria, 2009.