Pengaruh Pola Asuh Terhadap Prestasi Belajar Anak

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiawati, Isni. 2014. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS Di SMA Negeri 26 Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Irsyadi, Ahmad Yusron. 2012. Pengaruh Bimbingan Karir Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Siswa Dalam Memilih Karir Pada Kelas XI Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 1 Sedayu. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogykarta.

Bungin, Burgin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Damsar. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Fitriyah, Indriani. 2008. Dalam Jurnal Penelitiannya “Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak Berprestasi di Sekolah”. Universitas Islam Negeri.

Gunarsa, S.D, & Gunarsa, Y.S.D. 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hari, Suharko. 1996. Pengantar Sosiologi 1. Jakarta: PT Intan Pariwara.

Hardiyanti, Yulia. 2014. Etos Kerja Dan Gaya Hidup Masyarakat Slum Area Di Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hurlock, Elisabeth. 20011. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Irmawati. 2002. Motivasi Berprestasi dan Pola Pengasuhan Pada Suku Bangsa Batak Toba dan Suku Bangsa Melayu. (Tesis). Jakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia.

Jhonson, Doyle Paul. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lestari, Erma. 2009. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Siswa Konsentrasi Patiseri SMK Negeri 1 Sewon Bantul. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.


(2)

Lili dan Fatma. 2005. Dalam jurnal Penelitiannya “Peran Pola Asuh Orangtua Dalam Motivasi Berprestasi”. Universitas Sumatera Utara..

Nurhayati, Faridha. 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Sangkapura Gresik. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Prasetyo, Bambang, dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Poerwadarminta, W.J.S. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahayu, Tri Setiyani. 2013. “Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Perilaku

Konsumtif Siswa Kelas XI Di SMA Kesatrian1 Semarang”. Universitas

Negeri Malang

Ritzer, George. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sarwono, Jonathan. 2011. IBM SPSS Statistic 19. Jakarta: PT Gramedia

Shochib, Moh. 2010. Pola Asuh Orangtua. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-undang No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Widowati, S.Nurcahyani.2013. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, Kedewasaan Dan Kedisiplinan Siswa Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1. Surakarta: Universitas sebelas Maret.

Winkel, W.S. 2009. Psikologi Pengajaran. Terjemahan Kartini Kartono. Yogyakarta: Media Abadi


(3)

Yudi Premana, I Made. 2011. Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga, Disiplin Belajar, dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada Siswa Kelas VIII Semester Genap di SMP Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Singaraja: Undiksha.

Zoel, Fikar. 2010. Dalam Jurnal Penelitiannya “Pengaruh Pendidikan dan Pendapatan Orangtua Terhadap Sikap dan Prestasi Belajar Siswa”.

Sumber online:

repository.upi.edu/12418/5/S_PEA_1005816_Chapter2.pdf. diakses pada 20 november 2015, 10:23


(4)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif memungkinkan penulis untuk memahami suatu gejala dengan lebih mendalam dengan cara setiap hal yang akan diteliti harus diidentifikasi, dikategorisasikan, dan diidentifikasi secara jelas untuk kemudian dapat diukur melalui cara-cara yang tepat. Pada penelitian korelasi ditujukan untuk melihat ada tidaknya hubungan dan kapasitas hubungan antar dua variabel atau lebih. Melalui studi korelasional, peneliti dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi bukan mengenai ada tidaknya efek variabel satu terhadap variabel lain yang sedang diteliti. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Hubungan antar variabel tidak saja dalam bentuk sebab-akibat, tetapi juga hubungan timbale balik antara dua variabel.

Pada penelitian Pengaruh Pola Asuh Terhadap Prestasi Belajar Anak ini, peneliti akan melihat apakah pola asuh yang diterapkan orangtua berpengaruh terhadap prestasi belajar anak di kelurahan Sei Mati. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai media pengumpul data, selain itu juga melakukan observasi.


(5)

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan tepat berada di jalan Brigjen Katamso Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Provinsi Sumatera Utara.

3.2.1. Sejarah Singkat Kelurahan Sei Mati

Pada awalnya Kota Medan terkenal dengan nama Tanah Deli. Tanah Deli ini dinamakan mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang), sampai dengan ke Sungai Wampu di Langkat. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus yang lokasinya terletak di Tanah Deli. Sejak zaman penjajahan tersebut banyak yang mengatakan bahwa Medan dengan Deli (Medan-Deli). Kemudian setelah zaman kemerdekaan, maka kelama-lamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur sampai sekarang ini sudah kurang didengar lagi.

