5.5 Tingkat Kecukupan Protein Anak Balita 37-60 bulan berdasarkan
Jumlah Ikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, rata-rata jumlah ikan yang dikonsumsi oleh anak balita yang berumur 37-60 bulan di kelurahan Pasir Bidang
adalah sebanyak 97,5 gramhari. Dari hasil penelitian juga didapati bahwa persentase anak balita yang mengonsumsi ikan dalam jumlah yang tidak cukup
dengan kecukupan protein yang tidak cukup lebih tinggi dibandingkan anak balita yang mengonsumsi ikan dalam jumlah yang cukup dengan tingkat kecukupan
protein yang cukup. Banyaknya anak balita yang jumlah konsumsi ikannya tidak cukup diasumsikan karena anak balita berumur 37-60 bulan lebih suka
mengonsumsi makanan jajanan berupa mie, roti, kue kering, permen, dan makanan ringan lainnya dibandingkan mengonsumsi nasi lengkap dengn lauk-
pauk dan buah-buahan. Hal ini diakui oleh beberapa responden penelitian yang menyatakan anak balita berumur 37-60 bulan yang sudah mengonsumsi makanan
jajanan cenderung tidak mau makan dirumah karena merasa sudah kenyang. Berbeda hal nya dengan kondisi kecukupan protein anak balita berumur
12-36 bulan, yang mana masih terdapat anak balita yang kecukupan proteinnya tercukupi namun jumlah ikan yang dikonsumsi tidak cukup. Pada anak balita
berumur 37-60 bulan hal tersebut tidak ditemukan. Hal ini diasumsikan karena anak balita berumur 37-60 bulan tidak mengonsumsi susu, yang mana diketahui
susu juga memeberikan sumbangan protein yang besar bagi kecukupan protein. Dari hasil uji statistik yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan
Universitas Sumatera Utara
jumlah ikan pada anak balita berumur 37-60 bulan, dengan p = 0,004. Artinya dengan tercukupinya jumlah konsumsi ikan per harinya, maka semakin besar
peluang tercukupinya kecukupan protein. Pada umumnya, anak balita umur 37-60 bulan di Kelurahan Pasir Bidang juga sudah mengonsumsi beragam makanan
layaknya makanan orang dewasa. Begitu juga dalam hal mengonsumsi ikan, sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka tidak merasa kesulitan
dalam memberi ikan sebagai lauk pada anak balita usia 37-60 bulan. Mungkin karena berasal dari keluarga nelayan, maka dari itu hampir setiap masyarakat, baik
anak-anak maupun orang dewasa terbilang suka mengonsumsi ikan. Dari hasil uji statistik juga dapat dinyatakan bahwa semakin banyak jumlah seseorang
mengonsumsi ikan maka semakin besar pula peluang tercukupinya kecukupan protein dalam seharinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Salasa 2006 yang menyatakan bahwa asupan protein berhubungan dengan perkembangan kognisi anak baduta, dimana asupan protein pada anak baduta di
Kecamatan Gandus, Palembang ini didominasi dengan konsumsi ikan hampir setiap harinya.
Penelitian Riyandini 2014 juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah konsumsi ikan dengan prestasi
belajar anak SD, artinya protein dari ikan yang dikonsumsi memberi kontribusi yang berarti terhadap perkembangan otak yang pada akhirnya mempengaruhi
prestasi anak di sekolah, maka dari itu konsumsi ikan perlu untuk ditingkatkan lagi baik dari segi jumlah dan frekuensinya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP