1.2 Tinjauan Pustaka
Kebudayaan adalah suatu sistem pengetahuan yang diperoleh manusia
melaui proses
belajar, yang
mereka gunakan
untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan sekaligus untuk
menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Asumsinya adalah bahwa setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang
unik dalam mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian, perilaku dan emosi. Karena itu, objek
kajiannya bukanlah fenomena material tersebut, tetapi tentang cara fenomena material tersebut diorganisasikan dalam pikiran mind manusia
Spradley dalam Amiruddin: 1997. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau
dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Ciri-ciri masyarakat adalah 1 interaksi antar warga-warganya; 2 adat-istiadat, norma, hukum, dan
aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga Negara kota atau desa; 3 kontinuitas waktu; 4 dan rasa identitas kuat yang
mengikat semua warga. Dengan memeperhatikan ciri-ciri tersebut maka secara khusus dapat dirumuskan definisi mengenai masyarakat yaitu
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh
suatu rasa identitas bersama
13
.
13
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Edisi revisi Rineka Cipta, Jakarta 2009, hal 116
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan adalah sebenarnya proses pembudayaan. Tidak ada suatu proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, dan sebaliknya
tidak ada suatu proses kebudayaan tanpa pendidikan. Proses pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan antar manusia didalam suatu
masyarakat. Proses pendidikan merupakan suatu proses dan sekaligus suatu kata benda. Pendidikan sebagai suatu proses merupakan suatu interaksi
antara pendidik dan peserta didik di dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah suatu proses menaburkan benih-benih budaya dan peradaban
manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Inilah pendidikan sebagai
suatu proses pembudayaan
14
. Proses pendidikan senantiasa berlangsung bagi setiap manusia, baik
yang masih bersekolah maupun tidak, yang berusia muda maupun tidak, yang perempuan maupun tidak. Menurut Yustina Rostiawati, pendidikan
adalah: Suatu proses mendidik seseorang manusia menjadi manusia
yang dapat menghargai martabat setiap manusia baik perempuan maupun laki-laki. Implikasinya, seseorang
manusia yang terdidik akan berusaha untuk senantiasa memperluas
cakrawala wawasannya,
memperdalam pengetahuannya, dan berisikan adil terhadap manusia lain
tanpa memperhatikan jender, ras maupun etnis. Pendidikan bukan suatu proses pengolahan masukan input menjadi
luaran output yang efektif, efisien, dan sikap pakai untuk dunia kerja dan kebutuhan pasar. Dengan kata lain, sistem
pendidikan dan proses pendidikan tidak sama dengan sistem dan proses produksi dalam pabrik Yayasan Toyota
dan astra, 2004 : 438.
14
Tilaar. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia PT Remaja
Rosdakarya, Bandung,1999, hal 7
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan adalah suatu proses mendidik seseorang agar menjadi pribadi yang lebih baik. Seseorang yang berpendidikan bukan hanya saja
lebih memperdalam ilmu pengetahuannya, akan tetapi juga harus lebih bisa menghargai orang lain. Pendidikan tidak seperti pabrik produksi yang
mengolah dari barang mentah menjadi barang jadisiap pakai. Pendidikan belum tentu menjamin seseorang akan mendapatkan pekerjaan kalau tidak
diimbangi dengan keterampilan. Pendidikan membantu dan memberdayakan manusia untuk
membangun daya kekuatan yang kreatif, dan mampu melakukan sesuatu. Salah satu aspek individual dari pemberdayaan adalah agar manusia
memiliki kemampuan berpikir, menguasai ilmu penegetahuan dan tekhnologi, mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan membangun
berbagai keterampilan. Pendidikan juga membantu dan memberdayakan manusia untuk membangun kekuatan bersama, solidaritas atas dasar
komitmen pada tujuan dan pengertian yang sama, untuk memecahkan persoalan yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Dengan
kata lain, pendidikan juga memberdayakan manusia untuk membangun komunitas, memperkuat hubungan antar manusia
15
. Pendidikan merupakan sarana paling strategis untuk meningkatkan
kualitas manusia. Artinya, melalui pendidikan, kualitas manusia dapat ditingkatkan. Dengan kualitas meningkat, produktivitas individual manusia
pun akan meningkat pula. Selanjutnya, jika secara individual produktivitas manusia meningkat maka secara komunal produktivitas bangsa akan
15
Tonny Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia Kompas, Jakarta, 2004 hal 420
Universitas Sumatera Utara
meningkat. Bahwa untuk meningkatkan produktivitas bangsa, diperlukan dana besar memang demikian hukum ekonominya
16
. Sejalan dengan itu, kalangan antropolog dan ilmuwan sosial lainnya
melihat bahwa pendidikan merupakan upaya untuk membudayakan dan mensosialisasikan manusia sebagaimana yang kita kenal dengan proses
enkulturasi pembudayaan dan sosialisasi proses membentuk kepribadian dan perilaku seorang anak menjadi anggota masyarakat sehingga anak
tersebut diakui keberadaanya oleh masyarakat yang bersangkutan. Dalam pengertian ini, pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat
menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan
17
. Daoed Joesoef memandang pendidikan sebagai bagian dari
kebudayaan karena pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar untuk bekal hidup yang
dimaksudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena kehidupan adalah keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang
kita lakukan sebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus dilakukan oleh setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai makhluk bio-sosial
18
.
