BAB IV PERSEPSI MASYARAKAT PARBUTARAN
TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL
4.1 Pemahaman
Masyarakat Parbutaran
Tentang Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Pendidikan memberi sumbangan langsung terhadap
pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja Mulyadi S, 2003: 41. Sekalipun faktor ekonomi
menjadi salah satu faktor untuk seseorang bisa mengenyam pendidikan akan tetapi itu bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi. Faktor yang
lain adalah pola pikir seseorang memandang pendidikan itu sendiri. Biasanya orang tua menjadi salah satu motivator terbesar buat anak untuk
tetap bersekolah. Tetapi, semua itu tergantung dari persepsi orang tua. Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang di alami oleh
setiap individu di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pandangan, penghayatan, perasaan dan penciuman.
Sementara itu, yang dimaksud dengan proses kognitif adalah proses atau kegiatan mental yang sadar seperti berpikir, mengetahui, memahami dan
kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan pengaharapan yang kesemuanya merupakan penentu atau dipengaruhi perilaku. Toha, 1983:
138
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggali pemahaman masyarakat Parbutaran akan pendidikan yang didapat di sekolah pendidikan formal,
faktor-faktor yang mempengaruh anak-anak sekolah atau tidak serta hubungan persepsi terhadap minat sekolah anak.
Ketika peneliti datang untuk mewawancarai salah seorang informan ada sedikit rasa malu peneliti karena peneliti tidak terlalu sering datang ke
rumah beliau sehingga kedatangan peneliti sedikit terlihat aneh. Peneliti pun mulai meminta kesediaan beliau untuk peneliti wawancarai dan dengan
sedikit senyuman beliau bersedia. Terpancar dari raut muka beliau sebuah kebingungan dan pastilah timbul pertanyaan-pertanyaan didalam kepala
beliau sebenarnya untuk apa peneliti mewawancarainya. Untuk menjawab kebingungan beliau peneliti pun coba menjelaskan maksud wawancara
peneliti yaitu untuk skripsi. Akan tetapi walaupun sudah peneliti jelaskan beliau tetap saja bertanya kepada peneliti berikut ini penuturan salah
seorang informan peneliti: “……wawancara kayak mana ini? Dapat bantuan gak? Apa
yang mau dapat bantuannya ini?.Ngaisem 53 tahun. Dan untuk kesekian kalinya peneliti harus menjelaskan kepada
beliau maksud wawancara peneliti. Akhirnya beliau mengerti walaupun tergurat di wajah beliau sedikit kekecewaan karena mungkin dalam
pikirannya, beliau mengharapkan wawancara ini gunanya mendata warga miskin yang akan dipakai pemerintah untuk memberikan bantuan, seperti
BLT bantuan langsung tunai yang biasanya beliau terima dari pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11 Informan
Dokumentasi Pribadi
Ketika pertama kali peneliti bertanya kepada beliau pemahaman tentang pendidikan formal beliau hanya senyum, menggeleng sambil
berkata tidak tahu. Kemudian peneliti bertanya pemahaman tentang apa itu pendidikan atau sekolah, beliau baru bisa menjawab dengan sedikit
keraguan sambil berkata “wawak takut salah jawab”. Peneliti pun
mencoba menjelaskan bahwa tidak ada yang salah atau benar dengan jawaban beliau nantinya. Begitu pula dengan beberapa orang yang tamatan
SD, SMP bahkan yang tidak tamat SD yang peneliti wawancarai mereka akan menunjukkan reaksi yang sama. Berbanding terbalik dengan reaksi
yang ditunjukkan beberapa informan yang tamatan SMA , D3 atau S1,
Universitas Sumatera Utara
mereka dengan percaya diri menjawab pertanyaan peneliti dengan ekspresi muka yang mencoba meyakinkan peneliti
“bahwa yang saya jawab ini benar lho” dan itulah yang bisa peneliti tangkap di awal peneliti
mewawancarai mereka. Bagi masyarakat Parbutaran pendidikan formal atau lebih dikenal
dengan kegiatan persekolahan itu penting. Sekolah adalah tempat dimana anak mereka bisa diajari, belajar dan bisa mendapatkan ilmu pengetahuan
supaya pintar. Seperti salah satu penuturan informan berikut ini: “…..sekolah itu penting karena disitu bisa belajar biar pande
biar gak goblok kayak wawak ini…kalo sekolah kan jadi ngerti nulis, baca.Boiman, 55 tahun
Pendapat lain dikemukakan salah satu informan peneliti yang tamat D3. Informan menganggap pendidikan formal itu penting karena dengan
begitu mereka akan dapat ilmu dan dapat ijazah. Seperti yang dituturkan berikut ini:
“…..pendidikan formal adalah pendidikan jalur resmi pemerintah seperti TK, SD, SMP, SMA sederarajat, PT yang
penting untuk menimba ilmu dan supaya dapat ijazah. Gak munafiklah kita sekolah tujuannya kan selain dapat ilmu ya
dapat ijazah juga untuk cari kerja”. Ayu, 33 tahun Bagi anak-anak di Parbutaran selain untuk belajar, sekolah bisa juga
dijadikan tempat bermain dengan kawan dan jajan. Kalau tidak sekolah mereka akan susah minta uang untuk jajan. Seperti penuturan salah seorang
informan berikut ini: “……sekolah itu ada enak ada gak enaknya kak..gak enaknya
kalo belajar sama ada PR, enaknya bisa sama kawan-kawan, dikasi uang jajan bisa jajan-
jajan di sekolah… coba kalo gak
Universitas Sumatera Utara
sekolah suruh nyuci piring dirumah gak enak…mending sekolah aja jadi kan gak kerjaan”. Inun, 12 tahun
Pendapat berbeda juga dikemukakan seorang anak yang hanya tamat SD. Baginya sekolah itu buat sakit kepala, ditambah lagi nanti orang tuanya
hanya mampu menyekolahkannya sampai jenjang SD saja. Baginya sekolah itu hanya ajang untuk menghabiskan uang. Seperti penuturan informan
berikut: ”……ala kak buat apa sekolah buat pening ajanya itu, belum
lagi nanti pelajarannya susah-susah nanti kalo ada PR gak dikerjakan karena gak ngerti dihukum lagi disekolah
mending gak sekolah…toh ujung-ujungnya cuma tamat SD nya mau jadi apa lah nanti mending kerja aja dapat duet”.
Aris, 17 tahun
Walaupun pemahaman mereka berbeda-beda mengenai pendidikan formal akan tetapi satu hal yang pastinya tak berbeda, mereka menganggap
pendidikan formal itu penting.
4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak-Anak Melanjutkan Sekolah atau Tidak