Kota Medan memiliki Luas 26.510 hektar ( 265,10km2) atau 3,6% dari keseluruhan di wilayah Sumatera Utara ini. Maka dengan demikian, dibandingkan dengan kota ataupun kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relative kecil dengan jumlah penduduk yang relative besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 30 30’- 30 43’ LU dan 980 35’- 980 44’ BT. Dimana Kota Medan memiliki beberapa kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Medan Maimun. Sebelum terjadi pemekaran, Kecamatan Medan Maimun dahulu bergabung dengan Kecamatan Medan Baru. Lalu pada tahun 1988 telah terjadi pemekaran di Kotamadya Medan. Sehingga berdirilah Kecamatan Medan Maimun.

Pada Kecamatan Medan Maimun terdapat beberapa kelurahan yaitu diantaranya adalah Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Aur, Kelurahan Jati,


(6)

Kelurahan Hamdan, Kelurahan Sei Mati, dan Kelurahan Kampung Baru. Pada Kelurahan Sei Mati terletak di tenngah-tengah Kota Medan, tepatnya berada di jalan Brigjen Katamso. Jalan tersebut merupakan salah satu jalan utama yang sering dilalui oleh masyarakat. Juga merupakan salah satu kawasan perdagangan di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya keberadaan ruko-ruko yang menjual berbagai jenis kebutuhan masyarakat. Di sekita jalan Brigjen Katamso ini juga terdapat fasilitas infrastruktur yang bias digunakan oleh masyarakat, baik pada masyarakat yang tinggal disekitar jalan tersebut ataupun masyarakat yang tinggal diluar wilayah jalan tersebut. Maka secara geografis, luas keseluruhan wilayah dari Kelurahan Sei Mati ini adalah 0,23 km2 (23 Ha).

Kelurahan Sei Mati adalah merupakan salah satu permukiman masyarakat yang berada di Kota Medan yang berdekatan dengan adanya Sungai Deli. Dimana Sungai Deli ini sering meluap saat memasuki musim penghujan dan menyebabkan pemukiman pada masyarakat tersebut menjadi rawan banjir.

3.2.2. Letak dan Batas Wilayah

Kelurahan Sei Mati merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Medan Maimun dengan luas wilayah 23 Ha. Kelurahan Sei Mati ini mulai berdiri pada tahun 1958. Dengan beriklim tropis dan merupakan daerah rendah. Keluhan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun terdiri dari 12 lingkungan. Dengan jarak kantor Lurah Sei Mati ke kantor pusat pemerintahan kota adalah sekitar 2 km. Lalu jarak dari kantor Lurah Sei Mati ke kota/ibukota Medan adalah sekitar 2 km. Kemudian selanjutnya yang terakhir jarak dari kantor Lurah Sei Mati ke ibukota provinsi adalah sekitar 4 km.


(7)

Kelurahan Sei Mati memiliki batas-batas wilayah. Adapun batas-batas wilayah dari kelurahan ini yaitu adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat Kecamatan Medan Kota

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sukadame Kecamatan Medan Polonia

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, atau peristiwa-peristiwa, sikap hidup dan sebagainya yang dapat menjadi sumber penelitian (Bungin, 2005). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah kepala keluarga di Kelurahan Sei Mati yang memiliki anak yang sedang mengecam pendidikan. Dari data Kantor Kelurahan, jumlah kepala keluarga di kelurahan sei mati adalah 3.914 jiwa.

3.3.2. Sampel

Sampel harus memenuhi unsur representatif atau mewakili dari seluruh sifat-sifat populasi. Sampel yang representatif bisa diartikan bahwa sampel tersebut mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional atau memberikan


(8)

kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih sehingga dapat mewakili keadaan sebenarnya dalam keadaan populasi (Bungin,2005).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah penduduk setempat, dengan menerapkan teknik simple random sampling yaitu, pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut, dilakukan pada populasi homogen. Dengan kriteria yang dianggap peneliti cocok sebagai sumber data. Dengan indikator merupakan penduduk lokal yang bertempat tinggal di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Area. Jumlah kepala keluarga di Sei Mati ialah 3.914 kepala keluarga .

Rumus penarikan sampel yang digunakan ialah rumus menurut Taro Yamane (Bungin, 2005) berikut :

� = � �2+

Keterangan:

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

d : Presisi atau derajat kebebasan ( peneliti menetapkan 10% atau d = 0,1 )

Dari rumus Taro Yamane tersebut, maka besar sampel yang ditarik pada penelitian ini adalah :


(9)

� = � �2+

� = . ,. 2+

� = . .