16
Ibid
17
http:fikrienas.wordpress.combudaya-dan-pendidikan
18
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
19
. Selanjutnya menurut Poerbakawatja Harahap 1981, pendidikan
adalah “…usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab
moril dari segala perbuatannya…orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan
kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan
keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya
20
.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan
pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan
21
. Makna dan tujuan dari pendidikan adalah untuk memerdekakan,
membudayakan, dan memanusiakan manusia termasuk di dalamnya proses sosialisasi nilai-nilai transenden dan kultural yang diharapkan dapat
senantiasa membantu manusia dalam proses menjadi manusia on the process of becoming human, seperti diungkapkan oleh Sastrapratedja. Fuad
19
UU Sistem Pendidikan Nasional Pustaka Pelajar, Yogyakarta2005
20
Muhibbinsyah. Psikologi Pendidikan PT Rosdakarya, Bandung 2010, hal 11
21
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan edisi revisi Rineka Cipta, Jakarta 2005, hal 33
Universitas Sumatera Utara
Hassan lebih lanjut mengungkapkan, manusia tidak akan pernah berhenti berproses melalui pendidikan yang bukan hanya terbatas sebagai sistem
persekolahan dalam pendidikan formal, melainkan juga di dalam arti dan makna yang lebih luas. Yayasan Toyota dan Astra, 2004: 438
Secara tradisional, pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang bertujuan, sebagai jalan menuju pencapaian tujuan yang terletak di luar
proses pendidikan adalah untuk membantu mencapai kehidupan yang baik, kebahagiaan, keadaan yang final. Bukan hanya pendidikan yang menjadi
penopang upaya mencapai tujuan itu. Anggapan bahwa pendidikan adalah cara atau alat menyebabkan diaturnya unsur-unsur pendidikan mengikuti
arus zaman dan tempat ini, seperti kini pendidikan dianggap sebagai cara mencapai penyesuaian sosial, mencapai profesi yang memadai, atau
mencapai kepemimpinan dalam masyarakat
22
. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan
informal. Pendidikan formal PF yang sering disebut pendidikan persekolahan berupa jenjang pendidikan yang telah baku. Mulai dari jenjang
sekolah dasar SD sampai dengan perguruan tinggi PT. Pendidikan taman kanak-kanak masih dipandang sebagai pengelompokkan belajar yang
menjembatani anak dalam suasana hidup dalam keluarga dan di sekolah dasar. Biasa juga disebut pendidikan prasekolah dasar Pra-Elementary
School. Menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan setiap warga Negara diwajibkan mengikuti pendidikan
22
Paulo Freire, dkk, Menggugat Pendidikan Pustaka Pelajar, Yogyakarta 1998, hal 491
Universitas Sumatera Utara
formal minimal sampai tamat SMP
23
. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur keluarga dan lingkungan. Sekolah adalah salah satu saluran atau media dari proses
pembudayaan media lainnya adalah keluarga dan institusi lainnya yang ada di masyarakat. Sekolah adalah media sosialisasi yang lebih luas dari
keluarga. Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan perilaku seorang anak, serta mempersiapkannya
untuk penguasaan peranan-peranan baru di kemudian hari di kala anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2010: 94. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam dunia pendidikan, faktor
budaya menjadi faktor yang menentukan keberhasilan. Faktor budaya ini berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa paradigma atau
persepsicara pandang. Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap objek dan situasi lingkungannya. Manusia akan selalu
dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, tingkah laku dan cara berfikir untuk menanggapi sesuatu peristiwa yang terjadi dilingkungannya.
Istilah persepsi sering disebut juga dengan pandangan, gambaran, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau
objek. Persepsi mempunyai banyak pengertian, menurut Leavit persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau
23
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan edisi revisi Rineka Cipta, Jakarta 2005, hal 76
Universitas Sumatera Utara
pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi menurut Desiserato adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
24
. Menurut Moskowitz dan Ogel persepsi merupakan proses integrasi
dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas
yang integrated dalam diri individu
25
. Persepsi menurut Fielman adalah proses konstruktif ketika kita
menerima stimulus yang ada dan berusaha memahami situasi. Sedangkan menurut Morgan, persepsi mengacu pada carakerja, suara, rasa, selera, atau
bau. Dengan kata lain, persepsi dapat didefinisikan apa pun yang dialami oleh seseorang. Persepsi adalah proses pengolahan informasi dari
lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan
penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara
dunia luar individu lingkungan dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan
dinterpretasikan oleh sistem syaraf di otak
26
.
24
http:www.psychologymania.com201108pengertian-persepsi.html?m=1 diakses
tanggal 5 september
25
Ibid
26
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh
informasi tersebut adalah penginderaan penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya. Sebaliknya alat untuk memahami adalah kesadaran
27
. Secara umum menurut Sondang P.Siagian ada 3 faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang yaitu: 1.
Faktor pelaku persepsi yaitu diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan
interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif,
kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. 2.
Faktor sasaran persepsi yaitu sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh
terhadap persepsi orang yang melihatnya. Dengan perkataan lain, gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran
persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya. 3.
Faktor situasi persepsi yaitu persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul
perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang
28
.
27
Ibid
28
Sondang P.Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya PT Rineka Cipta, Jakarta 1995, hal 101
Universitas Sumatera Utara
1.3 Rumusan Masalah