Efektifitas komunikasi antar pribadi dalam mengendalikan emosi anak pra sekolah : caterpillar super kids lebak bulus

(1)

PLAYGROUP CATERPILLAR SUPER KIDS

LEBAK BULUS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam

Oleh

Dina Prahasty

NIM: 105051001926

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN

ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2009 M.


(2)

Skripsi berjudul EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

DALAM MEGENDALIKAN EMOSI ANAK PRA-SEKOLAH DI

PLAYGROUP CATERPILLAR SUPERKIDS LEBAK BULUS telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 5 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 5 Maret 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Dr. Arief Subhan, MA Wati Nilamsari, M. Si.

NIP. 150262442 NIP. 150293223

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Wahidin Saputra, MA Drs. Masran, M. Ag

NIP. 150276299 NIP. 150275384

Pembimbing,

Umi Musyarofah, MA NIP. 150281980


(3)

Dina Prahasty

Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dalam Megendalikan Emosi Anak Pra- Sekolah di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus.

Emosi pada anak-anak mengalami perbedaan antara satu anak dengan anak yang lainnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya pengaruh yang menyebabkan anak untuk berinteraksi dengan emosi yang sangat kuat dan adanya reaksi anak dengan emosi yang lemah.

Pada saat seorang anak meluapkan emosinya, seharusnya ia mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya untuk mengendalikan emosi. Perhatian tersebut harus didapat dari orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, guru, dan teman-teman. Reaksi-reaksi yang ditimbulkan anak pada masa ini adalah takut, marah, sedih, gembira, dan cemburu. Apabila anak mengalami salah satu keadaan tersebut, maka diperlukan pendekatan, yang salah satunya dengan menggunakan komunikasi antar pribadi untuk mengatasinya.

Penelitian ini ingin mengetahui tentang bagaimana komunikasi antarpribadi dalam proses pengendalian emosi terhadap anak pra sekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Jakarta. Untuk memperoleh pengetahuan mengenai hal ini, maka peneliti menggunakan metodologi kualitatif. Yakni peneliti melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian dan bahkan ikut terjun langsung selama 5 bulan. Selain observasi dan terjun langsung peneliti juga memperoleh data-data penelitian melalui wawancara.

Dari hasil observasi yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi anak sangat efektif. Hal ini karena anak-anak usia pra-sekolah masih mudah menerima apa yang kita sampaikan atau harapkan pada dirinya. Subyek yang diteliti melakukan pendekatan dengan komunikasi antar pribadi, yang dilakukan jika anak-anak meluapkan emosinya. Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan komunikan untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai keinginan komunikan.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah” merupakan yang paling pantas bagi saya untuk diucapkan sebagai bentuk rasa syukur dan segala puji senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT. Dialah yang memberikan cinta, rahmat, karunia, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini dengan judul “Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi dalam Mengendalikan Emosi pada Anak Pra-sekolah di Play Group Caterpillar Super Kids Lebak Bulus”.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga yaumul akhir. Aamiinn.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (satu) di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis pun sadar tanpa dukungan dari lingkungan sekitar yang memberikan motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, sulit kiranya menyelesaikan laporan penelitian ini. Karenanya, dari lubuk hati yang paling dalam penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku tercinta: Tasmadi dan Hasanah Latifah, yang telah melimpahkan segala kasih sayangnya yang tiada akhir, atas pengorbanannya yang tiada pamrih, nasihat dan do’anya yang berguna untuk memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini segera selesai. Dan juga saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Murodi, MA.

2. Bapak Dr. H. Arief Subhan selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, MA selaku Pudek II, dan Pudek III bapak Drs. Study Rizal, LK, MA.

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Wahidin Saputra MA. Dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Umi Musyarofah MA, yang sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi.


(5)

Yang telah banyak membantu penulis dalam melayani kebutuhan-kebutuhan mahasiswa.

4. Drs. Jumroni, M.SI. selaku dosen pengajar dari mata kuliah metodologi penelitian komunikasi. Karenanya peneliti dapat belajar banyak bagaimana cara menyusun laporan yang baik.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan membantu penulis selama duduk di bangku kuliah dengan bimbingan, arahan, motivasi, dan kesabaran serta keikhlasan dalam mendidik peneliti.

6. Kakak, adik dan keponakanku tercinta: Lilyz Miftahul Jannah, Kiki Hasdiki, Reza Lukmanul Hakin, Sarah Saleh, Sultan Saleh, Alif Diaz Hasdiki, Ana Huliyatul Jannah, Faridatul Jannah, Mujiburrahman, Nabila Iffah, terutama Shellia Viantika yang banyak membantu dan mendukung peneliti dalam menyusun laporan ini. Terima kasih atas semuanya.

7. Buat Imron Alwahdi, yang telah banyak membantu dan memberi semangat dalam pembuatan laporan penelitian ini, dan selalu setia ada dalam suka dan duka.

8. Sahabat-sahabat aku yang cantik semua dan baik hati: Khoerunnisa, Maulida, Indira, Siti Muthi’ah, Azach, Fatimah Az-zahra. Makasih ya dukungannya… Keep in touch galz!!!

9. Miss-miss di Caterpillar Super Kids: miss Juliet, miss Fitri, miss Dwi, khususnya miss Saidah (Ida) yang telah banyak membantu peneliti.

10.Teman-teman KPI angkatan 2005, Indra Gunawan, Zakka Abdul Malik, dan lain-lainnya.

11.Dan buat semua pihak yang turut mendukung dan membantu penulis dalam menyusun laporan ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hanya kepada Allah, penulis memohon semoga amal baik yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan diterima di sisi Allah SWT. Amin.

Jakarta,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGATAR... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Efektifitas... 12

B. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi 1. Pengertian Komunikasi ... 13

2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi... 16

3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 19

4. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ... 21

C. Emosi Anak 1. Pengertian Emosi dan Macam-macam Emosi ... 26

2. Prinsip Utama Mengelola Emosi Anak... 32


(7)

4. Manfaat Pengendalian Emosi bagi Anak ... 43

D. Kondisi Psikologis (Intelegensi) Anak Pra-sekolah ... 45

E. Upaya dengan Komunikasi Antar-pribadi dalam Mengatasi Emosi Anak... 49

BAB III: GAMBARAN UMUM PLAYGROUP CATERPILLAR SUPERKIDS LEBAK BULUS A. Sejarah Berdirinya Playgroup Caterpillar Superkids... 54

B. Visi dan Misi ... 55

C. Struktur Organisasi ... 56

D. Fasilitas yang Tersedia... 57

BAB IV : ANALISIS DATA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MENGENDALIKAN EMOSI ANAK PRA-SEKOLAH di PLAYGROUP CATERPILLAR SUPERKIDS A. Cara Pengendalian Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus 1. Cara Pengendalian Emosi Takut pada Anak ... 59

2. Cara Pengendalian Emosi Marah pada Anak ... 60

3. Cara Pengendalian Emosi Gembira pada Anak ... 63

4. Cara Pengendalian Emosi Sedih pada Anak ... 65


(8)

B. Respon Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Pra-sekolah

di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus ... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 70 B. Saran-saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif, karena komunikasi berpengaruh langsung pada tingkat dukungan dan bantuan yang kita terima dari orang lain, serta mendikte kemampuan kita agar gagasan kita diterima dan diterapkan.

Pemikiran seorang anak awal mulanya terbentuk dari hubungannya dengan keluarga. Ia mendapati dirinya dicintai, disukai, dikucilkan, dicukupi, ataupun dibiarkan. Atas dasar semua sikap ini, ia akan tumbuh dilingkupi rasa senang dan percaya diri. Atau malah sebaliknya, ia merasa dibenci dan tidak percaya diri sehingga ia terkekang dalam iklim psikologis yang hitam. Si anak akan terjebak dalam kesulitan, kesusahan, dan keguncangan dalam menjalani hidupnya. Haus akan kenikmatan dan ketenangan. Dan ia akan selalu merasa jenuh dan bosan.

Dari apa yang dipaparkan di atas, maka keluarga memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak. Bentuk hubungan yang melingkupi keluarga, antara kedua orang tua dan anak-anaknya sangat menentukan sebaik apa tipe kepribadian anak. Seorang anak lebih banyak berinteraksi dengan anggota keluarganya daripada dengan komunitas masyarakat luar. Lebih-lebih pada fase pertama hidupnya. Maka praktis, perasaannya tidak pernah jauh dari keluarga.

Pada beberapa kasus, ada anak yang sifat dan sikapnya berubah-ubah. Bahkan ada anak yang jelas-jelas menunjukkan sifat tidak tenang. Mereka memendam gejolak emosional yang tercermin pada gerakan-gerakan refleks yang


(10)

tidak disengaja dan tidak dikehendaki. Contohnya memotong bulu mata, menggerak-gerakkan bahu, menggeleng-gelengkan kepala, menggigit jari atau pulpen, atau gerakan-gerakan lain yang dipandang tidak etis ditengah-tengah masyarakat. Dan hasilnya, ibu marah dan membentaknya. Namun hal itu tidak menghasilkan apa-apa.

