mengerjakan soaltugas dalam pelajaran adalah aspek yang dapat membantu siswa memahami konsep dalam disiplin ilmu Akuntansi.
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam implementasi pembelajaran dengan Model
Problem Based Learning
di kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pengasih terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu:
1. Materi yang digunakan dalam pembelajaran akuntansi dalam penelitian ini hanya berfokus pada materi pokok Jurnal Penyesuaian Perusahaan Jasa,
Neraca Lajur dan Laporan Keuangan. Penelitian ini tidak dapat mencakup seluruh materi pada mata pelajaran Akuntansi Perusahaan Jasa.
2. Pada siklus I dan siklus II jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran tidaklah sama karena pada siklus II terdapat empat siswa izin
meninggalkan pelajaran dengan alasan kegiatan pelatihan PMR. Hal tersebut mengakibatkan peneliti tidak dapat menggunakan data yang
mencerminkan data secara klasikal. 3. Kriteria setiap indikator aktivitas belajar yang digunakan masih kurang
terperinci secara jelas sehingga memungkinkan kurang sesuai dengan indikator yang semestinya.
4. Penelitian ini menampilkan skor Aktivitas Belajar Akuntansi secara kuantitatif. Pemberian skor didasarkan atas muncul atau tidaknya indikator
aktivitas peserta didik yang diamati bukan menilai kualitas aktivitas peserta didik.
5. Jumlah siswa yang relatif banyak yaitu sejumlah 28 siswa dan banyaknya indikator Aktivitas Belajar Akuntansi yang diamati menuntut ketelitian
observer dalam mengisi lembar observasi Aktivitas Belajar Akuntansi siswa sehingga dimungkinkan hasil penilaian Aktivitas Belajar Akuntansi
kurang bisa terangkum secara baik.
83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa implementasi Model
Problem Based Learning
dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pengasih Tahun Ajaran 20152016. Hal tersebut didukung
oleh data penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan pada delapan indikator yang diamati. Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa secara umum
mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II. Data hasil observasi menunjukkan skor rata-rata Aktivitas Belajar
Akuntansi telah mencapai kriteria minimal 75, skor indikator Aktivitas Belajar Akuntansi siswa pada siklus I sebesar 67,11 meningkat menjadi
sebesar 88,10 pada siklus II. Hal tersebut menunjukkan bahwa Aktivitas Belajar Akuntansi siswa mengalami peningkatan sebesar 20,99. Tiga dari
delapan indikator Aktivitas Belajar Akuntansi sudah mencapai skor kriteria minimal 75 pada siklus I yaitu indikator mengamatimemperhatikan
penyampaian materi, mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dimengerti, dan indikator mengerjakan soaltugas dalam pelajaran. Lima dari
delapan indikator Aktivitas Belajar Akuntansi belum mencapai skor kriteria minimal 75 pada siklus I yaitu indikator membaca materi pelajaran,
menyampaikan pendapatsaranjawabansanggahan terkait mata pelajaran, melakukan diskusi kelompok terkait mata pelajaran, mendengarkan penyajian