typhimurium, E. coli, K. pneumonia, dan Vibrio cholera O1. PER-2 kebanyakan terdapat di Amerika Selatan
2.2.4.2. VEB Vietnam Extended Spectrum β-lactamase
VEB-1 memiliki homologi yang paling besar dengan PER-1 dan PER-2 38. Mereka memiliki kemampuan resistensi tingkat tinggi terhadap
ceftazidime, cefotaxime and aztreonam. VEB-1 pertama kali ditemukan pada isolat E. coli di Vietnam. Sebuah ß-lactamase lain yang memiliki struktur yang
identik dengan VEB-1 telah ditemukan juga pada K.pneumonia, Enterobacter cloaca and Pseudomonas aeruginosa di Thailand. Enzim VEB lainnya
ditemukan juga di Kuwait dan China. Masih ada juga beberapa tipe ESBL lainnya yang telah ditemukan
namun jarang dilaporkan karena masih dalam jumlah yang sedikit pada daerah geografis yang terbatas. GES dan IBC ß-lactamase ditemukan di P.
aeruginosa. Tipe yang jarang lainnya : BES, SFO, dan TLA yang ditemukan pada Enterobacteriaceae.
2.3. Epidemiologi
Saat ini ESBL telah menjadi masalah yang serius di beberapa rumah sakit di berbagai negara dan di berbagai institusi. Sejak ditemukannya
pertama kali, yaitu pada pertengahan tahun 1980-an, ESBL telah semakin cepat menyebar dan bermutasi menjadi beberapa tipe. Saat ini, organisme
penghasil ESBL memang telah menyebar secara luas di seluruh dunia dan prevalensinya semakin meningkat.
5
Universitas Sumatera Utara
Fenomena ESBL dimulai di Eropa Barat, kemungkinan karena disanalah pertama β-laktam kali antibiotik β-laktam digunakan secara klinis.
Namun tidak membutuhkan waktu yang lama sampai akhirnya ESBL ditemukan di Amerika Serikat dan Asia. ESBL pertama kali ditemukan di
Jerman pada tahun 1983, sedangkan di Prancis tahun 1985. Tak lama setelah itu,terjadi wabah infeksi nosokomial di Prancis yang disebabkan oleh
strain K. pneumonia. Sedangkan di Amerika Serikat ESBL ditemukan pada akhir 1980-an.
16
Dari sebuah survei oleh SENTRY Antimicrobial pada 81,213 kultur darah selama tahun 1997-2002 menunjukkan bahwa isolat Klebsiella spp.
yang memiliki fenotip sebagai penghasil ESBL adalah sebanyak 42.7 di Latin America, 21.7 di Eropa dan 5.8 di Amerika Selatan.
14
Menurut studi yang dilakukan The Pan European Antimicrobial Resistance using Local
Surveillance PEARLS selama 2001-2002 menunjukkan persentase ESBL diantara E. coli, K. pneumonia dan Enterobacter spp adalah 5,4 , 18,2,
dan 8,8 secara respektif.
15
Sangat mengejutkan bahwa ternyata menurut data dari EARSS tahun 2010, resistensi terhadap generasi ketiga
cephalosporin pada E.coli meningkat 2,6 di Sweden hingga 25 di Bulgaria; sedangkan pada K. pneumonia berada pada angka 1,7 di Sweden dan
meningkat ke level yang sangat tinggi yaitu 75,6 dan 74,6 di Bulgaria dan Yunani.
16
Secara keseluruhan tingkat produksi ESBL pada kombinasi Enterobacteriaceae adalah 10,5. Angka kejadian tertinggi adalah di Mesir
38,5 dan Yunani 27,4 sedangkan yang terendah adalah di Belanda 2 dan Jerman 2,6.
15
Universitas Sumatera Utara
Di Afrika, studi pertama dilakukan di Tanzania pada tahun 2001-2002 dengan mengambil sampel darah dari neonatus. Hasilnya ditemukan 25 E.
coli dan 17 K.pneumonia penghasil ESBL, kebanyakan merupakan jenis CTX-M-15 dan TEM-63.
31
Pada penelitian lebih lanjut yang dilakukan di sebuah rumah sakit tersier di Mwanza, Tanzania, didapati prevalensi ESBL
pada bakteri Gram Negatif sebanyak 29, yang kebanyakan 64 K. pneumonia dan 24 E. coli.
32
Di Saudi Arabia prevalensi yang tepat untuk kejadian ESBL belum diketahui, namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PEARLS 2001-
2002 menunjukkan bahwa keseluruhan tingkat produksi ESBL dari Enterobacteriaceae adalah 18,6 dan laporan lainnya menunjukkan bahwa
ESBL telah menjadi umum dan semakin menyebar diantara Rumah Sakit.
14,33
Dalam sebuah Rumah Sakit perawatan tersier di Riyadh, 48 K. pneumonia dan 15,8 E.coli dari kultur darah yang dikumpulkan dari Januari 2003
sampai Desember 2004 adalah merupakan produsen ESBL.
34
Di Asia, diterbitkan beberapa artikel pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an melaporkan adanya muncul infeksi ESBL jenis enzim
SHV-2 dan Toho-1 CTX-M-44 di China dan Jepang.
35
Berdasarkan survei yang dilakukan SENTRY telah terjadi peningkatan prevalensi K. pneumonia
penghasil ESBL sampai 60 dan E. coli 13-35 di beberapa bagian China dengan predominan jenis enzim CTX-M-14 dan CTX-M-3.
36
Sedangkan di New Delhi, laporan pertama infeksi Enterobacteriaceae diterbitkan pada tahun 2001.
37
Kemudian, Ensor dkk menemukan telah terjadi
Universitas Sumatera Utara
resistensi dari cephalosporin generasi ketiga pada E.coli dan K. pneumonia dari tiga pusat kesehatan di India sedangkan di Mathai menemukan bahwa
tingkat infeksi dari Enterobaacteriaceae penghasil ESBL telah mencapai 70.
38,39
Sementara di daerah lain di Asia, prevalensi ESBL cukup bervariasi, yaitu 4,8 di Korea sampai 12 di Hongkong.
15,17
Di Indonesia, masih sedikit sekali data mengenai ESBL. Menurut penelitian yang dilakukan oleh The Indonesia Antimicrobial Resistance tahun
1999, didapati bahwa terdapat 33.3 K. pneumonia penghasil ESBL dan 23.0 E. coli penghasil ESBL.
19
Sebuah studi lain yang dilakukan pada tahun 2005 di RS. Dr. Soetomo di Surabaya, melaporkan bahwa terdapat 86
K.pneumonia penghasil ESBL yang didapat dari isolat urin dan darah.
20
Sebelumnya, tahun 2004 prevalensi E.coli ESBL di Surabaya sebesar 10,8.
21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Prevalensi ESBL pada E. coli dan K. pneumonia dari berbagai studi dan EARRS
16
2.4. Organisme penghasil ESBL