� = ,

� = keluarga

Dari proses penjumlahan melalui rumus Taro Yamane diatas, maka didapat sampel sebanyak 98 keluarga sebagai responden. Sedangkan teknik untuk menarik sampelnya dilakukan dengan cara :

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a) Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian.

Langkah-langkah pengumpulan data primer adalah dengan cara :  Dokumentasi

Pengamatan dan pengambilan gambar yang dilakukan atau diambil secara langsung dari lapangan penelitian.


(10)

Menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan tertutup, dimana responden bebas menentukan jawaban yang terbaik.Bentuk seperti ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang penelitian sehingga hasilnya bersifat valid.

b) Data Sekunder

Data yang diperoleh dari data kedua atau sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebelum menuju tahap berikutnya. Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal, artikel dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Teknik Analisis Data 3.5.1. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagi variabel ke dalam kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.Tabel tunggal merupakan langkah awal dengan menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentasi untuk setiap kategori (Bungin, 2005). Proses analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPPS. Program SPSS ini dapat melakukan proses persiapan dan analisis data dengan cepat efesien. Sebaran data yang telah terkumpul akan di-input ke dalam tabel tunggal, tabel silang dan diproses melalui software statistic SPSS secara komputerisasi.


(11)

3.5.2. Analisis Tabel Silang

Teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut berhubungan atau tidak (Bungin,2005). Penelitian ini menggunakan teknik koefisien korelasi Spearman. Teknik ini digunakan untuk pengamatan data interval yang menunjukkan hubungan yang linear. Berkenaan dengan besaran angka, jika 0 maka artinya tidak ada korelasi sama sekali dan jika korelasi 1 atau -1 maka hubungan antar keduanya semakin kuat. Sebalinya jika r mendekati 0 berarti hubungan dua variabel semakin lemah. Selain besarnya korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh terhadap penafsiran hasil. Tanda negatif (-) pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan, sedangkan positif (+) menunjukkan arah yang sama. Untuk mengetahui besar kecilnya hubungan atau mengukur pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan Sei Mati, digunakan penafsiran sebagai berikut:

Tabel 3.1

Nilai Internal Koefisien

Internal Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat tinggi


(12)

3.5.3. Uji Hipotesa

Uji hipotesa adalah pengujian dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.Untuk menguji hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman. Spearman Rho Coeficient menunjukkan hubungan antara variabel X dan Y yang tidak diketahui sebaran datanya. Koefisien korelasi non parameteril ini digunakan untuk menghitung dua variabel dimana data dibuat dalam ranking dari ranking terkecil sampai ranking terbesar. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

�� = −� − ��� Keterangan :

Rs (Rho) : Koefisien korelasi variabel X dan Y Angka 1 : Angka satu; yaitu bilangan konstan Angka 6 : Angka enam; yaitu bilangan konstan b : Beda rank X dan Y

N : Jumlah individu atau sampel

3.6. Keterbatasan Peneliti

Keterbatasan penelitian mencakup uraian tentang keterbatasan dan hambatan yang ditemui dalam penelitian, baik yang berkaitan dengan metode dan teknik penulisan yang digunakan, maupun keterbatasan peneliti sendiri. Keterbatasan peneliti dalam penelitian ini adalah disebabkan karena kemampuan dan pengalaman peneliti yang terbatas dalam hal penelitian ilmiah. Peneliti juga masih


(13)

belum menguasai penuh teknik dan metode penelitian, sehingga mungkin ada beberapa kekurangan dalam penyajian dan pengolahan data. Bimbingan dengan dosen pembimbing merupakan usaha yang dilakukan peneliti agar hasilnya dapat disajikan sebaik mungkin. Program SPSS 21 juga merupakan salah satu alternatif yang menjadi alat bantu penulisan dalam mengolah data, sehingga pengolahan data dapat dilakukan dengan efesien dan lebih cepat.


(14)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Karakteristik masyarakat di Kelurahan Sei Mati yang dijadikan responden berdasarkan usia, umur, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan,

pekerjaan, pendapatan dan jumlah anak yang dipaparkan adalah sebagai berikut:

4.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini, masyarakat yang menjadi responden adalah kepala keluarga di Kelurahan Sei Mati yang memiliki jenjang usia yang berbeda. Perbedaan karakteristik responden berdasarkan usia dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Identitas Responden Berdasarkan Usia

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Usia Responden (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

20-25 2 2.0

26-30 8 8.2

31-35 15 15.3

36-40 23 23.5

41-45 13 13.3

45-50 9 9.2

>50 28 28.6


(15)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang berusia antara 20-25 tahun sebesar 2.0% (2 0rang), responden yang berusia antara 26-30 tahun sebesar 8.2% (8 orang), responden yang berusia antara 31-35 tahun sebesar 15.3% (15 orang), responden yang berusia antara 36-40 tahun 23.5% (23 orang), responden yang berusia antara 41-45 tahun sebesar 13.3% (13 orang), responden yang berusia antara 45-50 tahun sebesar9.2% (9 orang), dan responden yang berusia diatas 50 tahun sebesar 28.6% (28 orang). Pada frekuensi data tabel diatas, mayoritas responden berdasarkan usia didominasi oleh responden yang berusia 50 tahun keatas dengan jumlah 28 orang dan minoritas responden berusia antara 20-25 tahun dengan jumlah 2 orang.

4.1.2. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini, responden yang diambil memiliki jenis kelamin yang heterogen , dikarenakan responden meliputi suami (laki-laki) dan isteri (perempuan). Jumlah perbedaan jenis kelamin responden tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 40 40.8

Perempuan 58 59.2

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden di Kelurahan Sei Mati yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 40.8% (40 orang), dan responden yang berjenis kelamin perempuan adalah sebesar 59.2% (58 orang).


(16)

Berdasarkan tabel di atas, terdapat mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 58 orang dan minoritas responden adalah laki-laki sebanyak 40 orang.

4.1.3. Identitas Responden Berdasarkan Suku

Responden di penelitian ini memiliki beragam suku yang dapat dilihat dapat tabel dibawah ini :

Tabel 4.3

Identitas Responden Berdasarkan Suku

Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

Batak 9 9.2

Mandailing 25 25.5

Padang 10 10.2

Minang 24 24.5

Jawa 19 19.4

Melayu 5 5.1

Aceh 6 6.1

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang berasal dari suku Batak sejumlah 9.2% (9 orang), responden yang berasal dari suku Mandailing sejumlah 25.5% (25 orang), responden yang berasal dari suku Padang sejumlah 10.2% (10 orang), responden yang berasal dari suku Minang sejumlah 24.5% (24 orang), responden yang berasal dari suku Jawa sejumlah 19.4% (19 orang), responden yang berasal dari suku Melayu sejumlah 5.1% (5


(17)

orang), sementara responden yang berasal dari suku Aceh adalah sejumlah 6.1% (6 orang). Berdasarkan tabel diatas, mayoritas responden berasal dari suku Mandailing yaitu sebanyak 25 orang dan minoritas responden berasal dari suku Melayu yaitu sebanyak 5 orang.

4.1.4. Identitas Responden Berdasarkan Agama

Pada penelitian ini, semua responden yang terpilih memiliki agama yang berbeda. Persentase responden berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4

Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Agama

Agama Frekuensi (n) Persentase (%)

Islam 93 94.9

Kristen 5 5.1

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang beragama Islam adalah sebesar 94.9% (93 orang) dan responden yang beragama Kristen adalah sebesar 5.1% (5 orang). Berdasarkan tabel di atas, terdapat mayoritas responden beragama Islam sebanyak 93 orang dan minoritas responden beragama Kristen sebanyak 5 orang.


(18)

4.1.5. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada penelitian ini, setiap responden memiliki latarbelakang jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Jumlah dari setiap jenjang pendidikan responden tersebut dapat dilihat dapat penjelasan tabel dibawah ini :

Tabel 4.5

Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 12 12.2

SMP 31 31.6

SMA 50 51.0

D3 2 2.0

S1 3 3.1

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir SD sebesar 12.2% (12 orang), responden yang memiliki pendidikan terakhir SMP sebesar 31.6% (31 orang), responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 51.0% (51 orang), responden yang memiliki pendidikan terakhir D3 sebesar 2.0% (2 orang), sedangkan responden yang memiliki responden terakhir S1 sebesar 3.1% (3 orang). Maka, pada frekuensi data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoristas responden memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 50 orang dan minoritas responden memiliki pendidikan terakhir D3 yaitu sebanyak 2 orang.


