Dampak Kenaikan Harga BBM Solar 18 November 2014

Berdasarkan Tabel 10 dilihat bahwa rata-rata lama hari melaut yang dilakukan nelayan pada saat harga solar Rp 5.500liter adalah adalah 18,67 ≈ 19 hari per trip. Dan setelah terjadinya kenaikan harga solar sebesar Rp 2.000liter menjadi Rp 7.500liter pada tanggal 18 November 2014, rata-rata lama hari melaut yang dilakukan oleh nelayan tidak jauh berbeda yaitu 18,60 ≈ 19 hari per trip. Kenaikan harga solar sebesar Rp 2.000liter pada tanggal 18 November 2014 ternyata tidak mengubah lama hari melaut yang dilakukan nelayan. Nelayan tetap melakukan operasi penangkapan ikan selama rata-rata 19 hari per trip. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata lama hari melaut yang dilakukan nelayan, diperoleh nilai t-hitung = 1,000. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih kecil daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 dengan df = 29 1,000 2,045 dan nilai signifikansi 0,326 lebih besar dari nilai α 0,05, maka keputusan hipotesis adalah Ho diterima, dan H1 ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan nyata antara lama hari melaut yang dilakukan nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga solar dari Rp 5.500liter menjadi Rp 7.500liter pada tanggal 18 November 2014, dimana rata-rata lama hari melaut yang dilakukan nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga solar adalah 19 hari per trip. Hal ini dikarenakan meskipun harga solar naik, selama cuaca baik untuk melakukan penangkapan ikan, nelayan tetap akan melaut seperti lama melaut normal. 5.1.2. Perbedaan Jarak Daerah Penangkapan Per Trip antara Saat Harga Solar Rp 5.500liter dengan Harga Solar Rp 7.500liter Jarak daerah penangkapan ikan fhising ground yang ditempuh nelayan per trip sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM solar pada tanggal 18 November 2014 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 11. Jarak Daerah Penangkapan Ikan Per Trip Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga BBM Pada Tanggal 18 November 2014 Uraian Rata -Rata T-hitung T-tabel Signifikansi Harga Solar 5500 Harga Solar 7500 Jarak daerah penangkapan 78,17 72,83 2,283 2,045 0,030 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 16 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata jarak daerah penangkapan ikan yang ditempuh oleh nelayan pada saat harga solar Rp 5.500liter adalah adalah 78,17 ≈ 78 mil per trip dari garis pantai. Dan setelah terjadinya kenaikan harga solar sebesar Rp 2.000liter menjadi Rp 7.500liter pada tanggal 18 November 2014, rata-rata jarak daerah penangkapan ikan yang ditempuh oleh nelayan menjadi 72,83 ≈ 73 mil per trip dari garis pantai. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata jarak daerah penangkapan yang ditempuh nelayan, diperoleh nilai t-hitung = 2,283. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 dengan df = 29 2,283 2,045 dan nilai signikansi 0,030 lebih kecil dari nilai α 0,050, maka keputusan hipotesis adalah Ho ditolak, dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan nyata antara rata-rata jarak daerah penangkapan ikan yang ditempuh nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga solar dari Rp 5.500liter menjadi Rp 7.500liter pada tanggal 18 November 2014, dimana rata-rata jarak daerah penangkapan ikan yang ditempuh nelayan pada saat harga solar Rp 5.500liter adalah 78 mil per trip dari garis pantai dan sesudah kenaikan harga solar menjadi Rp 7.500liter adalah 73 mil per trip dari garis pantai. Kenaikan harga solar sebesar Rp 2.000liter menyebabkan berkurangnya rata-rata jarak daerah penangkapan ikan fishing ground sejauh 5 mil. Hal ini terjadi karena sebagian nelayan sampel mengurangi konsumsi solar utuk kapal motor mereka akibat harga solar yang mengalami kenaikan. Semakin sedikit solar yang digunakan, maka pada lama penangkapan ikan yang sama hasil analisis lampiran 13 nelayan lebih memilih untuk mengurangi jarak daerah penangkapan ikan per trip. 5.1.3. Perbedaan Jumlah Penggunaan Solar Per Trip antara Saat Harga Solar Rp 5.500liter dengan Harga Solar Rp 7.500liter Jumlah solar yang digunakan nelayan per trip sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM solar pada tanggal 18 November 2014 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 12. Jumlah Penggunaan Solar Per Trip Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga BBM Pada Tanggal 18 November 2014 Uraian Rata -Rata T-hitung T-tabel Signifikansi Harga Solar 5500 Harga Solar 7500 Jumlah penggunaan solar 5.746,7 5.680 2,276 2,045 0,030 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 19 Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan pada saat harga solar Rp 5.500liter adalah adalah 5746,7 ≈ 5746 liter per trip. Dan setelah terjadinya kenaikan harga solar sebesar Rp 2.000liter menjadi Rp 7.500liter pada tanggal 18 November 2014, rata-rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan menjadi 5.680 liter per trip. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan, diperoleh nilai t-hitung = 2,276. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 dengan df = 29 2,276 2,045 dan nilai signifikansi 0,030 lebih kecil dari nilai α 0,050, maka keputusan hipotesis adalah Ho ditolak, dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan nyata antara rata- rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga solar dari Rp 5.500liter menjadi Rp 7.500liter pada tanggal 18 November 2014, dimana rata-rata jumlah solar yang digunakan oleh nelayan pada saat harga solar Rp 5.500liter adalah 5.747 liter per trip dan sesudah kenaikan harga solar menjadi Rp 7.500liter adalah 5.680 liter per trip. Kenaikan harga solar sebesar Rp 2.000liter menyebabkan berkurangnya rata-rata jumlah penggunaan solar sebanyak 67 liter per trip. Hal ini karena sebagian nelayan sampel memiliki keterbatasan modal untuk membeli sejumlah solar yang sama pada harga yang berbeda mengalami kenaikan. Sebagian nelayan sampel juga memilih untuk mengurangi jangkauan daeraah penangkapan ikan fishing ground, sehingga jumlah solar yang digunakan juga berkurang. 5.1.4. Perbedaan Jumlah Biaya Operasional Per Trip antara Saat Harga Solar Rp 5.500liter dengan Harga Solar Rp 7.500liter Biaya operasional yang dikeluarkan nelayan per trip penangkapan ikan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM solar pada tanggal 18 November 2014 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 13. Jumlah Biaya Operasional Per Trip Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga BBM Pada Tanggal 18 November 2014 Uraian Rata -Rata T-hitung T-tabel Signifikansi Harga Solar 5500 Harga Solar 7500 Jumlah biaya operasional 54.796.666,67 67.466.000 -6,345 2,045 0,000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 22 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan pada saat harga solar Rp 5.500liter adalah adalah 54.796.666,67 ≈ Rp 54.796.667 per trip. Dan setelah terjadinya kenaikan harga solar sebesar Rp 2.000liter menjadi Rp 7.500liter pada tanggal 18 November 2014, rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan menjadi Rp 67.466.000 per trip. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan, diperoleh nilai t-hitung = 6,345. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 dengan df = 29 6,345 2,045 dan nilai signigfikansi 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,050, maka keputusan hipotesis adalah Ho ditolak, dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan nyata antara rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga solar dari Rp 5.500liter menjadi Rp 7.500liter pada tanggal 18 November 2014, dimana rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan pada saat harga solar Rp 5.500liter adalah Rp 54.796.667 per trip dan sesudah kenaikan harga solar menjadi Rp 7.500liter adalah Rp 67.466.000 per trip. Kenaikan harga solar sebesar Rp 2.000liter menyebabkan kenaikan rata-rata biaya operasional per trip yang cukup signifikan, yaitu Rp 12.699.333. Adapun komponen-komponen yang meliputi total baya operasional nelayan antara lain : biaya solar, biaya es, biaya perbekalan, dan biaya gaaram. Biaya solar naik sebesar Rp 2.000liter atau 36 dari harga sebelumnya, hal inilah yang paling signifikan membuat total biaya operasional penangkapan juga meningkat. Adapun komponen biaya operasional lain yang juga mengalami kenaikan harga adalah es balok. Sebelum kenaikan harga BBM pada tanggal 18 Novembber 2014, harga es adalah Rp 20.000balok, dan setelah kenaikan BBM harga es juga naik menjadi Rp 22.000balok. Komponen biaya operasional lain yaitu biaya perbekalan juga meningkat, dimana sebelum kenaikan harga BBM pada tanggal 18 November 2014 rata-rata biaya perbekalan per trip adalah Rp 17.950.000, dan setelah keaikan harga BBM menjadi 7500liter rata-rata biaya perbekalan per trip juga bertambah menjadi Rp 18.050.000. Sedangkan untuk komponen biaya lain yaitu garam tidak mengalami perubahan. Rata-rata jumlah garam yang dipakai oleh nelayan per trip sebelum dan sesduah kenaikan harga BBM adalah sama yaitu 201,7 ≈ 202 Kg garam dengan harga garam Rp 2.000Kg.

