Bab 3 Perekonomian
Distributor : Orangbadan yang bertugas mendeskripsikan barang;
penyalur Kios
: Toko kecil Latar belakang : Hiasan; dasar suatu tindakan; keterangan mengenai
suatu peristiwa untuk melengkapi informasi yang tersiar sebelumnya
Rentenir : Orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang
setinggi-tingginya; tukang riba; pelepas uang; lintah darat
Simpanan pokok
: Simpanan yang disetor sekali selama menjadi anggota koperasi yang besarnya ditentukan
Simpanan wajib : Simpanan yang wajib disetor setiap bulan yang besarnya ditentukan
Simpanan sukarela
: Simpanan yang disetor kapan saja tidak setiap bulan SHU
: Sisa Hasil Usaha Deviden
: Balas jasa simpanan yang diberikan setiap akhir tahun Angsur
: Menyerahkanmembayar sedikit demi sedikittidak seka- ligus
Menjelang : Hampir; menyongsong; menghadap
Topik : Pokok pembicaraan dalam diskusi; bahan pembicaraan
Kelontong : Barang-barang untuk keperluan sehari-hari
Sepoi-sepoi : Perlahan-lahan; silir-semilir
Meregang : Menjadi tegang; merebut dengan paksa; narik; mereng-
gut Mimik
: Peniruan dengan gerak-gerik anggota badan dan raut muka
Omset : Jumlah uang hasil penjualan barang tertentu selama masa
jual Globalisasi
: Proses masuknya ke ruang lingkup dunia
Kamus Kecil
bab3.indd 59 822008 1:26:25 PM
Bahasa Indonesia Kelas 5 Sekolah Dasar
Releksi
1. Kamu pasti sudah pernah menyaksikan ibumu berbelanja, bukan? Coba perhatikan apa yang dibicarakan ibumu bersama dengan pedagang tersebut.
Tulislah pokok-pokok yang dibicarakan 2. Berkomentarmengomentari pendapat seseorang mungkin sudah sering
kamu lakukan. Menanggapi pendapat orang lain tidak hanya sekadar menunjukkan kekurangankesalahannya. Tetapi, juga harus disertai dengan
alasan yang logis dan alternatif jalan keluarnya. Selain itu, bahasa yang kita gunakan juga harus santun, agar yang dikomentari tidak tersinggung.
Apakah kamu sudah melakukan hal-hal seperti itu saat memberikan tang- gapan?
3. Bayangkan kamu sebagai seorang wartawan atau pembawa berita yang akan mewawaancarai seorang narasumber. Hal-hal apa yang harus kamu
persiapkan? Bagaimana perasaanmu? Bagaimana kamu harus bersikap di hadapan narasumber?
4. Pernahkah kamu ditugaskan untuk membacakan puisi oleh gurumu? Bagaimana perasaanmu saat membacakan puisi? Menurutmu, hal apa saja
yang harus diperhatikan saat membacakan puisi agar si pendengar mudah memahami isi puisi tersebut dan dapat menikmati indahnya sebuah puisi?
5. Kamu tentu sering bercakap-cakap dengan temanmu. Pernahkah kamu mengalami kesulitan saat berdialog? Sulit menyampaikannya dan sulit
memahami dialog temanmu? Coba bicarakan bersama temanmu apa yang menyebabkan kamu mengalami kesulitan saat melakukan dialog.
bab3.indd 60 822008 1:26:25 PM
Bab 4 Kepahlawanan
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan: 1. menuliskan urutan peristiwa cerita rakyat yang didengar.
2. menjelaskan masalah atau peristiwa yang terdapat di dalam teks. 3. memberikan komentartanggapanpertanyaan dengan pilihan kata dan bahasa yang
santun. 4. membaca teks dengan kecepatan 75 Kpm.
5. menjawab pertanyaan tentang teks. 6. mencatat gagasan utama teks yang dibaca.
7. mengajukan pertanyaan sesuai dengan isi teks. 8. menulis dialog dengan tema tertentu.
9. menentukan nama-nama tokoh dalam dialog tersebut dan perannya.
Bab 4
Kepahlawanan
Kepahlawanan Mendengarkan
pembacaan cerita rakyat
Menuliskan pokok persoalan
dalam peristiwa Mengungkapkan
permasalahan di dalam teks
bacaan Membaca
cepat Memberikan
saran disertai alasan yang logis
Menulis dialog
bab4.indd 61 822008 1:27:09 PM
Bahasa Indonesia Kelas 5 Sekolah Dasar
Akulah pahlawan bertopeng.
Aku pahlawan super.
Aku... pahlawan tanpa tanda jasa.
Nah, yang terakhir itu baru pahlawan sejati.
Pahlawan itu tidak hanya berjuang pada zaman penjajahan.
Guru kita di sekolah juga bisa disebut pahlawan.
bab4.indd 62 822008 1:27:09 PM
Bab 4 Kepahlawanan
A. Mendengarkan Pembacaan Cerita Rakyat
Dengarkan pembacaan cerita berikut ini
Legenda Endang Nawangsih
Legenda Endang Nawangsih sangat populer di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Hal ini karena para penari menciptakan sendratari dengan cerita ini.
Selain itu, ada dua buah makam berdampingan di Desa Pantaran, 17 kilometer sebelah barat Boyolali, dipercaya sebagai makam Endang Nawangsih dan Ki
Ageng Pantaran.