(19)

4.1.6. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pada penelitian ini, mata pencaharian responden berbeda-beda. Latarbelakang pekerjaan responden dapat dilihat pada data tabel dibawah ini :

Tabel 4.6

Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Wiraswasta 32 32.7

Buruh 19 19.4

Pegawai Swasta 5 5.1

Penjahit 3 3.1

Ibu Rumah Tangga 36 36.7

Pegawai Negeri 3 3.1

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 32.7% (32 orang), responden yang bekerja sebagai buruh sebanyak 19.4% (19 orang), responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 5.1% (5 orang), responden yang bekerja sebagai penjahit sebanyak 3.1% (3 orang), responden yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 36.7% (36 orang), sementara responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 3.1% (3 orang). Dari frekuensi data tabel diatas, mayoritas responden bekerja sebagai Ibu rumah tangga yaitu sebanyak 36 orang


(20)

dan minoritas responden bekerja sebagai penjahit dan pegawai negeri yaitu sebanyak 3 orang.

4.1.7. Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan

Pada penelitian ini, setiap responden memiliki rata-rata pendapatan per bulan yang berbeda-beda. Rata-rata pendapatan responden akan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan Frekuensi (n) Persentase (%)

≤ 1.000.000 14 14.3

1.100.000 - 2.000.000 55 56.1

2.100.000 - 3.000.000 29 29.6

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang memiliki penghasilan perbulan ≤ 1.000.000 sebanyak 14.3% (14 orang), responden yang memiliki penghasilan antara 1.100.000 - 2.00.000 sebanyak 56.1% (55 orang), dan responden yang memiliki penghasilan antara 2.100.000 - 3.000.000 sebanyak 29.6% (29 orang). Dari pemaparan data tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berpenghasilan rata-rata antara 1.100.000-2.000.000 yaitu sebanyak 55 orang dan minoritas responden berpenghasilan sebulan rata-rata ≤ 1.000.000 14 orang.


(21)

4.1.8. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Pada penelitian ini, semua responden adalah laki-laki dan perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak. Jumlah anak yang dimiliki responden dapat dilihat pada penjelasan tabel dibawah ini :

Tabel 4.8

Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah Anak Frekuensi (n) Persentase (%)

1 10 10.2

2 23 23.5

3 29 29.6

4 23 23.5

5 8 8.2

6 4 4.1

7 1 1.0

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang memiliki 1 anak 1 sebesar 10.2% (10 orang), responden yang memiliki 2 anak sebesar 23.5% (23 orang), responden yang memiliki 3 anak sebesar 29.6% (29 orang), responden yang memiliki 4 anak sebesar 23.5% (23 orang), responden yang memiliki 5 anak sebesar 8.2% (8 orang), responden yang memiliki 6 anak sebesar 4.1% (4 orang), dan responden yang memliki 7 anak sebesar 1.0% (1 orang). Dari frekuensi data tabel diatas, responden berdasarkan jumlah anak


(22)

didominasi oleh responden dengan jumlah anak 3 yaitu sebanyak 29 orang dan yang menjadi minoritas adalah responden dengan jumlah anak 1 yaitu sebanyak 1 orang.

4.2. Frekuensi Data Pernyataan Responden Terhadap Pola Asuh 4.2.1. Mengawasi Kegiatan Anak

Salah satu subindikator dari pola asuh adalah mengawasi kegiatan atau aktivitas anak. Berbagai pernyataan responden mengenai pengawasan kegiatan anak terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Mengawasi Kegiatan Anak di dalam dan di luar rumah

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 7 7.1

Jarang 18 18.4

Sangat Sering 24 24.5

Selalu 49 50.0

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang mengawasi kegiatan anak didalam dan diluar rumah terdapat 7.1% (7 orang) responden yang menyatakan tidak pernah, 18.4% (18 orang) responden yang menyatakan jarang, 24.5% (24 orang) responden yang menyatakan sangat sering, dan 50.0% (49 orang) responden yang menyatakan selalu. Tabel distribusi


(23)

frekuensi diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam mengawasi kegiatan anak didalam dan diluar rumah adalah sebanyak 49 orang yang menyatakan selalu, dan minoritas responden adalah sebanyak 7 orang yang menyatakan tidak pernah.

4.2.2. Membatasi Anak Bergaul

Dalam mengasuh anak, orangtua cenderung membatasi dengan siapa saja anak bergaul. Berbagai pernyataan responden mengenai pola asuh orangtua dalam membatasi anak bergaul dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Membatasi Anak Bergaul

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 10 10.2

Jarang 15 15.3

Sangat Sering 29 29.6

Selalu 44 44.9

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang menyatakan tidak pernah membatasi dengan siapa saja anak mereka bergaul ada sebanyak 10.2% (10 orang), yang menyatakan jarang ada sebanyak 15.3% (15 orang), yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 29.6% (29 orang), dan yang menyatakan selalu ada sebanyak 44.9% (44 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu


(24)

membatasi dengan siapa saja anak mereka bergaul yaitu 44 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah membatasi dengan siapa anak mereka bergaul yaitu 10 orang.

