persentase terkecil adalah balita berumur 12-36 bulan dengan tingkat kecukupan protein yang tidak cukup dan jumlah ikan yang dikonsumsi ikan tidak cukup,
yaitu sebanyak 2 orang 10,5. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa rasio prevalensi tingkat kecukupan
protein berdasarkan jumlah ikan gr yang dikonsumsi yaitu sebesar 10. Yang artinya, anak balita berumur 12-36 bulan yang jumlah konsumsi ikan gr cukup
kemungkinan besar tercukupi proteinnya 10 kali lebih besar dibandingkan anak balita dengan jumlah konsumsi ikan gr tidak cukup. Hal ini didukung pula
dengan hasil uji statistik p = 0,003 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah ikan yang dikonsumsi dengan tingkat kecukupan protein.
4.4.2 Hubungan Jumlah Ikan dengan Tingkat Kecukupan Protein Anak Balita 37-60 bulan
Berikut hubungan jumlah ikan yang dikonsumsi oleh anak balita pada keluarga nelayan di Kelurahan Pasir Bidang dengan tingkat kecukupan protein per
hari yang dianjurkan oleh peraturan menteri kesehatan.
Tabel 4.14 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Anak Balita 37-60 bulan berdasarkan Jumlah Ikan gr yang dikonsumsi di Kelurahan
Pasir Bidang, Kecamatan Sarudik, Kabupaten Tapanuli Tengah
Pengkategorian jumlah ikan gr disesuaikan dengan rata-rata jumlah ikan gr yang dikonsumsi per harinya oleh balita di Kelurahan Pasir Bidang.
Dikategorikan cukup apabila jumlah ikan gr yang dikonsumsi lebih dari atau
Universitas Sumatera Utara
sama dengan rata-rata jumlah konsumsi ikan gr. Sebaliknya, dikategorikan tidak cukup apabila jumlah ikan gr yang dikonsumsi kurang dari rata-rata jumlah
konsumsi ikan per hari di kelurahan Pasir Bidang. Tabel diatas menunjukkan bahwa dalam hal kecukupan protein
berdasarkan jumlah ikan, diperoleh persentase tertinggi berasal dari balita berumur 37-60 bulan yang tingkat kecukupan proteinnya tidak cukup dengan
jumlah ikan yang dikonsumsi juga tidak cukup, yaitu sebanyak 17 orang 89,5. Sedangkan persentase terkecil adalah balita berumur 37-60 bulan dengan tingkat
kecukupan protein yang cukup dan jumlah ikan yang dikonsumsi ikan tidak cukup, yaitu sebanyak 0 orang 0.
Tabel diatas juga dapat menujukkan bahwa rasio prevalensi tingkat kecukupan protein berdasarkan jumlah ikan gr yang dikonsumsi yaitu sebesar 2.
Yang artinya, anak balita berumur 37-60 bulan yang jumlah konsumsi ikan gr cukup kemungkinan besar tidak tercukupi proteinnya 2 kali lebih kecil
dibandingkan anak balita dengan jumlah konsumsi ikan gr tidak cukup. Hasil uji statistik p = 0,004 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah
ikan yang dikonsumsi dengan tingkat kecukupan protein.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Jenis Ikan yang dikonsumsi Balita pada Keluarga Nelayan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, persentase jenis ikan yang paling sering dikonsumsi oleh anak balita bulan di kelurahan Pasir Bidang adalah
ikan laut sebesar 75,7. Jenis ikan laut menjadi pilihan dalam mengonsumsi ikan disebabkan karena ikan laut lebih sering dihasilkan dari hasil tangkapan, terutama
nelayan harian. Selain itu juga disebabkan karena beberapa jenis ikan laut dijual murah dipasaran. Hal ini sejalan dengan penelitian Matheus dalam Auliya
Cholida, dkk 2015 di wilayah Ambon, yaitu 93,3 balita di wilayah pantai mengonsumsi ikan laut setiap harinya.
Namun hal ini tidaklah menyatakan bahwa ketika seseorang mengonsumsi ikan laut maka kecukupan proteinnya sehari-hari sudah tercukupi, begitu juga
sebaliknya. Apabila seseorang mengonsumsi ikan tawar tidaklah berarti kecukupan proteinnya sehari-hari belum tercukupi. Hal ini diasumsikan karena
protein yang berkontribusi terhadap tingkat kecukupan protein per harinya tidak hanya berasal dari ikan, tapi juga berasal dari protein nabati, protein hewani dan
lainnya. Hal ini didukung oleh pendapat Sediaoetama yang menyatakan bahwa sumbangan protein dalam sehari-hari tidak hanya berasal dari protein hewani tapi
juga protein nabati, seperti kacang-kacangan, tahu, tempe, dan lain-lain.
5.2 Frekuensi Ikan yang dikonsumsi Balita pada Keluarga Nelayan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapati bahwa frekuensi konsumsi ikan yang sering pada anak balita, peresentase tertinggi berasal dari
Universitas Sumatera Utara