Saran Pola Asuh Pengaruh Pola Asuh Terhadap Prestasi Belajar Anak

95 Persepsi tentang nilai anak juga mempengaruhi prestasi belajar dari seorang anak. Orangtua yang memiliki persepsi bahwa pendidikan itu penting untuk anak, maka mereka akan selalu menasehati, mendukung, dan member dorongan kepada untuk rajin belajar. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasinya yaitu 0,237 dengan taraf signifikansinys 0.019 0,05. Dari hasil olahan data diatas, dapat disimpulkan bahwa model pengasuhan orangtua berpengaruh terdapat prestasi belajar anak. Responden dalam penelitian ini yang selalu memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar menghasilkan anak yang memiliki nilai raport yang memuaskan dan beberapa dari responden memiliki anak yang mendapat peringkat di kelas. Dan intensitas interaksi antara orangtua dengan anak menghasilkan anak yang percaya diri untuk tampil di depan kelas dan berani bertanya pada guru di dalam kelas jika ada yang mereka ingin ketahui. Begitu juga responden yang memiliki persepsi bahwa pendidikan anak sangat penting dengan mengutamakan kebutuhan sekolah anak turut menghasilkan anak dengan motivasi belajar yang tinggi. Hasil dari penelitian ini adalah H a diterima, dimana terdapat pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar anak. Hubungan yang ada antara kedua variabel ini sangat lemah dan signifikan.

5.2. Saran

1. kepada orangtua selaku sebagai lembaga pertama dalam kehidupan anak, agar terus mendukung dan menekankan kepada anak akan pentingnya pendidikan. Karena tanpa pola asuh yang tepat, maka motivasi belajar anak akan rendah mengingat sekarang kita berada di persaingan yang Universitas Sumatera Utara 96 tinggi di dunia pendidikan. Anak-anak yang berprestasi akan lebih mudah mendapatkan peluang dan kesempatan untuk memporelah pekerjaan yang baik. 2. kepada anak disarankan untuk tetap giat belajar, semangat dan optimis. Pendidikan sangatlah penting sebagai modal utama anak untuk menuju jenjang yang lebih tinggi dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa bekal pendidikan, kita tidak memiliki pengetahuan dan sulit bersaing dengan yang lain dan akan memiliki peluang yang kecil untuk hidup yang lebih baik. 3. kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian dengan skala penelitian yang lebih luas untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. Universitas Sumatera Utara 24 BAB II KERANGKA TEORI

2.1. Pola Asuh

Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Isni Agustiawati, 2014 , kata pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk struktur yang tetap, sedangkan kata asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri. Pola asuh merupakan bentuk, cara, dan strategi yang diberikan kepada seorang anak untuk membentuk kepribadiannya. Pola asuh terjadi dalam sebuah keluarga, dimana keluarga merupakan wadah dari terbentuknya pola asuh. Orangtua mengasuh anak mereka sesuai dengan apa yang mereka pandang itu baik dan benar menurut versi mereka sendiri. Definisi lainnya menurut Bimo Walgito dalam Ahmad Yusron, 2012 adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kwajiban dari setiap orangtua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Pola Asuh menurut Mussen dalam Erma Lestari, 2009 adalah cara yang digunakan orangtua dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan orangtua mengasuh anaknya adalah untuk membentuk kepribadian yang matang.Dengan pengasuhan orangtua tersebut maka anak akan belajar tentang peran -peran yang ada dalam masyarakat seperti nilai-nilai, sikap serta perilaku yang pantas dan tidak pantas, atau baik dan buruk. Segala Universitas Sumatera Utara 25 perlakuan dari orangtua terhadap anak sejak masa kanak-kanak akan memberikan makna tertentu. Pemberian makna itulah yang disebut sebagai persepsi anak terhadap pola asuh orangtua. Jenis-jenis pola asuh menurut Hurlock 2011 yaitu:  Permissif, orangtua yang menerapkan pola asuh permissif memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orangtua cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan.  Otoriter, orangtua yang mendidik anak dengan menggunakan pola asuh otoriter memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orangtua menerapkan peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh orangtua, berorientasi pada hukuman fisik maupun verbal, dan orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian.  Demokratis, orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar. Universitas Sumatera Utara 26

2.2. Prestasi Belajar