4.2.3. Memberikan Kebebasan

Gaya pengasuhan orangtua juga meliputi pemberian kebebasan pada anak untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Pernyataan responden mengenai pemberian kebebasan pada anak dapat dilihat pada data tabel dibawah ini :

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberikan Kebebasan pada Anak

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 10 10.2

Jarang 16 16.3

Sangat Sering 27 27.6

Selalu 45 45.9

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data distribusi tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang memberikan kebebasan pada anak dalam melakukan apa saja yang mereka inginkan menyatakan tidak pernah sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan jarang sebanyak 16.3% (16 orang), responden yang menyatakan sangat sering sebanyak 27.6% (27 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 45.9% (45 orang). Dari data tabel frekuensi


(25)

diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan kebebasan pada anak yaitu sebanyak 45 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 10 orang.

4.2.4. Memaksa Anak Mentaati Perintah dan Keputusan

Di dalam keluarga, seorang anak dianggap belum cukup dewasa dalam mengambil sebuah keputusan dan melakukan apa yang baik dan benar, sehingga orangtua turut memberikan sebuah arahan, instruksi, nasehat maupun peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh anak. Tabel dibawah ini akan memaparkan perbedaan sikap orangtua dalam memaksa anak mentaati perintah dan keputusan mereka sebagai berikut :

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memaksa Anak Mentaati Perintah dan Keputusan

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 10 10.2

Jarang 18 18.4

Sangat Sering 29 29.6

Selalu 41 41.8

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data frekuensi tabel diatas, dapat terlihat bahwa responden yang memaksa anak untuk mentaati perintah dan keputusan menyatakan tidak pernah sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan jarang ada


(26)

sebanyak 18.4% (18 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 29.6% (29 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 41.8% (41 orang). Dari data distribusi tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas responden menyatakan selalu yaitu sebanyak 41 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 10 orang.

4.2.5. Memberi Hukuman

Biasanya sanksi yang diberikan oleh orangtua dalam mengasuh anak yang telah melakukan kesalahan yaitu dengan memberikan hukuman yang sesuai atau yang sudah disepakati bersama di rumah. Untuk mengetahui pernyataan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberikan Hukuman Kepada Anak Apabila Melakukan Kesalahan

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 12 12.2

Jarang 19 19.4

Sangat Sering 25 25.5

Selalu 42 42.9

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat perbedaan pernyataan responden mengenai memberikan hukuman kepada anak apabila anak melakukan kesalahan yaitu responden yang menyatakan tidak pernah sebanyak 12.2% (12 orang), yang menyatakan jarang sebanyak 19.4% (19 orang), yang menyatakan


(27)

sangat sering 25.5% (25 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 42.9% (42 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan hukuman kepada anak apabila melakukan kesalahan, yaitu sebanyak 42 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah ada sebanyak 12 orang.

4.2.6. Memberikan Pertimbangan Pada Setiap Keputusan Anak

Dalam mengasuh, orangtua mengawasi apapun setiap keputusan yang diambil oleh anak untuk menghindari hal negatif yang nantinya akan dialami anak. Dalam hal ini orangtua menganggap mereka lebih mengerti keputusan apa yang seharusnya dan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak. Pernyataan mengenai pemberian pertimbangan atas setiap keputusan yang diambil oleh anak dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.14

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberikan Pertimbangan atas Setiap Keputusan Anak

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 26 26.5

Jarang 14 14.3

Sangat Sering 10 10.2

Selalu 48 49.0

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa setiap responden memiliki pernyataan yang berbeda dalam mengasuh anak mengenai memberikan


(28)

pertimbangan pada setiap keputusan yang diambil oleh anak, yaitu ada sebanyak 26.5% (26 orang) responden yang menyatakan tidak pernah, ada sebanyak 14.3% (14 orang) responden yang menyatakan jarang, ada sebanyak 10.2% (10 orang) responden yang menyatakan sangat sering, dan ada sebanyak 49.0% (48 orang) responden yang menyatakan selalu. Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan pertimbangan pada setiap keputusan yang diambil oleh anak yaitu sebanyak 48 orang dan minoritas responden menyatakan sangat sering yaitu sebanyak 10 orang.

