3.3 Aktifitas Malam Hari
Sekitar pukul 18.00 WIB para orang tua dan anaknya akan duduk atau menonton bersama anak mereka. Adzan maghrib pun berkumandang
hanya sedikit orang yang berangkat ke mesjid dan yang shalat di rumah, baik orang tua dan anak-anak akan masuk rumah karena bagi mereka apa
bila maghrib walaupun shalat atau pun tidak harus masuk rumah. Ada yang keluar waktu maghrib itu pantang dan ada juga yang berpikir kalau keluar
waktu maghrib itu tidak sopan. Setidaknya kalau tidak shalat setidaknya menghargai yang shalat. Sebagaimana penuturan salah seorang informan
yang mengatakan: “……kalau maghrib itu masuk rumah walaupun tidak shalat.
Sudah tidak shalat malah keliaran pulak di luar rumah kok tidak malu. Setidaknya menghargai orang yang shalat
maghrib”. Munasri, 53 tahun.
Setelah selesai shalat maghrib sebagian orang tua biasanya menonton TV bersama anaknya dan ada juga yang duduk-duduk di teras
rumah karena udara yang panas. Tidak banyak anak yang belajar pada malam hari karena mereka lebih banyak menonton TV ditambah lagi orang
tua yang tidak terlalu mengarahkan anaknya untuk belajar sehingga anak- anak pun semakin malas belajar. Anak-anak akan membuka bukunya
apabila mereka ada tugas dari sekolah selebihnya mereka jarang belajar. Pada pukul 09.30 biasanya para orang tua dan anaknya sudah pada tidur dan
bertemu dengan aktifitas besok yang sama melelahkannya.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Tingkat Pendapatan
Tinggi rendahnya taraf hidup seseorang ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan mereka masing-masing. Pendapatan rata-rata
perindividu dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah keluargapenduduk setempat. DEPDIKBUD, 1992:102. Berikut ini adalah tabel pendapatan
dari penduduk Parbutaran.
TABEL 5 PENDAPATAN PENDUDUK PARBUTARAN
No. Pekerjaan
Pendapatan 1.
PNS ≥ Rp. 2.000.000
2. Karyawan
≥ Rp. 2.000.000 3.
Buruh ≥ Rp. 1.000.000
4. Bertani
≥ Rp. 500.000 5.
Serabutan
≥ Rp. 500.000
6. Berdagang
≥ Rp. 700.000 7.
Operator alat berat ≥ Rp. 2. 000.000
Sumber: Data Lapangan wawancara Januari 2014
Hanya sedikit penduduk Parbutaran yang bekerja sebagai PNS, hal ini disebabkan karena hanya ada sekolah dan 1 kantor pemerintahan yaitu
kantor Kepala Desa. Sebagian besar yang menjadi PNS adalah kaum perempuan yaitu sebagai guru dan menjadi staf di kantor Kepala Desa
karena pada umumnya lelaki lebih memilih bekerja sebagai petani. Lain halnya dengan gaji karyawan perkebunan, gaji pokok
karyawan perkebunan sebesar Rp.1.300.000 kemudian ada uang tambahan
Universitas Sumatera Utara
lagi sehingga gaji per bulannya bisa mencapai Rp. 2.100.000. Setiap bulan 6 biasanya para karyawan perkebunan atau pun buruh akan menerima
bonus. Ada perbedaan uang bonus untuk karyawan dan buruh lepas. Kalau karyawan akan menerima uang bonus sebesar Rp. 7.000.000 dan kalau
buruh lepas biasanya akan menerima uang sebesar Rp. 500.000. Biasanya tidak lama setelah menerima bonus para karyawan akan
berbondong-bondong membeli perabotan rumah tangga dan biasanya perabotan yang mereka beli tidak jauh berbeda karena ada istilah untuk atau
orang pondok
36
yaitu beli satu beli semua yang maksudnya kalau ada satu tetangga yang membeli barang baru tetangga lainnya biasanya akan ikut
membeli juga. Ada persaingan tersendiri untuk orang pondok. Mereka tidak mau tertinggal dari tetangga lainnya meskipun harus merogoh dari uang
tabungannya. Akan tetapi, tidak semua mereka seperti itu ada juga yang menyimpan uangnya untuk untuk membeli rumah atau lahan untuk mereka
pensiun nanti. Sedangkan buruh lepas, jika hasil panen banyak maka akan banyak
pula tambahan untuk mereka. Tentu saja tambahan itu berdasarkan banyaknya hasil kerja, sehingga perbulan mereka bisa mendapatkan gaji
sebesar Rp. 1.600.000. Hampir sebagian besar masyarakat Desa Parbutaran bekerja sebagai
petani, karena orang dengan tamatan SD pun bisa jadi petani dan bisa tetap makan bahkan kalau beruntung bisa jadi orang kaya. Pada umumnya mereka
bertani kelapa sawit kemudian disusul karet. Bertani kelapa sawit dianggap
36
Orang yang bertempat tinggal di perumahan karyawan
Universitas Sumatera Utara
lebih menguntungkan dilihat dari harga perkilonya yang lumayan mahal dan juga sebagai investasi jangka panjang. Selain itu, masa panen yaitu dua
minggu sekali menjadi pertimbangan mereka. Walau terkadang harga kelapa sawit anjlok akan tetapi mereka masih tetap saja percaya bahwa bertani
kelapa sawit itu lebih baik untuk masa depan. Pendapatan petani itu beragam sesuai dengan berapa banyak lahan
yang dimiliki. Kalau yang memiliki lahan 10 hektar dalam sebualan bisa mendapatkan uang kurang lebih sebesar Rp. 20.000.000, sedangkan untuk
petani yang memiliki lahan 1 atau 2 hektar biasanya hanya cukup untuk makan sehari-hari sehingga mereka biasanya akan bekerja ditempat orang
lain itulah yang disebut dengan mocok-mocok atau serabutan
37
. Mereka biasanya ikut memanen, memupuk dan lain-lain sesuai keinginan pemilik
lahan. Tidak jarang mereka menganggur karena panen kelapa sawit hanya dua minggu sekali sehingga biasanya mereka bekerja pada lebih dari 1
orang. Pendapatan mereka pun beragam perbulan mulai dari Rp. 500.000 - Rp. 1000.000.
Untuk membantu suami biasanya para istri membuka usaha sebagai penjual makanan maupun membuka kedai dengan pendapatan yang lumayan
membantu yaitu kurang lebih Rp.700.000. Untuk para anak lajang yang tidak melanjtkan sekolah atau bahkan cuma tamat SD pada umumnya
mereka lebih memilih merantau ke luar daerah sebagai operator dengan pendapatan mulai dari Rp. 2.000.000- Rp. 7.000.000 per bulan. Biasanya
37
Cenderung melakukan pekerjaan atau peran apa saja
Universitas Sumatera Utara
mereka mulai mengumpulkan uang dari penghasilan itu sehingga ketika uangnya sudah terkumpul maka akan membeli lahan kelapa sawit atau karet.
3.5 Biaya Hidup