Semua gerakan ini sejatinya adalah gerakan refleks yang tidak disengaja da tidak dikehendaki. Penyebabnya adalah ketegangan jiwa yang dialami anak. Yang mana ketegangan jiwa ini mengakibatkan susunan saraf ikut menegang. Anak tersebut berusaha menghilangkannya dengan melakukan gerakan tadi secara berkesinambungan.

Munculnya berbagai macam reaksi emosi terlihat sejak anak sudah mampu untuk berhubungan dengan lingkungan di luar dirinya, yaitu reaksi terhadap benda maupun orang lain di sekitarnya”1. Reaksi-reaksi emosi yang ditimbulkan anak pada masa ini sebagai berikut:

1. Rasa takut. Dijumpai pada umumnya pada usia-usia tertentu dengan bertambah pengalaman dan pengertian rasa takut akan berubah atau berganti dengan rasa takut yang lebih kuat dan lebih lemah. “Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu”2. 2. Rasa marah. Terjadi dan dijumpai pada usia-usia anak yang sudah

mengerti adanya orang lain dan benda lain di sekitarnya. “Sumber

1

Abu Bakar Baradja. Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspek-aspeknya, Cet. Ke-1 (Jakarta: Studis Press, 2005), h. 222-223.

2

Sarlito, W. Sarwono. Pengantar Umum Psikologi, Cet. Ke-9 (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), h. 58.


(11)

utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai tujuannya”3.

3. Rasa cemburu, iri hati. Perasaan ini ditimbulkan adanya persaingan yang muncul diantara anak yang lainnya. Perhatian yang berkurang atau beralih pada yang lain, menginginkan permainan yang dimiliki orang. “Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya”4. 4. Rasa sedih. Rasa sedih yang terjadi pada masa ini sering terjadi karena

adanya imitasi, pada awal perkembangan anak belum mengerti dan memahami kejadian yang menyebabkan sedih tersebut.

Rasa gembira. “Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yakni perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut”5.

Emosi anak memang sudah umum kita lihat, dimana anak-anak meluapkan emosinya jika sedang kesal. Seperti dengan mengamuk, berkelahi, mengolok-olok, jika rasa kesal dan marah mereka meluap yang tanpa kita tahu penyebabnya. Namun ada juga anak yang meluapkan emosinya dengan perasaan senang, misal dengan bercanda bersama teman-temannya untuk menandakan perasaan senang atau gembira. Dan terkadang sebagai pihak ibu pun tidak dapat mengatasi anaknya yang selalu meluapkan emosinya tersebut.

3

Ibid., h. 59.

4

Ibid

5


(12)

Pada pengamatan awal di Playgroup Caterpillar Super Kids, terlihat bahwa anak yang sedang meluapkan emosinya dapat dikendalikan oleh guru di sekolah dengan menggunakan komunikasi antarpribadi. Karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang efektifitas komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi anak, hal ini agar hidup anak menjadi lebih terencana dan terkendali. Karena pada masa kanak-kanak dalam Islam digambarkan sebagai suatu keindahan dunia, yang diliputi oleh kebahagiaan, keindahan, cita-cita, cinta dan fantasi.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menyikapi permasalahan di atas maka peneliti ingin memberikan batasan dan perumusan masalah agar permasalahan yang ada dapat diatasi dengan baik. Untuk mempermudah peneliti memberi batasan yaitu, hanya mengamati satu kelas dalam mencari data, yaitu kelas Jumper, yakni kelas yang diduduki oleh anak usia 3-4 tahun. Peneliti hanya memberi batasan seperti ini dikarenakan keterbatasan ilmu, waktu dan tenaga. Adapun perumusan masalah tersebut adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru dalam mengendalikan emosi anak pra-sekolah?

2. Bagaimana efektifitas komunikasi antarpribadi dalam pengendalian emosi anak di playgroup Caterpillar Super Kids?


(13)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk memperoleh gambaran tentang keefektifan komunikasi antarpribadi dalam proses pengendalian emosi pada anak pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini mengacu pada beberapa kepentingan, yaitu : 1. Manfaat Teoritis, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan tentang masalah-masalah anak, terutama dalam megendalikan emosi pada anak.

2. Manfaat praktis, yaitu diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama kaum orang tua yang ingin mengetahui bagaimana caranya untuk bisa mengendalikan emosi pada anaknya.

E. Metodologi Penelitian

1. Sumber data

Satuan kajian menurut Lexy J. Moleong biasanya ditetapkan juga dalam rancangan penelitian. Dalam penelitian ini, ada empat satuan kajian yang terdiri dari pengurus organisasi, siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids, guru-guru yang di Playgroup Caterpillar Super Kids, dan orang tua dari siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids, dengan rincian : 1 kelompok bermain yang terdiri dari 10 murid kelas Jumper


(14)

Playgroup Caterpillar Super Kids, yang bernama Kirani (perempuan), Winahyo (laki-laki), Nayla (perempuan), Daffa (laki-laki), Adrien (perempuan), Brandon (laki-laki), Rafif (laki-laki), Tania (perempuan), Namira (perempuan), dan Diandra (perempuan), lalu 1 orang guru bernama Saidah dari siswi kelas Jumper, dan 1 orang tua dari siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids yang bernama Ibu Titi. Pencatatan data dilakukan dengan menggunakan sample bertujuan, maksudnya untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Hal ini didasarkan atas pendapat Moleong bahwa “Pada penelitian kualitatif tidak ada sample acak tetapi sample bertujuan”.6 Mengenai hal ini maka subyek yang diteliti adalah guru, dan objek penelitiannya adalah komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam mengendalikan emosi yang timbul.

2. Pendekatan yang digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dan pada pendekatan kualitatif harus meneliti secara berulang-ulang, guna peneliti memperoleh data yang mendalam tentang objek yang dikaji. Untuk itu peneliti turut berperan dalam lingkungan sekolah, agar data yang diperlukan diperoleh secara mendalam. Selain itu pendekatan kualitatif ini dapat digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah keefektifan komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan anak pra-sekolah yang suka meluapkan emosinya di Playgroup Caterpillar

6

Lexy J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet ke-20, edisi revisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 224.


(15)

Super Kids Lebak Bulus, baik berdasarkan pengamatan langsung di lapangan maupun wawancara dengan guru. Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan yaitu observasi yang artinya pengamatan dengan menggunakan panca indera langsung untuk melihat sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini juga melalui wawancara, wawancara dilakukan untuk memperluas informasi yang diperoleh. Instrumen dari penelitian ini adalah peneliti sendiri karena ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnyaia menjadi pelapor hasil penelitian.7 Dan dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh pengurus sekolah yang bernama Ibu Juliet Kiroma, seorang guru yang bernama Saidah (miss Ida), dan 1 orang tua murid yang bernama Ibu Titi.

3. Teknik Pengumpulan data a. Observasi

Alasan untuk mengambil teknik observasi atau pengamatan, karena didasarkan pengalaman secara langsung yang memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Karena selain sebagai pengamat, peneliti juga turut berperan serta selama 5 bulan. Dan dalam kurun waktu tersebut, Alhamdulillah peneliti memperoleh data-data sesuai dengan yang dibutuhkan.

7


(16)

b. Wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Jenis wawancara yang peneliti gunakan yaitu dengan pembicaraan informal, di mana hubungan pewawancara dengan nara sumber adalah dalam suasana biasa dan wajar. Peneliti mewawancarai nara sumber miss Ida selaku guru kelas Jumper, dan ibu Titi selaku orang tua murid, serta ibu Juliet selaku pengurus sekolah.

c. Dokumen

Dokumen menurut Guba dan Lincoln (1981: 228) adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Alasan menggunakan dokumen karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, sebagai bukti untuk suatu pengujian dan berguna, serta sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. Jenis dokumen yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan laporan catatan diri siswa, keadaan, dan aturan dari Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.

4. Analisis Data

Dalam menganalisa data hasil observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dari analisa data ini diperoleh berdasarkan fenomena yang nampak pada cara-cara mengendalikan anak yang suka meluapkan emosinya.


(17)

5. Teknik pemerikasaan keabsahan data

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka peneliti mengumpulkan teori-teori atau konsep-konsep yang terkait dengan topik yang peneliti ambil, yakni Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.

Efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta penekanannya jadi sesuatu. Jadi “efektiifitas” berarti keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).8

Benak manusia memiliki tiga fungsi: berfikir, merasa, dan berkehendak, (kognisi, emosi, dan perilaku). “Setiap aspek berhubungan dengan kedua aspek yang lain dan tidak terjadi secara berpisah. Jadi, bila perasaan dialami, maka pikiran akan menyertainya dan juga perilaku terjadi pada saat yang sama”.9 Adalah keliru untuk berpendapat bahwa emosi dihasilkan seluruhnya oleh otak.