Alkisah, di desa Canditoro ada seorang gadis jelita, luhur budinya, dan senantiasa siap menolong sesamanya. Gadis itu bernama Endang Nawangsih. la
menyukai tanaman sayur-sayuran, teh, dan terutama yang berbuah seperti kopi. Alasannya, buah tanaman itu dapat dimanfaatkan penduduk setempat, terutama
yang kurang mampu dan memerlukan pertolongan.
Pada suatu pagi, ketika Endang Nawangsih tengah memetik sawi, datang- lah seorang perjaka tampan. Perjaka itu mengaku bernama Citrasoma, putra
Raja Hajipamoso, penguasa Pengging. Selain ingin menikmati pemandangan indah dan menghirup udara sejuk, si perjaka mengunjungi desa itu atas perintah
ayahandanya untuk memeriksa wilayah. Raja Hajipamoso sering kurang puas mendengar laporan para punggawa mengenai wilayah itu.
Tiba di Desa Canditoro, Citrasoma dan Endang Nawangsih saling bertatap pandang. Kata-kata lemah lembut dan penuh sopan santun yang diucapkan
Endang membuat Citrasoma terpesona. Pertemuan singkat itu membekas di hati Citrasoma.
Oleh karena itu, ketika Citrasoma tiba di Pengging, laporannya kepada Raja Hajipamoso bukan tentang keadaan wilayah itu, melainkan tentang Endang
Nawangsih. Tidak hanya itu, Citrasoma bahkan menyatakan keinginannya untuk mempersunting gadis jelita itu. Untuk itu, Raja Hajipamoso segera memanggil
guru Citrasoma untuk meminta pertimbangan. Sang guru diam sejenak, kemudian merenung. Beberapa menit kemudian, sang guru menganggukkan kepala tanda
setuju. Citrasoma pun tersenyum bahagia.
Pembicaraan antara Raja Hajipamoso dan Syekh Maulana Malik Ibrahim Maghribi guru Citrasoma segera berlangsung dengan sungguh-sungguh. Me-
Pada pelajaran ini, kamu dapat:
menuliskan urutan peristiwa cerita rakyat yang didengar.
bab4.indd 63 822008 1:27:09 PM
Bahasa Indonesia Kelas 5 Sekolah Dasar
reka membicarakan kapan sebaiknya mengunjungi desa Canditoro untuk melamar Endang Nawangsih.
Sementara itu, di desa Canditoro tampak Ki Ageng Pantaran sedang asyik membicarakan berbagai hal dengan sahabat-sahabatnya. Tiba-tiba, muncullah
Endang Nawangsih dengan tergopoh-gopoh. la menceritakan peristiwa yang baru dialaminya di ladang. Ki Ageng hanya tersenyum menanggapinya. la tahu,
putrinya sudah beranjak dewasa dan sudah saatnya tertarik kepada seorang pria. Belum lagi Ki Ageng memberi jawaban, datanglah Citrasoma, Hajipamoso, dan
Syekh Maulana. Mereka melamar Endang untuk Citrasoma. Tentu saja Endang sangat terkejut. Bagaimana mungkin dalam waktu sesingkat itu Citrasoma dapat
kembali bahkan dengan membawa ayahanda serta gurunya? Akan tetapi, Endang segera ingat bahwa putra Raja Pengging itu memang terkenal sakti. Konon, ia
memiliki ajian Angin Selaksa, yang memungkinkan seseorang dapat berlari dan menyelesaikan tugas dengan sangat cepat.
Kedatangan tamu-tamu itu membuat Endang Nawangsih gugup dan sedikit tersipu-sipu. Wajahnya menjadi merah jambu. Bagi Citrasoma, Endang tampak
semakin cantik. Ketika Raja Hajipamoso mendesakkan keinginan sang putra, Endang men-
jawab dengan cerdik. la mau menerima lamaran Citrasoma kalau perjaka tampan itu mampu memenuhi permintaannya, yaitu menciptakan sumber air jernih di desa
Canditoro. Mendengar permintaan itu, Citrasoma segera meninggalkan mereka dan pergi bertapa.
Seperti biasa, apabila orang tidak tidur dan tidak makan, tubuhnya menjadi panas. Demikian pula halnya dengan Citrasoma. Karena perjaka itu sakti, dari
tubuhnya memancar udara panas hampir 500 derajat Celcius. Akibatnya, ber- bagai jenis jin dan makhluk halus lainnya merasa sangat terganggu. Mereka ingin
membatalkan keinginan Citrasoma untuk terus bertapa. Karena cara makhluk halus tidak bertatakrama, Citrasoma marah. Perkelahian pun terjadi. Walaupun
dikeroyok oleh hampir 457 jin dan 678 makhluk halus lainnya, kemenangan ak- hirnya berada di pihak sang perjaka. Setelah itu, Citrasoma menjelaskan maksud
tapanya. Mendengar penjelasan perjaka itu, semua jin dan makhluk halus sepakat membantu.
Tujuh hari sejak Citrasoma mulai bertapa, muncullah sumber air jernih yang memancar dengan deras dari lereng Gunung Merbabu ke desa Canditoro.
Endang Nawangsih kagum, demikian pula Ki Ageng Pantaran. Seluruh pen- duduk desa segera beramai-ramai menemui sang perjaka yang tengah bertapa
bersama makhluk-makhluk halus yang sudah ditaklukkannya. Mereka memuji
bab4.indd 64 822008 1:27:10 PM