BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan
metode pengumpulan data secara potong lintang untuk menilai beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan infeksi E. coli dan K. pneumonia
penghasil ESBL.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK USURSUP H. Adam Malik Medan mulai Januari – Maret 2014.
3.3. Populasi Penelitian
Populasi terjangkau penelitian ini adalah isolat darah, sputum,urin, feses, sekret, dan cairan tubuh yang diterima di Laboratorium Mikrobiologi
Departemen Patologi Klinik FK USURSUP H. Adam Malik Medan yang teridentifikasi sebagai E. coli dan K. pneumonia penghasil ESBL mulai bulan
Januari – Maret 2014.
3.4. Sampel Penelitian 3.4.1. Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
menggunakan teknik consecutive sampling atau sampai dengan jumlah sampel terpenuhi. Sampel pada kelompok kasus adalah pasien dengan hasil
kultur E. coli atau K. pneumonia penghasil ESBL ESBL positif. Sampel pada kelompok kontrol adalah pasien dengan hasil kultur E. coli atau K.
pneumonia yang bukan penghasil ESBL ESBL negatif. Pada kedua kelompok sampel dipasangkan dengan rasio 1:1 yaitu
pada 2 variabel : 1. spesies organisme yang menginfeksi :
pasien dengan E. coli ESBL positif dipasangkan dengan E. coli ESBL negatif
Pasien dengan K. pneumonia ESBL positif dipasangkan dengan K. pneumonia ESBL negatif
2. Waktu masuknya isolat pasien dengan E. coli ESBL positif di bulan januari dipasangkan
dengan E. coli ESBL negatif di bulan januari juga, dst pasien dengan K. pneumonia ESBL positif di bulan januari
dipasangkan dengan K. pneumonia ESBL negatif di bulan januari juga, dst
3.4.2. Besar Sampel
Dalam menentukan besar sampel digunakan rumus uji hipotesis untuk dua sampel berpasangan besar, sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Dimana : n
1,2
: besar sampel masing-masing untuk kelompok kasus dan
kontrol Z
0,5 – αβ
: nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung
pada nilai α yang ditentukan. Untuk α = 0,05 → Zα = 1,96.
Z
0,5-β
: nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung
pada nilai yang ditentukan. Untuk = 0,20 → Z= 1,036.
P
1 :
proporsi kejadian ESBL pada E.coli dan K.pneumonia, sebesar 0,10
P
1
– P
2
: Beda proporsi yang bermakna, ditetapkan sebesar 0,35
P
2
: Perkiraan proporsi kejadian ESBL pada E. coli dan K.
pnemumonia yang diteliti, sebesar 0,275 Sesuai dengan rumus diatas, maka sampel minimal yang diperlukan untuk
penelitian ini adalah sebesar 25 sampel.
3.5. Kriteria Penelitian
3.5.1. Kriteria Inklusi
1. Setiap pasien yang dimasukkan ke dalam kelompok kasus adalah yang dari isolatnya teridentifikasi sebagai bakteri E.coli atau K.
pneumonia penghasil ESBL.
2. Pasien yang dimasukkan dalam kelompok kontrol adalah yang dari
isolatnya teridentifikasi sebagai bakteri E. coli atau K.pneumonia yang tidak menghasilkan ESBL.
3. Memiliki data rekam medis yang jelas 3.5.2. Kriteria Eksklusi
Universitas Sumatera Utara
1. Sampel yang tidak representatif Label tidak cocok tidak lengkap, transportasi terlalu lama, penampung tidak sesuai atau tidak steril,
penampung pecahretak, jumlah tidak cukup 2. Jika pada pasien dijumpai lebih dari satu jenis isolat yang
teridentifikasi sebagai E. coli atau K. pneumonia, maka hanya satu isolat yang diambil dan isolat lainnya tidak digunakan.