8

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar B. Indonesia, Cet. Ke-7, edisi 2 (Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1995), h. 250.

9

Jhon Pearce, Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan, Cet. ke-1 (Jakarta: PT. Binarupa Aksara, 1990), h.47.


(18)

William McDougall, psikolog, menyebutkan bahwa faktor-faktor personal (yang datang dari dalam diri individu) akan menentukan interaksi sosial dan masyarakat. Manusia memiliki sejumlah naluri (instink) yang membuat dirinya melakukan berbagai tindakan dalam konteks interaksinya denga individu lain. Manusia berperang karena memperturutkan instink berkelahinya. Kita senang berkelompok dan berorganisasi karena didorong instink berkelompok. Begitu seterusnya.10

Menurut kamus ilmiah populer, karangan Drs. M. Ridwan dkk, “Emosi yaitu perasaan, kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan oleh rangsangan dari luar (rasa sedih, susah, marah)”.11

Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang nativistik mengatakan bahwa “emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar.”12

Dalam komunikasi Antarpribadi, konsep diri sangat penting. Setiap orang akan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. 13

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan laporan ini, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab yang saling berhubungan,

10

Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Modul UT “Psikologi Komunikasi” , Cet. ke-8 (Jakarta: Universitas Terbuka , 2005), h. 2.

11

Drs. M. Ridwan dkk, Kamus Ilmiah Populer (Jakarta: Pustaka Indonesia, 1999). h. 45.

12

Sarlito. W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Cet. ke-9 (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), h. 54.

13


(19)

sehingga tampak adanya gambaran yang terarah. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, kerangka teori, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan umum dan landasan teori tentang Komunikasi Antarpribadi dan Emosi Anak.

Bab III Gambaran umum Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.

Bab IV Analisis data yang telah diperoleh di lapangan, yang kemudian dibandingkan dengan teori yang digunakan.

Bab V Penutup yang terdiri dri kesimpulan dan saran, serta diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Efektivitas

Efektivitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta


(20)

penekanannya jadi sesuatu. Jadi “efektivifitas” berarti keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).14

Menurut Jhon M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus Inggris-Indonesia, efektivitas secara etimologis berasal dari kata efektif artinya berhasil guna.15

Efektivitas dalam Kamus Besar “Bahasa Indonesia” berasal dari kata efektif yang artinya:16

1. Dengan adanya efek (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) 2. Manjur atau mujarab (tentang obat)

3. Dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan) 4. Hal mulai berlakunya (tentang Undang-undang peraturan).

Efektivitas dalam The Oxford English Dictionary mengartikan sebagai “the quality of being effective in various sense” 17, secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kualitas yang menjadikan efektif dalam berbagai hal atau bidang.

Menurut Ensiklopedi Umum, Efektivitas menunjukkan taraf tercapaiannya tujuan usaha, dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal keefektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan, taraf efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.18

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar B. Indonesia. Cet. Ke-7, edisi 2 (Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1995), h. 250.

15

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet. Ke-8 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 207.

16

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 219.

17

Erick Buckley, The Oxford English Dictionary, Vol. III (Oxford: the clarendon press, 1978), h. 49.

18

A. B. Prinnodigdo dan Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius, 1990). h. 51.


(21)

Dalam upaya mengukur sejauh mana tingkat keefektifan, F. X Swarto mengemukakan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam hal pengukuran keefektifan, yaitu:

1. Pendekatan tujuan, yaitu pendekatan yang menekankan pada pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.

2. Pendekatan teori sistem, yaitu pendekatan yang menekankan pentingnya adaptasi tuntunan sebagai kriteria penilaian keefektifan sehingga satu elemen dari sejumlah elemen saling tergantung.

3. Pendekatan teori multiple konstituensi, organisasi dapat dikatakan efektif bila dapat memenuhi tuntunan dari konstituensi yang menjadi pendukung kelanjutan eksistensi organisasi tersebut.

B. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi 1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini (baik erorangan, kelompok, organisasi) dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.19

Menurut Onong Uchjana Effendi. Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yakni “communication” yang bersumber dari kata “communis”.

19

T. A Lathief Rusydi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, Cet, Ke-1 (Medan: T.pn.,1985), h. 48.


(22)

Arti communis disini adalah sama, dalam arti sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Sedangkan secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.20

Edward Depari dalam karyanya “Komunikasi dalam organisasi” yang dikutip A. W Widjaja, mengatakan komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu. Mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima pesan.21

Keith Davis menddefinisikan komunikasi sebagai, “the transfer of information and understanding from one person to another person”22 secara sederhana diartikan “Pengiriman informasi dan pemahaman dari satu orang kepada orang lain”.

Menurut Noel Gist, bilamana interaksi sosial meliputi pengoperan arti-arti dengan jalan menggunakan lambang-lambang, maka ini dinamakan komunikasi.23

Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna. Atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain24

20

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi Cet. Ke-4 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3-4.

21

A. W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Cet, Ke-2 (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 13.

22

Keith Davis, Human Behavior at work: Organizational Behavior,6th ed. (New York: Mc Graww Hill, 1981), h. 399.

23

Onong Uchjana Effendy, h. 10.

24

James G. Robbins, Komunikasi Yang Efektif (Jakarta : Cv. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h.1.


(23)

Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.25 Menurut kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (Human Communication) bahwa :

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha merubah sikap dan tingkah laku itu.

Everett M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika mendefinisikan bahwa :

Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.26

Komunikasi telah kita definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur utama, yakni:

a. Pengirim pesan (komunikator) b. Pesan

c. Penerima pesan (komunikan)27

Antara komunikator dan komunikan, dalam berkomunikasi menghasilkan empat tindakan, yaitu ; membentuk pesan, menyampaikan transmisi, menerima pesan, dan mengolah pesan.

2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

25

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara,t.t.), h.4.

26

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja grafindo Persada, 2006), h.18-19.

27

Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), h. 18.


(24)

Ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang definisi komunikasi antarpribadi, yaitu:28

a. Perspektif komponensial, yaiti definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari komponen-komponennya. Komunikasi antarpribadi dalam definisi ini diartikan sebagai proses mengirim dan menerima pesan-pesan diantara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai umpan balik dan efek.

b. Perspektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari “proses pengembangannya”. Komunikasi dalam definisi ini dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu komunikasi dikatakan bersifat interpersonal bila berdasarkan pada a) data psikologis; b) pengetahuan yang dimiliki, dan c) aturan-aturan yang ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi.

c. Perspektif relasional, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari hubungan diantara dua orang.

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi.29 Sebagian besar interaksi antar manusia berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini

28

Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 109.

29


(25)

biasanya berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga melalui sebuah medium telepon30.

Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Lebih dari tiga orang biasanya dianggap komunikasi kelompok. Dalam komunikasi antarpribadi, biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:31

a. Komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya,

b. Pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang terstruktur,

c. Umpan balik (feedback) dapat diterima dengan segera.

Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karenanya dikatakan bahwa kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Efek komunikasi antarpribadi, paling kuat diantara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan non-verbal, serta segera merubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif. Menurut Gerald A Miller komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari 3 tigkatan analisis:

a. Analisis tingkat kultural, bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain paling tidak mempunyai kesamaan kultral.

30

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48.

31


(26)

b. Analisis tingkat sosiologis, yaitu komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan berdasarkan keanggotaan kelompok yang mempunyai aturan-aturan yang bernilai. c. Analisis tingkat psikologis, komunikator ataupun komunikan mampu

memprediksi kejiwaan lawannya.

Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.

Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai keinginan kita. Dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasi tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan.

Komunikasi antarpribadi merupakan landasan dari komunikasi pada tataran di atasnya. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi relatif lebih dinamis, bersifat dua arah, komunikator dan komunikan sama-sama aktif saling mempertukarkan pesan (mengirim dan menerima pesan) untuk dimaknai dan ditanggapi oleh pihak lainnya. Jadi, disebut komunikasi antarpribadi jika antara komunikator dan komunikan mempunyai persepsi yang sama, saling kenal, dan mempunyai tujuan yang sama.

3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi ini tidak harus dilakukan dengan sadar ataupun dengan suatu maksud,


(27)

tetapi bisa pula dilakukan dengan tanpa sadar ataupun tanpa maksud tertentu. Berikut tujuan dari komuikasi antarpribadi:32

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

Melalui komunikasi antarpribadi kita juga belajar tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Selain itu, komunikasi antarpribadi kita juga akan mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain. Serta kita dapat memprediksi tindakan orang lain.

b. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antarpribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian orang lain. Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antarpribadi. c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Hal ini karena kita ingin merasakan dicintai dan disukai serta menyayangi dan menyukai orang lain. d. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin seseorang memilih suatu cara tertentu, mencoba

32

Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 112-113.


