Skrining ESBL Metode Deteksi ESBL

Faktor resiko lain adalah perawatan di rumah atau fasilitas kesehatan lain dalam jangka waktu yang lama, penyakit dasar, pembedahan, tingkat keparahan penyakit, hemodialisa dan nutrisi yang kurang, 16,28 Beberapa penyakit dasar juga dilaporkan memiliki hubungan dengan infeksi oleh organisme penghasil ESBL, yaitu : infeksi saluran kemih berulang, diabetes mellitus, keganasan, penyakit paru obstruktif, pembedahan, dan sepsis 2,16, 22, 41 Pemakaian antibiotik pertama juga turut berperan, biasanya berhubungan dengan kuinolon, cephalosporin generasi III, co-trimoxazole, dan metronidazol. 2,11,16

2.6. Metode Deteksi ESBL

Mengidentifikasi organisme yang produsen ESBL adalah tantangan utama untuk laboratorium mikrobiologi klinik. Karena ESBL telah ditemukan di seluruh dunia, berbagai strategi pendeteksiannya telah dikembangkan.

2.6.1. Skrining ESBL

Menurut CLSI, metode skrining untuk organisme penghasil ESBL adalah metode cakarm difusi disk diffusion test dan “dilution antimicrobial susceptibility test”. 42

2.6.1.1 Disk Diffusion Test

CLSI menyarankan tes ini untuk klebsiella, Escherichia coli, and Proteus mirabilis. Pemeriksaan dengan metode cakram difusi ini dapat menskrining organisme penghasil ESBL dengan mencatat diameter zona Universitas Sumatera Utara tertentu yang mengindikasikan dengan kuat kecurigaan adanya ESBL. Disk yang sering digunakan adalah Cefpodoxime, Ceftazidime, Cefotaxime, atau Ceftriaxon. Penggunaan disk lebih dari satu agen dapat meningkatkan sensitivitas deteksi ESBL. Jika salah satu diameter zona menunjukkan kecurigaan ESBL +, maka dilakukan konfirmasi dengan tes fenotipik untuk memastikan diagnosa. Pada 1995, Thomson dan Sanders mendapatkan bahwa metode cakram difusi dengan menggunakan cefpodoxime sangat baik untuk membedakan organisme penghasil ESBL dan bukan penghasil ESBL pada Klebsiella pneumoniae dan E. coli. 43 Awalnya CLSI merekomendasikan zona diameter 22 mm untuk cakram 10 μg cefpodoxim dalam menskrining ESBL. Namun sayangnya, skrining dengan menggunakan cefodoxime pada diameter 22mm kurang sensitif untuk menyaring E. coli penghasil ESBL. Untuk itu, CLSI memberikan rekomendasi baru untuk mengubah batas diameter zona cefodoxime menjadi 17mm untuk menskrining ESBL. Acuan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. 42

2.6.1.2 Dilution antimicrobial susceptibility tests Metode MIC

CLSI menyarankan metode dilusi untuk menskrining keberadaan ESBL pada Klebsiella dan E. coli. Awalnya tes skrining ESBL menggunakan cefpodoxime dengan MIC 2 μgml. Namun sekarang, tes ini dapat menggunakan ceftazidime, aztreonam, cefotaxime, dan ceftriaxone pada konsentrasi 1 μgml. Jika didapati nilai MIC 2 μgml, maka dicurigai sebagai penghasil ESBL yang kemudian dilanjutkan dengan tes konfirmasi fenotipik. Universitas Sumatera Utara Tabel. 2. Kriteria MIC dan Zona Inhibitor untuk mendeteksi ESBL pada K.pneumoniae and E.coli 19 Antibiotik Diameter untuk sensitif strain Zona Diameter untuk kemungkinan strain ESBL MIC strain sensitif MIC untuk kemungkinan strain ESBL Aztreonam 30g ≥ 22 mm ≤ 27 mm ≤ 8 mgL ≥ 2 mgL Cefotaxime 30g ≥ 23 mm ≤27 mm ≤ 8 mgL ≥ 2 mgL Cefpodoxime 10g ≥ 21 mm ≤ 22 mm ≤ 8 mgL ≥ 2 mgL Ceftazidime 30g ≥ 18 mm ≤ 22 mm ≤8 mgL ≥ 2 mgL Ceftriaxone 30g ≥21 mm ≤ 25 mm ≤ 8 mgL ≥2 mgL

2.6.2 Tes Konfirmasi Fenotipik