4.2.7. Memberi Dorongan Rajin Belajar

Memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar adalah tugas orangtua dalam mendidik anak menjadi anak yang berprestasi. Dukungan orangtualah yang memotivasi anak semakin giat belajar. Adapun berbagai pernyataan responden akan ditunjukkan pada tabel dibawah ini :


(29)

Tabel 4.15

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberi Dorongan Rajin Belajar

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 4 4.1

Jarang 4 4.1

Sangat Sering 37 37.8

Selalu 53 54.1

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai pernyataan responden dalam memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar, yaitu responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 4.1% (4 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 4.1% (4 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 37.8% (37 orang), dan yang menyatakan selalu ada sebanyak 54.1% (53 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat terlihat bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan dorongan kepada anak untuk rajin belajar, yaitu sebanyak 53 orang dan minoritas respoden menyatakan tidak pernah dan jarang, yaitu masing-masing sama-sama sebanyak 4 orang.

4.2.8. Memberi Kebebasan Pada Anak Untuk Mengemukakan Pendapat Seorang anak pasti pernah memiliki sebuah pendapat mengenai apa yang dia lihat dan dia alami. Namun pendapat seorang anak terkadang dibatasi oleh


(30)

sikap orangtua yang tidak memberi kebebasan pada anak untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya. Oleh karena itu, pernyataan orangtua mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.16

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberikan Kebebasan Kepada Anak Untuk Mengemukakan Pendapat

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 20 20.4

Jarang 19 19.4

Sangat Sering 10 10.2

Selalu 49 50.0

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa frekuensi responden yang menyatakan tidak pernah memberikan kebebasan pada anak untuk berpendapat sebesar 20.4% (20 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebesar 19.4% (19 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebesar 10.2% (10 orang), dan yang menyatakan selalu ada sebesar 50.0% (49 orang). Maka, dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat di rumah yaitu sebesar 49 orang dan minoritas responden menyatakan sangat sering yaitu sebesar 10 orang.


(31)

4.2.9. Memberi Penghargaan Atas Nilai Yang Di Peroleh Anak

Dari data tabel dibawah ini akan terlihat bagaimana setiap responden memperlakukan anak mereka jika si anak mendapatkan pujian dari guru atau mendapatkan nilai yang memuaskan di sekolah. Adapun berbagai pernyataan responden yaitu :

Tabel 4.17

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberi Penghargaan atas nilai yang didapat anak

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 25 25.5

Jarang 23 23.5

Sangat Sering 11 11.2

Selalu 39 39.8

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, distribusi frekuensi responden pada pernyataan memberikan penghargaan pada anak apabila mendapat pujian atau nilai yang memuaskan adalah yang menyatakan tidak pernah sejumlah 25.5% (25 orang), responden yang menyatakan jarang sejumlah 23.5% (23 orang), responden yang menyatakan sangat sering sejumlah 11.2% (11 orang), dan responden yang menyatakan selalu sejumlah 39.8% (39 orang). Maka, dapat disimpulkan dari data tabel frekuensi ini bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan penghargaan yaitu sejumlah 39 orang dan minoritas responden menyatakan sangat sering yaitu sejumlah 11 orang.


(32)

4.2.10. Memarahi Anak Apabila Terlambat Pulang

Seorang anak pasti memiliki berbagai aktivitas didalam maupun diluar rumah. Seperti memiliki les tambahan, bermain dengan teman-teman, dan berbagai aktivitas lainnya. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa anak pulang telat ke rumah. Orangtua akan cenderung menyikapi keterlambatan anak pulang ke rumah dengan memarahinya.. berbagai pernyataan responden mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4.18

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memarahi Anak Apabila Terlambat Pulang Ke Rumah

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 11 11.2

Jarang 10 10.2

Sangat Sering 29 29.6

Selalu 48 49.0

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, setiap responden memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menyikapi keterlambatan anak pulang ke rumah. Responden yang menyatakan tidak pernah memarahi anak ada sebanyak 11.2% (11 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 29.6% (29 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 49.0% (48 orang). Maka, dari data distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden


(33)

menyatakan selalu memarahi anak apabila terlambat pulang yaitu sebanyak 48 orang dan minoritas responden menyatakan jarang yaitu sebanyak 10 orang.