(28)

makanan baru, membeli suatu barang, mendengarkan musik tertentu, dan sebagainya. Intinya, kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

e. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Bercerita dengan teman tentang kegiatan di akhir pekan, menceritakan tentang kejadian-kejadian lucu dan pembicaraan-pembicaraan lain yang hamper sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi suasana yang lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.

f. Membantu

Psikiater, psikologi klinik dan ahli terapi adalah contoh-contoh profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian besar dilakukan melalui komunikasi antarpribadi. Demikian pula, kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran kepada teman-teman kita yang sedang menghadapi suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi yang diuraikan di atas dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu:

1) Tujuan yang dilihat sebagai motivasi atau alasan mengapa seseorang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.

2) Tujuan-tujuan yang dilihat sebagai hasil atau efek dari komunikasi antarpribadi.


(29)

4. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Efek komunikasi dapat kita bedakan atas efek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif (tingkah laku). Efek komunikasi dapat diukur dengan membandingkan antara pengetahuan, sikap, dan tingkah laku sebelum dan sesudah komunikan menerima pesan (Stuart, 1987). Karenanya, efek adalah salah satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang diinginkan.33

Komunikasi antarpribadi, sebagai suatu bentuk perilaku, dapat berubah dari sangat efektif ke sangat tidak efektif. Pada suatu saat komunikasi bisa lebih buruk dan pada saat lain bisa lebih baik

Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antarpribadi oleh Yoseph De Vito (1986) dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” dilihat dari dua perspektif, yaitu:34

a. Perspektif Humanistik

Pendekatan ini berasal dari psikologis humanistik yang dinyatakan oleh Abraham Maslow, Gordon Allport dan Carl Rogers. Berikut adalah uraian mengenai sifat-sifat yang tercakup dalam perspektif humanistik.

1) Keterbukaan, artinya kita harus mau membuka diri pada orang lain, memberikan reaksi-reaksi pada orang lain dengan spontan dan tanpa dalih perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang dimiliki kita.

2) Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain.

33

Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 110-111.

34


(30)

3) Perilaku suportif, ditandai dengan sifat deskripsi, spontanitas dan provisionalisme yang mendorong peilaku suportif.

4) Perilaku positif, adalah ekspresif sikap-sikap positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi.

5) Kesamaan, kesamaan disini meliputi 2 hal: i). Kesamaan dalam “bidang pengalaman” seperti nilai, sikap, perilaku, pengalaman, dan sebagainya. ii). Kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan.

b. Perspektif Pragmatis

Perspektif pragmatis atau perilaku, menekankan manajemen interaksi, kebersamaan dan sifat-sifat umum yang membantu mencapai berbagai tujuan yang diinginkan dalam komunikasi antarpribadi. Pendekatan ini berasal dari pendekatan pragmatis yang dinyatakan oleh Paul Watzlawick, William Ledeer dan Don Jackson. Berikut adalah uraian mengenai sifat-sifat yang tercakup dalam perspektif pragmatis.

1) Sikap yakin. Tidak mempunyai perasaan malu dan gelisah dalam menghadapi orang lain, tetapi mempunyai rasa percaya diri yang bersikap luwes dalam berbagai situasi komunikasi.

2) Kebersamaan. Sifat ini ditandai dengan adanya hubungan dan rasa kebersamaan dengan memperhatikan perasaan dan kepentingan orang lain. 3) Manajemen interaksi. Adalah mengontrol dan menjaga interaksi dengan

maksud untuk memuaskan kedua belah pihak, yang ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten.

4) Perilaku ekspresif. Keterlibatan sungguh-sungguh dalam interaksi dengan orang lain, yang diekspresikan secara verbal dan non-verbal.


(31)

5) Orientasi pada orang lain. Kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada orang lain selama interaksi, dengan menunjukkan perhatian, kepentingan dan pendapat orang lain.

6) Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain. Artinya adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan orang lain selama komunikasi antarpribadi.


(32)

C. mosi Anak

!

!

!

!"

"

"

"

#

#$

#

#

$$

$%

%

%&

%

&

&

&'

'

'

'

(

(

(

()

)

)

)*

*

*

*+

+

+

+

-

-

-.

-

.

.

./

/

/0

/

0

0

0

1

1

1

1#

#

#2

#

2

2

2&

&/

&

&

/

/3

/

3

34

3

4

4

4

/

/

/

/$

$$

$

5

5

5

5

6

6

6

6!

!

!

!"

"

"

" 7

78

7

7

8

8

8%

%

%

% 9

9

9

9

:

:

:

:;

;

;*

;

*

*

*<

<

<

<

$

$$

$%

%

%

% $

$$

$

:

:

:

:;

;

;

;

(

(

(

(=

=

=

=

.

>

>

>

>?

?

?+

?

+

+

+

?

?&

?

?

&

&

&@

@

@

@

Artinya:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”Q.S. An-nisaa’(4): 9.

Sebagai orang tua harus bangga dan gembira apabila Allah memberikan keturunan kepada kita dan sayangilah anak tersebut tanpa paksaan. Islam mengagungkan dan selalu memelihara kepentingan anak, bukan hanya setelah anak lahir, melainkan semenjak ia masih berada dalam kandungan.

Ikatan keluarga dalam Islam dianggap sebagai pemula kelompok sosial. Keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak, dan dalam hati orang tua tersebut bersemayam rasa cinta terhadap anak yang tak pernah putus.

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai orang tua hendaklah menyangi anak mereka sepenuh hati tanpa ada kebohongan. Seperti jangan terlalu mengumbar-umbar janji kepada anak mereka dalam mendidik, karena jika janji tersebut tidak terpenuhi, anak akan memendam rasa kecewa yang berat dan akan menimbulkan rasa sedih. Sebab anak tersebut merasa bahwa orang tuanya tidak menyayangi mereka karena telah membohonginya dengan tidak menepati janji untuk membelikannya sesuatu. Padahal sebagai orang tua bertanggung jawab untuk menyenangkan hati buah hati mereka. Karena bagi anak-anak, orang tua


(33)

merupakan panutan dalam kehidupan mereka, terlebih di masa awal anak mulai mempelajari lingkunagan sekitarnya.

1. Pengertian Emosi dan Macam-macam Emosi

Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. “Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna ini kadang-kadang kuat, kadang lemah, atau samar-samar saja. Dalam hal ini warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan itu disebut emosi”35.

Benak manusia memiliki tiga fungsi: berpikir, merasa, dan berkehendak, (kognisi, emosi dan prilaku). “Setiap aspek berhubungan dengan ke dua aspek yang lain dan tidak terjadi secara berpisah. Jadi, bila perasaan dialami maka pikiran akan menyertainya dan juga prilaku terjadi pada saat yang sama”36. Adalah keliru untuk berpendapat bahwa emosi dihasilkan seluruhnya oleh otak.

“Saraf di dalam otak meneruskan pesan dari satu serat ke serat yang lain melalui agen pengirim kimia yang terdiri dari beberapa buah. Kadar dari bahan kimia dan keseimbangan diantar bahan-bahan tersebut penting dalam menentukan cara emosi dialami. Bila kadarnya tidak seimbang, suasana hati yang tidak menyenangkan seperti kejengkelan, kecemasan, atau depresi mungkin timbul”.37 Beberapa macam emosi antara lain; gembira, bahagia, jemu, benci, terkejut, was-was, dan sebagainya.

35

,Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, h. 54.

36

Jhon Pearce, Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan, h. 47.

37


(34)

“Emosi-emosionalitas merupakan daya penggerak suatu tingkah laku. Dengan demikian dalam usaha mencari sumber-sumber persoalan dan sebab-sebab daripada tingkah laku anak. Tibalah saatnya untuk melihat emosionalitas anak. Pelampiasan kekecewaan melalui kemarahan sebagai reaksi terhadap frustasi, memperlihatkan adanya emosi yang sedang menggerakkan tingkah laku anak. Emosi-kemarahan, telah menyebabkan anak melakukan macam-macam tingkah laku. Suatu bentuk lain, yang sering kurang dimengerti sebagai suatu sebab situasi yang menimbulkan reaksi tertentu adalah ketakutan”.38

Menurut Kamus Ilmiah Populer, karangan Drs. M. Ridwan dkk. “Emosi yaitu perasaan, kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan oleh rangsangan dari luar (rasa sedih, susah, marah)”39.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan dasar (Nugroho Dewanto) “emosi yaitu luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat”40.

Menurut kamus lengkap psikologi (Jp. Chaplin) “emosi yaitu suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku”.41

Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang nativistik mengatakan bahwa “emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak

38

Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Cet. Ke-1 (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 68-69.

39

M, Ridwan, dkk., Kamus Ilmiah Populer, h 45.

40

Nugroho Dewanto, Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar (Bandung: Yrama Widya, 2004). h. 25.