5.2. Dampak Penurunan Harga BBM Solar 1 Januari 2015

Pada tanggal 1 Januari 2015, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak BBM bersubsidi. Untuk Bahan Bakar Minyak BBM jenis solar harga mengalami penurunan sebesar Rp 250liter dari harga solar semula Rp 7.500liter menjadi Rp 7.250liter. Untuk mengetahui perbedaan lama hari melaut per trip, jarak daerah penangkapan ikan fishing ground per trip, jumlah penggunaan solar per trip, dan jumlah biaya operasional per trip sebelum dan sesudah penurunan harga BBM jenis solar pada periode 1 Januari 2015 digunakan analisis uji beda rata-rata dengan model Paired Samples T-test. 5.2.1. Perbedaan Lama Hari Melaut Per Trip antara Saat Harga Solar Rp 7.500liter dengan Harga Solar Rp 7.250liter Lama hari melaut per trip sebelum dan sesudah penurunan harga BBM solar pada tanggal 1 Januari 2015 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: Tabel 14. Lama Hari Melaut Per Trip Sebelum dan Sesudah Penurunan Harga BBM Pada Tanggal 1 Januari 2015 Uraian Rata -Rata T-hitung T-tabel Signifikansi Harga Solar 7500 Harga Solar 7250 Lama hari melaut 18,60 6,97 9,788 2,045 0,000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 14 Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa rata-rata lama hari melaut nelayan pada saat harga solar Rp 7.500liter adalah adalah 18,60 ≈ 19 hari per trip. Dan setelah terjadinya penurunan harga solar sebesar Rp 250liter menjadi Rp 7250liter pada tanggal 1 Januari 2015, rata-rata lama hari melaut nelayan menjadi 6,97 ≈ 7 hari per trip. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata lama hari melaut yang dilakukan nelayan, diperoleh nilai t-hitung = 9,788. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 dengan df = 29 9,788 2,045 dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,050, maka keputusan hipotesis