Rumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian PENGALAMAN PENELITIAN

1.3 Rumusan Masalah

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Parbutaran Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun. Alasan peneliti memilih Desa Parbutaran karena tingkat pendidikan yang rendah 29 . Berdasarkan observasi sementara tingkat pendidikan yang rendah disebabkan faktor ekonomi dan persepsi anak ataupun orang tua yang menganggap sekolah tidak menjamin masa depan. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah ada maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian adalah “Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan formal”. Pokok permasalahn tersebut akan dirumuskan dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi masyarakat Desa Parbutaran terhadap pendidikan formal. 2. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi anak-anak Desa Parbutaran sekolahtidak melanjutkan sekolah. 3. Adakah hubungan antara persepsi orang tua terhadap pendidikan formal dengan minat anak untuk bersekolah. 29 Indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perspsi masyarakat Desa Parbutaran terhadap pendidikan formal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun akademis. Secara praktis, penelitian ini dapat memberi masukan bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Secara akademis, dapat juga bermanfaat untuk menambah wawasan dan kepustakaan di bidang Antropologi ataupun ilmu- ilmu pendidikan yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong 2005:6 penenlitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang yang terjadi dan dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode kualitatif yaitu berupa pengamatan, wawancara dan studi kepustakaan. Dengan tahapan penelitian pra lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan diakhiri dengan tahap penelitian laporan penelitian peneliti. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi etnografi. Penelitian studi etnografi adalah studi yang berupa tulisan atau laporan tentang suku Universitas Sumatera Utara bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atau hasil penelitian lapangan field work selama sekian bulan atau sekian tahun 30 . 1.5.2 Tekhnik Pengumpulan Data 1.5.2.1 Observasi Observasi adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejolak tindakan atau peristiwa atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian dengan cara mengamati. Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial dan budaya yang sukar untuk diketahui dengan metode lainnya. Peneliti mengawali terlebih dahulu dengan observasi. Dalam hal ini, peneliti mencoba untuk mengamati saja, yakni dengan mengamati tanpa ikut terlibat langsung dengan objek yang sedang diteliti. Melihat aktifitas dan gambaran pendidikan masyarakat desa Parbutaran. Selanjutnya, peneliti akan melakukan observasi partisipasi participant observation yang artinya metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana observer atau peneliti benar-benar melihat dalam keseharian informan Bungin, 2007. 30 Spradley dalam Amiruddin: 1997. Universitas Sumatera Utara

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara mendalam indepth interview merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan wawancara interview guide, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Dengan metode ini, peneliti akan menggunakan pedoman wawancara. Peneliti berusaha menjalin rapport 31 dengan informan. Pengembangan rapport dilakukan dengan cara hidup beradaptasi dan mengikuti kegiatan sehari-hari masyarakat di Desa Parbutaran dan menjalin hubungan yang baik dengan penduduk setempat sehingga ketika melakukan wawancara, data yang diperoleh benar-benar atau mendekati fakta yang sesungguhnya. Hasil-hasil wawancara akan dicatat dalam catatan lapangan untuk memudahkan pemahaman akan disertakan foto, rekaman suara dan video yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada tulisan ini, peneliti akan membedakan antara informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah orang-orang memahami permasalahan yang diteliti dan yang menjadi fokus peneliti yang meliputi keluarga yang anaknya tidak bersekolah atau bersekolah sampai jenjang SD 31 Rapport adalah hubungan antara peneliti dan subjek yang sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah anatara keduanya. Universitas Sumatera Utara atau SMP . Informan biasa sebagai pembanding meliputi keluarga yang anaknya bersekolah sampai SMA, PT dan guru sekolah di Desa Parbutaran.

1.5.2.3 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi sebagai salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian. Data sekunder berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, data sekunder dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan sebagai tekhnik oengumpulan data selanjutnya, dimaksudkan peneliti sebagai suatu sarana pendukung untuk mencari dan mengumpulkan data dari beberapa buku, jurnal, majalah, Koran dan hasil penelitian para ahli lain yang berhubungan dengan masalah penelitian guna lebih menambah pengertian dan wawasan peneliti demi kesempurnaan akhir penelitian. Universitas Sumatera Utara