41

JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono, Cet. Ke- 9 (Jakarta: Rajawali Press, 2004). h. 63.


(35)

lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar”.42

Salah satu penganut paham navistik adalah Rene Descartes. Ia mengatakan bahwa “sejak lahir telah mempunyai enam emosi dasar, yakni: cinta, kegembiraan, keinginan, benci, sedih, dan kagum”.43

Wilhem Wundt (1832-1920) mengemukakan tiga pasang kutub emosi, yakni: “Lust – Unlust (senang – tidak senang), Spannung – Losung (tegang – tidak tegang), Erregung – Berubigung (semangat – tenang). Jadi, kalau seorang melihat harimau, maka emosinya adalah Unlust, Spannung, dan Erregung; kalau seorang mahasiswa lulus ujian, emosinya adalah Lust, Losung, dan Berubigung dan seterusnya”.44

a. Perubahan-perubahan pada tubuh saat terjadi emosi

“Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita, antara lain”.45

1) Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona 2) Peredaran darah: bertambah cepat bila marah 3) Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut 4) Pernafasan: bernafas panjang kalau kecewa 5) Pupil mata: membesar bila sakit atau marah 6) Liur: mongering kalau takut atau tegang 7) Bulu roma: berdiri kalau takut

8) Pencernaan: mules atau mencret-mencret kalau tegang

42

Sarlito. W. Sarwono, Penagntar Umum Psikologi, h. 54.

43

Ibid., h. 54-55.

44

Ibid., h. 55-56.

45


(36)

9) Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor)

10)Komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.

b. Faktor yang mempengaruhi emosi

“Emosi pada anak-anak mengalami perbedaan satu anak dengan anak yang lainnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya pengaruh yang menyebabkan anak untuk berinteraksi dengan emosi yang sangat kuat dan adanya reaksi anak dengan emosi yang lemah”.46 Diantara faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut ialah:

1) Kecerdasan: Perkembangan kecerdasan anak sangat mempengaruhi reaksi emosi yang ditimbulkan. Anak mempunyai kecerdasan dan keingintahuannyang baik, ternyata lebih aktif untuk merespon rangsangan untuk membangkitkan emosinya. Dibandingkan anak yang tidak mempunyai rasa keingintahuan dan kurang kecerdasan.

2) Jenis kelamin: karena pengkodisian anak sehingga banyak anak laki-laki yang menggunakan secara aktif emosinya, seperti ledakan emosi marah lebih ditujukan pada anak laki-laki, dibandingkan dengan anak perempuan. Sebaliknya rasa takut, cemburu dan kasih saying merupakan tempat emosi yang sesuai bagi anak perempuan daripada anak laki-laki.

3) Lingkungan keluarga: keluarga yang sedikit anaknya akan sangat kurang persaingannya, dibandingkan dengan keluarga besar yang banyak anak

46

Abu Bakar Baradja, Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspek-aspeknya, Cet. Ke- 1(Jakarta: Studia Press, 2005), h. 217-218.


(37)

lebih sering menimbulkan persaingan. Yaitu persaingan untuk mendapatkan sesuatu, baik kasih saying maupun berbentuk benda.

4) Lingkungan sosial: lebih banyak anak bersosialisasi dengan teman-temannya lebih mampu untuk mereaksi emosinya dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. Rasa emosi yang dipengaruhi lingkungan sosial, akan lebih banyak menimbulkan rasa solidaritas yang tinggi, persaudaraan, simpati, kasih sayang, rasa tanggung jawab, rasa tentram, dan optimistis, dan lain sebagainya.

c. Karakteristik emosi

“Emosi dikatakan sebagai suatu peristiwa psikologis maka sesuai dengan perkembangannya terdapat karakteristik emosi,47 yakni:

1) Emosinya agak berlangsung lama, dan apabila saat berhenti dengan berangsur-angsur, atau perlahan-lahan kemudian berhenti. Meskipun kebutuhan dan keinginan telah terpenuhi, tetapi emosinya anak masih terlihat.

2) Emosinya ditinjukkan dengan kuatnya, jika tertawa dengan terbahak-bahak atau menangis dengan menjerit dan bersuara keras. Emosi ini memberikan isyarat bahwa ia meminta pertolongan dan bantuan atas kebutuhan dan keinginannya.

3) Terjadinya emosi sewaktu-waktu dan sudah direncanakan, maksudnya bahwa saat ia akan menangis dan tertawa melihat suatu kejadian yang membuat ia takut atau tertawa.

47


(38)

4) Emosinya lebih bersifat agak subyektif, emosinya hanya ditujukan apa yang terjadi pada dirinya, ia belum memperhatikan bagaimana bila terjadi pada orang lain.

d. Macam-macam emosi pada masa anak pra-sekolah

“Munculnya berbagai macam reaksi emosi terlihat sejak anak sudah mampu untuk berhubungan dengan lingkungan di luar dirinya, yaitu reaksi terhadap benda maupun orang lain yang ada di sekitarnya.”48 Reaksi-reaksi yang ditimbulkan anak pada masa ini sebagai berikut:

1) Rasa takut. Dijumpai pada umumnya pada usia-usia tertentu dengan bertambah pengalaman dan pengertian rasa takut akan berubah atau berganti dengan rasa takut yang lebih kuat dan lebih lemah. “Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu”49.

2) Rasa marah. Terjadi dan dijumpai pada usia-usia anak yang sudah mengerti adanya orang lain dan benda lain di sekitarnya. “Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai tujuannya”50.

3) Rasa cemburu, iri hati. Perasaan ini ditimbulkan adanya persaingan yang muncul diantara anak yang lainnya. Perhatian yang berkurang atau beralih pada yang lain, menginginkan permainan yang dimiliki orang. “Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekuatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan

48

Ibid., h. 222-223.

49

Sarlito, W. Sarwono. Pengantar Umum Psikologi, h. 58.

50


(39)

kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya”51.

4) Rasa sedih. Rasa sedih yang terjadi pada masa ini sering terjadi karena adanya imitasi, pada awal perkembangan anak belum mengerti dan memahami kejadian yang menyebabkan sedih tersebut. Umumnya rasa sedih timbul karena ada sesuatu yang hilang, baik itu berupa benda maupun perasaannya yang menjadi suatu yang menyenangkan atau penting untukya.

5) Rasa gembira. “Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yakni perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut”52. Kenyaman dan perhatian yang diterima anak akan direspon dengan rasa kegembiraan.

2. Prinsip Utama Mengelola Emosi Anak

Menurut pendapat Seto Mulyadi didalam buku yang berjudul “Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya”, terdapat beberapa prinsip antara lain:

a. Tidak ada perasaan salah

Rasa amarah sangat menusiawi sehingga tidak dapat disalahkan. Rasa marah sama manusiawinya dengan rasa lapar yang kita alami karena belum makan, rasa sakit karena tertusuk benda tajam, ataupun rasa ngantuk akibat kurang tidur. Perasaan itu adalah reaksi kimiawi tubuh, dan

51

Ibid.

52


(40)

memang seperti itulah tubuh kita bekerja. Masih banyak orang tua yang mengaitkan perasaan negatif yang dirasakan oleh anak dengan watak anak yang buruk. Si adik yang iri dengan kakaknya dianggap memiliki watak jelek, sedangkan si kakak dianggap lebih banyak memperoleh perhatian. Menurut Dr. Elizabeth Hurlock “reaksi marah pada anak memang akan mencapai puncaknya pada usia 2-4 tahun. Marah juga merupakan emosi yang paling sering ditunjukkan anak-anak disbanding rangsangan emosi lainnya”.53

b. Perasaan harus diungkapkan, tetapi secara bijak

Cara seorang anak mengungkapkan perasaannya terkait dengan kemampuan anak untuk mengendalikan diri. Tidak perlu khawatir apabila si kecil masih mengekspresikan emosinya dengan cara yang salah. Kemampuan untuk mengelola emosi setiap anak pun berbeda-beda tergantung usia, penyebab, latar belakang keluarga, serta kondisi psikologis saat stimulasi terjadi. Kemampuan mengelola emosi ini perlu dilatih, sama halnya dengan kemampuan si kecil untuk menngontrol anggota gerak dan benda-benda didekatnya. Lebih baik apabila emosi itu diungkapkan dan tidak dipendam. Perasaan yang dipendam dapat berakibat destruktif pada diri sendiri, terutama jika ada tekanan yang dirasakan oleh anak. Ada dua hal yang membuat anak tidak dapat mengungkapkan rasa marahnya, yaitu:

1) Kemampuan berbahasanya yang belum berkembang dan pengaruh lingkungan sosial atau budaya

53


(41)

2) Ada kemungkinan seorang anak takut untuk mengakui bahwa ia sedang marah karena ajaran orang dewasa yang megatakan bahwa anak yang baik tidak boleh marah atau ngambek.