3. Data rekam medis yang tidak lengkap
3.6. Identifikasi Variabel 3.6.1. Variabel Bebas
Infeksi oleh E.coli atau K. pneumonia penghasil ESBL
3.6.2. Variabel terikat
Faktor resiko infeksi ESBL, yaitu : 1. Perawatan inap
2. Lamanya rawatan 3. Pemakaian kateter vena sentralis
4. Pemakaian kateter vena perifer 5. Pemakaian kateter urin
6. Pemakaian pipa nasogastrik 7. Pemakaian ventilator mekanik
8. Penyakit komorbid
3.7. Definisi Operasional
Universitas Sumatera Utara
1. E. coli Penghasil ESBL : E. coli yang mengandung ESBL, diperiksa dengan menggunakan BD Phoenix
2. K. pneumonia Penghasil ESBL : K. pneumonia yang mengandung ESBL, diperiksa dengan menggunakan BD Phoenix
3. Faktor resiko infeksi ESBL : karakteristik, tanda dan gejala pada individu yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan
insiden penyakit. Faktor risiko merupakan faktor-faktor yang ada sebelum terjadinya penyakit.
4. Umur adalah interval waktu dari lahir sampai masuk rumah sakit, umur dinyatakan dalam tahun.
57
5. Lama rawat inap adalah lamanya pasien tinggal di rumah sakit dalam jumlah malam. Dihitung dengan mengurangkan tanggal keluar dengan
tanggal masuk. Jika pasien masuk dan keluar pada hari yang sama maka lamanya rawatan adalah 0.
58
Lama rawatan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu lebih dari 1 minggu dan kurang dari atau sama
dengan 1 minggu. 6. Perawatan inap : pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana
penderita tinggalmondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan pelaksanaan pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana
kesehatan lain.
57
7. Pemakaian kateter vena sentral : pemakaian kateter yang ditempatkan ke dalam vena besar di leher vena jugularis interna atau vena
jugularis eksterna, dada vena subclavian, lengan vena basilica,
Universitas Sumatera Utara
atau paha vena femoralis.
57
Dibedakan menjadi dua kategori; ya dan tidak.
8. Pemakaian kateter vena perifer : Pemasukan selang berukuran kecil dan fleksibel yang terbuat dari plastik ke dalam vena perifer untuk
pemberian obat-obatan atau cairan.
57
Dibedakan menjadi dua kategori; ya dan tidak
.
9. Pemakaian kateter urin : pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui uretra menuju kandung kemih.
57
Dibedakan menjadi dua kategori; ya dan tidak
10.Pemakaian pipa nasogastrik : pemakaian pipa nasogastrik dengan ukuran sesuai umur pasien, yang terpasang dari hidung menuju ke
lambung dan dipergunakan sebagai metode pemberian makanan enteral yang optimal bagi pasien.
57
Dibedakan menjadi dua kategori; ya dan tidak.
11.Pemakaian ventilator mekanik : pemakaian suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi. Dibedakan menjadi dua kategori; ya dan tidak.
12.Penyakit komorbid : merupakan suatu kondisi yang dapat memperberat penyakit utama. Dibedakan menjadi dua kategori; ya dan
tidak. Kondisi yang termasuk penyakit komorbid sesuai dengan charlson comorbidity index : Myocardial infarction, Congestive heart
failure, Peripheral vascular disease, Cerebrovascular disease or transient
ischemic disease,
Hemiplegia, Pulmonary
disease
Universitas Sumatera Utara
COPDasthma, Diabetes, Diabetes with end organ damage, Renal disease, Mild liver disease, Severe liver disease, Gastric or peptic or
peptic ulcer, Cancer lyphoma, leukemia, solid tumor, Rheumatic or connective tissue disease, HIV atau AIDS, Hypertension, Skin
ulcercellulitis, Depresion. Dibedakan menjadi dua kategori; ya dan tidak.
13.Tindakan pembedahan : semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan ditangani.
3.8. Cara Kerja 3.8.1 Kultur Darah, Sputum, Urin, Feses, Cairan Tubuh, dan Sekret