1.6 PENGALAMAN PENELITIAN

Awal mula peneliti melakukan wawancara adalah dengan salah seorang teman peneliti sendiri. Setelah informan bersedia diwawancarai, peneliti pun tidak mebuang-buang waktu untuk langsung mewawancarainya. Diawal wawancara kami pun tertawa-tawa kecil karena tidak biasa melakukan tanya jawab seperti itu. Butuh waktu sekitar 5 menit untuk menetralkan suasana. Akhirnya peneliti pun mulai mewawancarainya dan informan pun mulai terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan peneliti. Setelah peneliti mewawancarainya kami pun pulang kerumah masing- masing karena hari sudah sore. Tidak kalah sulitnya dengan awal mula peneliti melakukan wawancara pertama, wawancara selanjutnya kepada informan-informan yang telah peneliti tentukan pun lumayan sulit. Walaupun sudah peneliti jelaskan maksud wawancara peneliti akan tetapi ada beberapa informan yang beranggapan akan menerima uang setelah diwawancarai. Ditambah lagi terkadang informan kurang mengerti maksud dari pertanyaan peneliti, sehingga peneliti harus bertanya dengan kalimat yang lebih dimengerti oleh informan. Ada perbedaan ketika peneliti bertanya kepada informan yang hanya tamat SD dengan informan yang SMA, D3 dan S1. Kalau bertanya kepada yang tamat SD biasanya peneliti harus mengulang-ulang dengan kalimat yang lebih sederhana, sedangkan kalau bertanya kepada yang tamat SMA, D3 dan S1 biasanya peneliti hanya bertanya sekali atau 2 kali. Universitas Sumatera Utara Pemilihan informan tidak terlalu sulit untuk peneliti dikarenakan penelitian ini di desa peneliti sendiri, sehingga peneliti sudah bisa menetapkan informan sesuai kebutuhan informan. Walaupun lokasi penelitian ini di desa peneliti sendiri akan tetapi bukan berarti peneliti tidak mengalami kesulitan saat mewawancarai informan. Ada beberapa informan yang peneliti pilih akan tetapi tidak mau untuk diwawancarai sehingga peneliti harus mencari informan lain. Biasanya informan yang tidak mau diwawancarai adalah anak muda yang hanya tamat SD atau SMP. Ada rasa malu yang peneliti tangkap dari penolakan mereka. Mereka mungkin malu karena hanya tamat SD atau SMP. Selain itu, mereka juga takut tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti karena dalam pikiran mereka wawancara ini berhubungan dengan pelajaran, padahal sudah peneliti jelaskan diawal bahwa pertanyaan-pertanyaannya tidak berhubungan dengan pelajaran melainkan pendapat mereka yang terlepas dari benar atau salah. Ada sebagian informan yang memang teman peneliti sendiri, sehingga ketika peneliti mewawancarai mereka peneliti dapat langsung menangkap apa yang mereka rasakan. Rasa cemburu itu sudah pasti. Rasa sedih lebih pasti karena terlihat dari sorotan mata maupun cara mereka menjawab. Mereka cemburu dan sedih dikarenakan peneliti bisa kuliah sedangkan mereka hanya bisa menamatkan SMP, seperti yang pernah mereka ucapkan pada peneliti. Sehingga terkadang peneliti mencoba mengalihkan pembicaraan untuk menyegarkan suasana. Bukan hanya itu saja, ketika peneliti mewawancarai beberapa orang tua yang hanya tamat SD atau tidak pernah sekolah, tidak jarang peneliti Universitas Sumatera Utara garuk-garuk kepala. Sakit kepala, bingung, itulah yang terkadang peneliti rasakan. Ketika ditanya mereka terkadang hanya menjawab gak ada uang, menggeleng, mengangguk, dan bahkan tertawa. Sungguh membutuhkan kesabaran ekstra untuk memperoleh data dari mereka. Berbeda dengan informan yang tamat jenjang SMA, D3, S1, informan yang tergolong di kategori ini lebih mudah untuk diwawancarai dan lebih mudah untuk menjawab pertanyaan yang peneliti berikan. Dari wawancara yang peneliti lakukan setidaknya peneliti bisa memahami sesuatu yaitu memang pendidikan seseorang mempengaruhi seseorang itu untuk berkomunikasi dengan orang lain. Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Desa Parbutaran

Dokumen yang terkait

Persepsi Keluarga Pemulung Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Pemulung di Daerah Pinang Baris, Medan)

14 168 105

Persepsi Masyarakat Tentang Pengobatan Tradisional Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004

0 27 124

Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Studi Kantor kelurahan Kendana Kabupaten Labuhan Batu)

15 92 101

Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi kasus kp.pejamuran, Ds.Pasilian, Kec.Kronjo, Kab.Tangerang)

2 47 111

Persepsi Masyarakat Nelayan terhadap Pendidikan Formal (Kasus di Pantai Pamayang Desa Cikawungading, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat)

0 13 136

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENDIDIKAN NON FORMAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENDIDIKAN NON FORMAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENSUKSESKAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TRUKAN, PRACI

0 1 13

PERSEPSI KELUARGA PETANI TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL ANAK DI DESA SUNGAI TOMAN KECAMATAN SALATIGA KABUPATEN SAMBAS ARTIKEL PENELITIAN

0 0 12

BAB II GAMBARAN UMUM - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 2 24

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 0 15