“Kemampuan mengelola emosi perlu dilatih, sama halnya dengan kemampuan si kecil untuk mengontrol anggota gerak dan benda-benda disekitarnya”.54 Orang tua sebaiknya memfasilitasi anak agar mampu mengungkapkan perasaannya ini sekaligus bertindak sebagai mentor yang membimbingnya agar mampu mengungkapkan perasaan dengan bijak. Contoh, dengan melampiaskan amarah anak pada benda mati atau dengan cara yang sesedikit mungkin menimbulkan kerugian, misalnya; membuat coret-coretan, mewarnai, menulis dan sebagainya. Jika telah mencapai tahap pengendalian diri yang lebih baik, rasa marah bahkan bisa ditransformasikan dalam kegiatan yang positif dan menghasilkan manfaat, seperti mencipta lagu, syair, tulisan dan sebagainya.

c. Letakkan harapan sesuai kemampuan

Jangan pernah lupa bahwa anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka memiliki keterbatasan pemahaman maupun kontrol terhadap dirinya. Jadi, tak mungkin mengharapkan mereka mampu mengerti, mengendalikan diri, dan berperilaku seperti layaknya orang dewasa. Sebagai contoh, seorang ibu mengharapakan anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun dapat duduk tenang di meja makan tanpa melempar makanan. Dalam hal ini, harapan si ibu sudah cukup sesuai dengan usia anak. Namun sebaliknya, harapan ibu

54


(42)

menjadi tidak sesuai jika megharapkan si anak untuk duduk tenang selama 20 menit di meja makan.

Menurut Dr. Seto Mulyadi dalam karangan bukunya yang berjudul membantu anak balita mengelola amarahnya, terdapat beberapa tahap perkembangan anak masa kanak-kanak awal (3-6 tahun) yaitu:

1) Mulai meningkatkan kekuatan dan kehalusan motorik, kemandirian, pengendalian diri, kreativitas, dan imajinasi.

2) Sudah memiliki gagasan atau pemhaman konkrit, belum mampu memiliki pemahaman abstrak, mulai menyadari orang lain, dan egosentrisme menurun.

Untuk membuat harapan yang sesuai dengan taraf perkembangan anak, orang tua perlu memahami pola-pola perkembangan anak berdasarkan usia. Orang tua perlu mengetahui apa yang dapat diharapkan dari anak sesuai usianya, berapa usia yang tepat untuk munculya suatu perilaku positif pada anak, dan kapan biasanya pola perilaku ini meningkat ke pola perilaku yang lebih matang.

d. Berusaha menjadi model terbaik

Untuk mendidik anak kita memang tak ada cara lain selain menjadikan diri kita sebagai model. Anak-anak adalah peniru yang paling baik sehinggan orang tua haruslah menjadikan dirinya sebagai contoh, karena orang tua adalah model utama dan paling dekat dalam kehidupan anak. “Apabila orang tua tidak mampu mengendalikan diri dan emosi dengan baik maka sukar untuk mengharapkan anak mengendalikan diri”.55

55


(43)

Karena orang tua sebagai contoh terbaik bagi anak-anak, tunjukkanlah bagaimana cara orang dewasa mengatasi kemarahan dan kekecewaan dengan sikap tenang. Jadilah guru bagi buah hati kita sambil membantu mereka memahami dari apa yang kita teladani.

e. Bersikap konsekuen

Sikap yang konsekuen dalam mengasuh anak adalah hal yang sangat penting. Sikap ini akan membantu orang tua untuk mencapai tujuan, karena dapat mendorong anak untuk patuh dan menghormati orang tua. Sebagai contoh, kita telah membuat kesepakatan dengan si kecil bahwa ia harus tidur pukul 20.00, kecuali hari libur. Jika suatu malam ia tidur pada pukul 20.30, maka kita harus mengejarnya untuk bersikap konsekuen dengan peraturan yang telah disepakati bersama. Untuk kasus ini, kita dapat mengatakan padanya, ‘mama (papa) tahu kamu marah, mungkin kamu akan menganggap mama sebagai orang terkejam di dunia. Namun, kamu telah melanggar waktu tidur. Jadi, besok kamu harus tidur lebih cepat, yaitu pada pukul 19.30’.

Sikap konsekuen ini juga berlaku bagi orang tua. Ingatlah kembali bahwa “orang tua adalah model atau panutan untuk anak. Apabila orang tua melanggar peraturan, ia juga harus mencontohkan pada anak bahwa ia menerima konsekuensi pila”.56 Misalnya, apabila orang tua melanggar peraturan, ia pun harus bersedia ‘dihukum’. Namun hal ini hanya bertujuan mengajarkan konsekuensi kehidupan pada anak. Jika orang tua

56


(44)

tidak konsekuen, tentunya anak akan mengalami kebingungan. Selain itu, batasan aturan yang dibuat orang tua menjadi kabur atau tidak jelas.

Kita juga perlu menjelaskan tujuan dan alas an kita menerapkan aturan tersebut dengan bahasa yang mudah dimengerti. Selain itu, kita perlu pula menjelaskan bahwa peraturan itu berbeda-beda untuk orang yang berbeda. Namun, hukuman ini hanya bertujuan untuk mengajarkan konsekuensi.

3. Sebab Utama dan Tanda Gejolak Emosi Anak

Seperti diketahui beberapa macam emosi antara lain: gembira, bahagia, jemu, benci, was-was, dan sebagainya. “Faktor penyebab utama gejolak emosional anak, karena perasaan bahwa dirinya tidak mampu, perasaan bahwa dirinya dimusuhi, dan perasaan bahwa dirinya dikucilkan”.57

Itu semua merupakan akibat kurangnya simpati keluarga pada mereka. Tidak terlimpahnya rasa cinta yang dibutuhkan. Tidak adanya pengawasan orang tua, serta tidak adanya perhatian pada anak.

Barangkali tanda-tanda gejolak emosional anak yang paling dominan adalah hilangnya rasa tenang, gerakan-gerakan refleks, melamun, temperamental, menangis, mudah emosi dan marah karena faktor sepele, kejang urat saraf sambil berteriak histeris (tapi bukan penyakit ayan), menggigit atau memukul saudaranya atau siapa saja yang berkelahi dengannya.

57

Malak Jurjis, Cara Mengatasi Gejolak Emosi Anak Cet. Ke- 1 (Bandung: PT. Mizan Publika, 2004), h. 5.


(45)

Perlu digaris bawahi, “terbentuknya karakter seorang anak baik perasaan, gejala-gejala emosional, tingkah laku, maupun kebiasaan, timbul dan berpusat pada kedua orang tuanya”.58

Menurut Dr. Seto Mulyadi, sebab utama dan tanda gejolak emosi yang terjadi bila anak sedang marah:59

a. Janji yang tidak ditepati.

Semua orang tua tentu ingin anaknya bahagia. Salah satu caranya adalah dengan menjanjikan suatu hal kepada anak mereka. Hal penting yang harus diperhatikan oleh para orang tua dalam berjanji adalah dapatka kita menepati janji?. Salah satu akibat dari janji yang tidak ditepati adalah munculnya kemarahan pada anak. Kemarahan anak tidak boleh dianggap sebagai perkara yang mudah karena dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk pada hubungan anak dengan orang tua. Akibat janji tidak ditepati:

1) Berkurangnya kepercayaan anak kepada orang tua 2) Berkurangnya wibawa orang tua dihadapan anak

3) Anak bersikap masa bodoh dengan aturan yang telah disepakati b. Mencari perhatian.

Rasa kasih sayang orang tua kepada anak harus ditunjukkan secara nyata sesuai dengan tahap perkembangannya. Karena kemampuan anak untuk memahami sesuatu berbeda satu sama lain dan tergantung tingkat kedewasaannya, kita perlu mewujudkan kasih sayang dalam bentuk yang konkret. Permasalahan yang mungkin muncul adalah anak merasa bahwa kasih sayang yang ditunjukkan oarng tua padanya belumlah cukup. Ia menginginkan agar orang tuanya

58

Ibid., h.7.

59

Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya (Jakarta :Erlangga, 2004), h. 27-25.


(46)

mencurahkan seluruh perhatian kepada dirinya. Hal ini mungkin sulit dilakukan karena banyak hal lain yang perlu diperhatikan oleh orang tuanya, misalnya orang tua juga harus membagi perhatian untuk si adik.

Kadang ada anak yang melakukan suatu hal untuk menarik perhatian orang tuanya. Salah satunya adalah dengan marah. Rasa marah merupakan cara yang digunakan untuk menunjukkan bahwa dirinya membutuhkan perhatian dari orang tua. Kemarahan dapat digunakan anak untuk mendapatkan perhatian lebih banyak.

Akibat bila anak merasa tidak diperhatikan:

1) Hubungan anak secara emosional dengan orang tua akan semakin jauh, karena anak merasa orang tua tidak memperhatikan dan menyayanginya. 2) Anak yang merasa tidak mendapat perhatian cenderung sukar untuk diatur

dan tidak pedulian, karena ia sendiri merasa tidak dipedulikan.

