pendapatannya cukup tinggi biasanya mereka akan membeli pakaian ke toko dengan jumlah yang cukup banyak pula biasanya 3-5 buah baju. Sedangkan,
untuk yang pendapatannya sedikit pada umumnya mereka akan membeli ke pekan dengan jumlah yang tidak banyak yaitu 1-2 buah. Terkadang ada pula
yang sampai kredit pakaian karena kalau tidak begitu mereka tidak bisa membeli. Pada umumnya ibu-ibu yang pendapatannya tidak banyak sampai
rela tidak membeli baju asal anak memakai baju baru karena si ibu tidak tega melihat anaknya tidak pakai baju baru sedangkan teman-teman lainnya
memakai baju baru. Seperti penuturan salah seorang informan sebagai berikut:
“…..enggak apa-apalah mamak bapaknya gak pake baju baru asal anaknya pake baju baru. Fitri, 33 tahun.
3.6 Pola Hubungan Keluarga
Keluarga dianggap sangat penting dan menjadi pusat perhatian kehidupan individu, maka dalam kenyataanya fungsi keluarga pada semua
masyarakat adalah sama Dwi Narwoko dan Bagong suyanto, 2004: 234. Secara rinci, bebrapa fungsi dari keluarga adalah:
1. Fungsi pengaturan keturunan
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi ekonomi atau unit produksi
4. Fungsi pelindung atau proteksi
5. Fungsi penentuan status
6. Fungsi pemeliharaan
7. Fungsi afeksi
Universitas Sumatera Utara
Pada masyarakat Parbutaran tugas utama keluarga adalah untuk memenuhi kesehatan jasmani, rohani, dan sosial. Tugas-tugas ini mencakup
pemenuhan kebutuhan ekonomi, pendidikan anak baik secara formal maupun informal. Oleh karena di dalam keluarga yang menjadi kepala
keluarga adalah ayah, maka sebisa mungkin seorang ayah harus memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya.
Apabila di dalam keluarga mengalami kesulitan biasanya akan dibicarakan dengan santai ketika sore hari atau malam hari. Dalam hal
sekolah misalnya saja ketika anak malas sekolah biasanya si ibu yang akan membujuk si anak untuk sekolah dan apabila si anak tetap tidak mau maka
sang ibu baru mengadukannya pada sang suami. Masalah lain di dalam keluarga misalnya kesulitan keuangan maka
biasanya si ayah dan si ibu akan saling bertukar pikiran untuk menemukan jalan keluarganya misalnya menjual salah satu barangnya atau berhutang
kepada tetangga yang lain. Tidak jarang masalah ekonomi menjadi salah satu pertengkaran dalam keluarga. Berbagai studi yang dilakukan para ahli
Easterlin 1973 dan Cameron 1974 menemukan bahwa kebahagiaan tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya cacat tubuh. Tidak pula dipengaruhi oleh
faktor usia. Dari semua faktor yang diteliti, kelas sosiallah yang tampaknya memiliki kaitan paling erat J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2010:
189. Memang benar bahwa tindak kekerasan antara suami terhadap istri
atau sebaliknya, anatar anak terhadap orang tuanya, serta antara orang tuakepada anak-anaknya umumnya bisa saja terjadi di lingkungan keluarga
Universitas Sumatera Utara
dari setiap tingkat kelas sosial entah itu keluarga yang kaya atau miskin maupun keluarga yang berpendidikan atau tidak. Namun, tidak diingkari
bahwa fenomena child abuse atau tindak kekerasan dalam keluarga yang lain cenderung lebih sering terjadi dan di alami oleh keluarga-keluarga yang
secara sosial-ekonomi tergolong miskin dan rentan. Horton dan Hunt 1984 menyatakan bahwa tindak kekerasan dalam keluarga probabilitasnya akan
cenderung lebih besar dialami oleh “ keluarga-keluarga yang serba susah”
39
. Begitu pula yang terjadi di Parbutaran, tidak jarang sang ibu akan
memarahi, mencubit bahkan memukul anaknya yang minta uang untuk jajan karena untuk makan saja susah. Berbanding terbalik dengan keluarga yang
pendapatannya cukup mereka tidak terlalu susah memberi uang kepada anaknya selama itu masih dirasa belum berlebihan.
Bukan hanya itu saja, masalah ekonomi juga bisa menyebabkan timbulnya pertengkaran dalam rumah tangga. Keluarga yang ekonominya
kurang mampu cenderung lebih sering bertengkar dikarenakan tidak adanya uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga menimbulkan
percekokan diantara mereka. Si istri yang selalu mengeluh karena tidak ada uang menimbulkan kemarahan sang suami. Begitu pula ketika mereka
memiliki hutang kepada orang lain, maka mereka akan kebingungan untuk membayar hutangnya, dan tidak jarang mereka akan saling menyalahkan
dan bahkan bertengkar. Keluarga dengan ekonomi yang berkecukupan juga tidak terlepas
dari pertengkaran akan tetapi memang intensitas pertengkarannya tidak
39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
sebanyak keluarga kurang mampu. Masalah yang sering kali terjadi di keluarga kaya adalah perselingkuhan. Perselingkuhan rasanya sudah
menjadi rahasia umum. Biasanya motif perselingkuhan dikarenakan uang. Maksudnya disini adalah karena kalau berselingkuh dengan orang kaya
maka si wanita akan menerima uang ataupun barang yang cukup menggiurkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERSEPSI MASYARAKAT PARBUTARAN
TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL
4.1 Pemahaman