3) Anak akan bersikap makin agresif, misalnya berkelahi dan memukul saudara atau teman-temannya. Karena dengan semakin menunjukkan kemarahannya, dia akan berhasil menarik perhatian yang lebih besar dari orang tuanya.

4) Anak akan mengembangkan sikap mental yang cenderung tidak suka melihat orang lain senang karena ia merasa pahit dengan dirinya sendiri. Dalam sikap lain, anak akan bersikap over acting dihadapan orang lain dengan tujuan untuk memperoleh perhatian juga.

c. Dipaksa disiplin.

Setiap orang tua meyakini bahwa pembentukkan disiplin pada anak merupakan sebuah proses yang harus mulai ditanamkan sedini mungkin. Orang


(47)

tua tentunya berusaha mengajarkan disiplin kepada putra-putrinya dengan cara menanamkan tingkah laku yang dianggap baik dan menghindari tingkah laku yang buruk. Menurut psikolog pendidikan, Soetarlinah Sukadji, “pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku dan kebiasaan tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral”.60

Dengan demikian, pendidikan disiplin dalam keluarga dapat diartikan sebagai bimbingan dari orang tua kepada putra-putrinya untuk menampilkan tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan dapat diterima oleh norma-norma yang berlaku.

Namun, penerapan disiplin tidak selamanya dapat diterima dengan sepenuh hati oleh anak. Anak mungkin tidak menyukai aturan yang diterapkan oleh orang tuanya. Akibatnya anak merasa terpaksa dalam menjalankan disiplin. Reaksi anak terhadap keterpaksaan ini adalah rasa marah yang dapat ditunjukkan dengan cara beragam tergantung kepribadian anak.

Akibat disiplin yang dispaksa: 1) Disiplin hanya terjadi sesaat saja

2) Anak cenderung lebih mengingat hal negatif dari disiplin daripada hal-hal positif

3) Tujuan disiplin menjadi kurang efektif d. Cemburu pada saudara.

Rasa cemburu antara adik dan kakak dalam sebuah keluarga merupakan hal yang wajar. Rasa cemburu tersebut merupakan reaksi normal yang dialami

60


(48)

manusia karena takut akan kehilangan kasih sayang atau perasaan terancam kehilangan orang yang disayangi. Hal ini wajar dialami seorang anak yang akan memperoleh adik baru. Bagi kakak, sang adik dapat dianggap sebagai saingan yang akan merebut cinta kasih dan perhatian orang tua yang selama ini ia dapatkan.

“Rasa cemburu pada anak dapat mengakibatkan reaksi marah. Kemarahan ini timbul karena anak merasa saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dari oaring tua”.61

Akibat kecemburuan antar saudara yang tidak segera diatasi: 1) Konflik dengan saudara

2) Persaingan yang tidak sehat dengan saudara 3) Merasa tidak mendapatkan kasih sayang orang tua 4) Rasa marah terhadap saudara dan orang tua e. Orang yang terlalu mendikte.

Kadang orang tua menganggap bahwa anak belum dapat menentukan keinginannya. Dengan anggapan seperti itu, orang tua cenderung mengatur anak agar sesuai seperti keinginan orang tua. Hal itu dilakukan terkadang tanpa memikirkan bahwa anak juga mempunyai keinginan dan perasaan yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan suatu hal. Respon anak terhadap orang tua yang telah mengatur segala hal untuk anak dapat bermacam-macam. Ada anak yang menerima saja dan melakukannya dengan senang hati, tetapi ada juga anak yang tidak menyukainya dan bereaksi marah. Anak merasa marah karena dirinya

61


(49)

kurang dihargai oleh orang tua. Anak juga mempunyai hak untuk didengar dan untuk menentukan apa yang ia inginkan.

Akibat anak terlalu didikte:

1) Anak menjadi tergantung pada orang tua 2) Anak merasa kurang percaya diri

3) Anak tidak terbiasa menyelesaikan masalah sendiri f. Meniru.

Sikap orang tua berpengaruh pada perilaku anak. Selain itu, pengaruh teman sebaya dan televisi berperan dalam membentuk perilaku marah anak.

Akibat perbuatan meniru yaitu:

1) Sifat marah akan menjadi bagian yang dominan, dalam diri anak, bahkan hingga ia dewasa

2) Jika orang tua tidak pernah memberikan penjelasan, anak tentunya tidak akan mengetahui mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. g. Tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan.

Tidak hanya orang dewasa yang mengalami perubahan, tetapi anak-anak juga. Orang dewasa mungkin dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, tetapi anak-anak belum tentu dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubaha yang terjadi dalam hidupnya. Macam-macam perubahan-perubahan yang memerlukan adaptasi; “kehilangan figur orang tua, karena orang tuanya bercerai, pindah rumah, pertama kali masuk sekolah, kehilangan binatang peliharaan, kehilangan teman baru, mendapatkan teman baru”.62

62


(50)

Akibat tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan:

1) Anak akan mengalami kesulitan jika harus menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan baru, bahkan hingga ia dewasa

2) Anak tidak akan diterima oleh lingkungan barunya, misalnya oleh teman-teman barunya, karena sering menunjukkan perasaan marah. Kemarahan disebabkan oleh perasaan tidak nyaman terhadap lingkungan baru. Selain itu, mungkin anak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.

3) Anak akan menggunakan ekspresi marah jika ia mengalami perubahan baru dan bila orang tua kurang memberikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan marah anak.

4. Manfaat Pengendalian Emosi untuk Anak

Menurut Dr. Seto Mulyadi, “dalam mengendalikan emosi pada anak. Terdapat beberapa manfaat bagi anak tersebut, antara lain”:63

a. Meningkatkan kecerdasan emosi anak

Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan kognitif hanya berpengaruh sebesar 20% saja pada keberhasilan seseorang, sedangkan sisanya tergantung pada kecerdasan emosionalnya. Berikut adalah unsur-unsur kecerdasan emosi yang ingin kita penuhi dengan membantu anak mengelola emosinya berdasarkan prinsip cerdas emosi:

1) Anak belajar dan menjadi mampu untuk mengidentifikasi emosinya. 2) Mengekspresikan perasaannya.

3) Memperkirakan tingkat emosinya. 4) Mampu mengelola emosi.

63


(51)

5) Mampu menunda ledakan emosi. 6) Mampu mengendalikannya.

7) Mampu mengurangi tekanan diri akibat emosi. 8) Dapat membedakan antara perasaan dan tindakan. b. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental anak

Ketidakmampuan anak untuk mengekspresikan emosinya dapat berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental. Emosi yang dipendam dapat membuat anak merasa tertekan dan terbebani sehingga menyebabkan anak mengalami keluhan-keluhan fisik maupun mental. Anak yang tak mampu mengatasi tekanan emosi dalam dirinya seringkali mengalami gangguan fisik. Misalnya: ingin buang air kecil karena ketakutan atau bicara gagap saat sedang gugup. Bantuan orang tua amat diperlukan untuk mendorong anak mengekspresikan emosi yang dirasakannya.

c. Membantu anak melakukan penyesuaian sosial

Emosi memegang peranan penting dalam penyesuaian diri karena akan mempengaruhi anak-anak pada saat mereka tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Segala sesuatu yang menghambat perkembangan emosional anak dapat berpengaruh pada penyesuaian diri si anak, baik pribadi maupun sosial. Dengan mengajari anak untuk memahami dan mengekspresikan perasaannya, banyak aspek dalam perkembangan dan keberhasilan hidup yang akan dipengaruhi. Kemampuan untuk menampilkan emosi yang sesuai dengan lingkungan merupakan kunci penting agar anak dapat diterima dalam lingkungan sosial.


(52)

D. Kondisi Psikologis (Intelegensi) Anak Pra-sekolah

Perkembangan anak sebelum masuk sekolah, antara umur 3-6 tahun, cepat sekali dalam semua bidang. Badan anak bagian atas lebih lamban berkembangnya daripada bagian bawah. Anggota-anggota badan masih relatif pendek, kepala relatif besar, perutnya masih besar, dan ada gigi susu.

Dalam tahun-tahun pra-sekolah umur 3-6 tahun, anak-anak mulai menggunakan keterampilan mereka untuk berinteraksi dan mengerti dunia orang dan benda-benda. Mereka menemukan siapa mereka, menentukan apa yang mereka dapat lakukan, dan membentuk perasaan tentang diri mereka sendiri (a sense of self). Keterampilannya terus bertambah, anak-anak pra-sekolah dapat ditarik keluar ke dalam dunia, pertam berjuang untuk otonomi dan mengontrol diri mereka sendiri dan orang lain, dan kemudian menggunakan bahasa, kognitif, motor dan keterampilan sosial untuk mengumpulkan informasi tentang dunia. Jika sukses, anak-anak pra-sekolah menggunakan informasi ini untuk menemukan cara baru dalam berpikir yang lebih sehat, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.64

Tahap-tahap perkembangan anak: 1. Perkembangan Motorik

Yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan adalah otot, saraf dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”, aratinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling melengkapi dengan unsur yang

64

Sri Esti Wuryani Djiwandoyo, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h. 25.


(53)

lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya.

Semua anak dalam tahap perkembangan ini menyukai sesuatu yang kreatif seperti menggambar, mewarnai, dan membuat benda-benda dengan bermain adonan roti. Ketika keterampilan motor berkembang dengan baik, anak-anak di sekolah dapat memotong dan melipat kertas, menggambar segitiga dan segi empat, menyalin desain, surat, dan angka.

Peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan motor pada anak anak umur 3-6 tahun:

a. Usia 3 tahun; memakai sepatu, menuang air dari poci, menumpuk 9 balok, melompat, menggambar lingkaran.

b. Usia 4 tahun; berpakaian sendiri, menggunakan gunting, menggambar pola, melempar bola, meloncat dengan satu kaki.

c. Usia 5 tahun; mengancingkan baju, menylin surat dan pola, melempar dengan benar.

d. Usia 6 tahun; bersepeda, ,menulis, menggambar, meloncat dengan tali, memperagakan suatu aksi.

2. Perkembangan Bahasa

Anak terus menambah kata demi kata selama masa awal kanak-kanak dan dapat mengikuti perintah secara sederhana. Meskipun demikian anak kecil masih banyak menggunakan keterampilan non verbal, seperti gerakan tubuh, bahkan ketika mereka dapat menggunakan kata-kata. Selama tahun-tahun prasekolah,


(54)

perubahan bahasa dari ucapan satu kata ke pembicaraan dengan menggunakan tata bahasa yang lebih kompleks.

Ketika anak-anak tumbuh dan berkembang, arti dan isi bahasa berubah, mengimbangi kecepatan pertumbuhan pribadi anak dalam keterampilan sosial dan mengembangkan pengertian mereka tentang dunia.

Bahasa mempunyai tiga fungsi: a. Alat untuk menyatakan ekspresi

Contoh sebagai penjelasan: tukang masak tersentuh wajan panas, segera ia berteriak: “aaaaauuu…!”.

b. Alat untuk mempengaruhi orang lain

Contoh sebagai penjelasan: anak terjatuh dari tangga, sambil kesakitan ia berteriak: “tolong….tolong…!”.65

c. Alat untuk memberi nama

Kita mengetahui bahwa setiap nama merupakan symbol yang mewakili benda itu.

3. Perkembangan Kognitif

Secara intelektual, anak pra-sekolah telah meninggalkan tahap perkembangan sensorimotor dan memasuki tahap perkembangan preoperasional atau prelogical (Piaget, 1950). Ini berarti bahwa anak-anak pra-sekolah dapat berpikir dan mewakili tentang objek, orang, dan perbuatan-perbuatan yang tidak tampak. Karena pengetahuan mereka maju pesat selama periode ini, kemampuan mereka menggunakan gambaran simbolik dalam berpikir, memecahkan masalah, dan aktivitas bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun

65


(1)

Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, murid-murid dan para guru bersiap-siap untuk berangkat wisata ke Kebun Binatang Ragunan. Murid-murid sangat senang sekali di dalam perjalanan dan di lokasi wisata. Sampai ada yang berlari-lari yaitu Adrien, Rafif dan Daffa. Yang mana Daffa akhirnya terjatuh dan menangis. Dan ini dijadikan pelajaran untuk murid-murid lainnya, agar bisa mengontrol rasa senangnya. Sesampai di sekolah, miss Ida menemui ibunya untuk menjelaskan apa yang dialami Daffa.


(2)

CATATAN LAPANGAN

Catatan Lapangan No: 5

Waktu : Minggu ke-1 bulan Februari 2008, pukul 09.00- 11.00 WIB Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids

Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya. Peneliti : Dina Prahasty

LATAR

Hari ini sedikit mendung, tapi sesekali matahari menampakkan sinarnya. Murid kelas jumper akan bermain di playground. Banyak mainan yang disediakan di sekolah ini, ada area pasir putih, bak yang diisi air, perosotan, ayunan, mobil-mobil kecil, jembatan, dan papan untuk murid belajar keseimbangan. Semuanya tampak segar dipandang mata karena indahnya suasana di playground yang ada tumbuhan segar dan mainan yang berwarna-warni.

CATATAN LANGSUNG/DESKRIPTIF

Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB seusai belajar collage di dalam kelas, miss Ida dan miss Icha menyerukan murid-murid untuk membentuk barisan karena akan bermain di playground. Sebelum keluar kelas, miss Ida dan saya mengoleskan mosquito repellent agar murid-murid tidak digigit serangga. Setelah itu murid-murid bebas mau main apa, akan tetapi guru tetap mengawasi dengan seksama. Ada yang main ayunan, mobil, air dan pasir. Tiba-tiba ketika sedang asyik bermain terdengar teriakan suara Namira yang sedang bermain pasir. Miss Ida kemudian mendektinya, dan bertanya “kenapa Namira?”. “ada kodok miss, aku takut..!”, kata Namira dengan wajah ketakutan. Lalu miss Ida memeluknya dan mengatakan “gak apa-apa kok sayang, kodoknya gak ganggu Nami, cuma numpang lewat aja. Nami kaget ya?”. Dengan raut wajah yang masih takut sampai air matanya jatuh, dia menjawab “iya miss”, sambil agak merengek. “yaudah jangan takut lagi ya, kan di sini ada miss Ida yang nemenin kamu, lagipula kodoknya sudah pergi”, lanjut miss Ida. Akhirnya Nami pun melanjutkan permainannya. Kemudian waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB,


(3)

miss Ida menyerukan murid-muridnya untuk melanjutkan pelajaran di kelas. Seusai bermain di playground, murid-murid harus mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas lainnya.

CATATAN REFLEKTIF

Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB murid-murid yang telah selesai menyelesaikan materi collage ,memakai sepatu dan membentuk barisan, kemudian diolesi mosquito repellent. Setelah semua murid siap, mereka langsung menuju playground. Dan tiba-tiba Namira teriak ketakutan, karena ketika dia sedang asyik bermain pasir ada seekor kodok kecil lewat mengagetkannya. Kemudian miss Ida datang untuk menenangkan Namira, hingga akhirnya rasa takutnya hilang.


(4)

CATATAN LAPANGAN

Catatan Lapangan No: 6

Waktu : Minggu ke-3 bulan Februari 2008, pukul 10.00- 10.20 WIB Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids

Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya. Peneliti : Dina Prahasty

LATAR

Cuaca di luar gedung sekolah hujan deras, jadi murid-murid bermain di ruang manipulative area yang dipenuhi mainan edukatif untuk murid-murid tertata rapih dan indah. Diantaranya ada mainan play dough, berbagai macam boneka, mainan masak-masakan, dokter-dokteran, trolley dan keranjang shopping dan masih banyak lagi.

CATATAN LANGSUNG/DESKRIPTIF

Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB seusai belajar di kelas, murid jumper bermain di ruang manipulative area, karena diluar hujan deras. Ada yang yang bermain puzzle, masak-masakan, belanja-belanjaan dan lain-lain. Tapi pada saat bersamaan, murid-murid dari kelas toodler juga ikut gabung bermain di sini. Dan ketika miss Ida menggoda dede’ Sandro, tanpa disadari Win cemburu, hal ini tampak karena Win melarang miss Ida untuk main dengan Sandro dan hanya boleh main sama dia. Miss Ida dan miss Dwi jadi tersenyum. Lalu Win bilang “miss Ida gak boleh main sama dede’ Sandro!”. Kemudian miss Ida sambil bercanda bilang “aduh,,Win miss dibagi dua aja deh, supaya miss bisa main sama Win dan dede’ Sandro”. Dan juga miss Ida memberi pengertian sama Win, kalau yang sudah besar harus bisa mengalah sama adiknya dan juga bisa mengajak main bersama. Dan Win pun akhirnya mengerti. Istirahat pun selesai, para murid kelas jumper masuk kelas lagi untuk melanjutkan pelajaran berikutnya.


(5)

Selesai materi di kelas, murid-murid jumper beristirahat atau bermain di manipulative area, para murid berlari untuk memilih permainan yang akan dimainkannya. Pada saat bermain tiba-tiba murid kelas toodler juga ikut gabung bermain di sini, karena di luar hujan jadi semua murid beristirahat di ruangan ini. Ketika miss Ida coba menggoda dede’ Sandro untuk bermain, Win nampak cemburu, yaitu miss Ida tidak boleh bermain dengan dede’ Sandro. Kemudian miss Ida memberi pengertian sama Win dan akhirnya Win mengerti dan mau main bersama dengan adik kelasnya itu.


(6)