4.2.11. Memukul Anak Bila Melakukan Kesalahan

Distribusi frekuensi pernyataan responden mengenai akan memukul anak apabila anak melakukan kesalahan dapat dilihat pada data tabel dibawah ini :

Tabel 4.19

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memukul Anak Bila Anak Melakukan Kesalahan

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 25 25.5

Jarang 17 17.3

Sangat Sering 11 11.2

Selalu 45 45.9

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai orangtua memukul anak apabila anak melakukan kesalahan, yaitu responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 25.5% (25 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 17.3% (17 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 11.2% (11 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 45.9% (45 orang). Dari distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memukul anak bila melakukan kesalahan yaitu sebanyak 45 orang dan minoritas responden menyatakan sangat sering yaitu sebanyak 11 orang.


(34)

4.2.12. Menghukum Anak Bila Mendapat Nilai Rendah

Nilai yang didapat oleh anak bisa berbeda-beda dalam setiap pembagian hasil ujian. Hal ini dikarenakan proses belajar anak atau bagaimana anak menangkap pelajaran yang diajarkan disekolah, apakah anak dapat menyelesaikan ujian dengan baik atau tidak. Nilai yang tinggi atau rendah yang diperoleh oleh anak otomatis akan menimbulkan reaksi pada orangtua. Berbagai pernyataan responden mengenai menghukum anak apabila anak mendapatkan nilai yang rendah di kelas dapat dilihat pada data tabel dibawah ini :

Tabel 4.20

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Menghukum Anak Apabila Anak Mendapat Nilai Yang Rendah Di Kelas

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 10 10.2

Jarang 25 25.5

Sangat Sering 20 20.4

Selalu 43 43.9

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan berbagai pernyataan responden mengenai menghukum anak apabila mendapat nilai rendah dikelas, yaitu responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 25.5% (25 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 20.4% (20 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 43.9% (43 orang). Dari distribusi frekuensi


(35)

diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu yaitu sebanyak 43 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 10 orang.

4.2.13. Saling Memberitahu Masalah Yang Dialami

Orangtua selalu memiliki masalah internal maupun eksternal. Seperti masalah ekonomi, masalah rumahtangga, di tempat kerja, dan sebagainya. Begitu juga dengan seorang anak. Anak juga tidak luput dari yang namanya masalah pribadi. Dalam data frekuensi tabel dibawah ini akan diketahui apakah jika memiliki masalah responden akan memberitahukannya kepada anak, dan apakah sebaliknya anak juga memberitahu masalahnya kepada orangtua mereka. Artinya, apakah orangtua dan anak saling terbuka. Hasil pernyataan mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.21

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Saling Memberitahu Masalah Yang Dialami

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 8 8.2

Jarang 16 16.3

Sangat Sering 28 28.6

Selalu 46 46.9

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan apakah responden memberitahukan masalahnya kepada anaknya dan apakah begitu juga sebaliknya.


(36)

Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 8.2% (8 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 16.3% (16 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 28.6% (28 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 46.9% (46 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat disimpukan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu sebanyak 46 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah sebanyak 8 orang.

4.2.14. Peduli Terhadap Perkembangan Pendidikan Anak

Mengenai pernyataan responden tentang kepedulian seputar perkembangan pendidikan anak, dapat dilihat pada data tabel yang disajikan dibawah ini :

Tabel 4.22

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Kepedulian Terhadap Perkembangan Anak Seputar Pendidikannya

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 6 6.1

Jarang 13 13.3

Sangat Sering 26 26.5

Selalu 53 54.1

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai kepedulian terhadap perkembangan pendidikan anak. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 6.1% (6 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 13.3% (13 orang), responden yang menyatakan


(37)

sangat sering ada sebanyak 26.5% (26 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 54.1% (53 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu peduli terhadap perkembangn pendidikan anak sebanyak 53 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah sebanyak 6 orang.

4.2.15. Mau Mendengar Kesulitan Anak

Peran lain orangtua juga sebagai orang terdekat dalam lingkungan keluarga adalah mendengar setiap kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak. Adapun pernyataan responden mengenai mau mendengarkan kesulitan anak dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.23

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Mau Mendengar Kesulitan Anak

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 5 5.1

Jarang 8 8.2

Sangat Sering 30 30.6

Selalu 55 56.1

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai responden mau mendengar kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak, yaitu responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 5.1% (5 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 8.2% (8 orang), responden yang menyatakan


(38)

sangat sering ada sebanyak 30.6% (30 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 56.1% (55 orang). Maka, dapat disimpulkan mayoritas responden menyatakan selalu sebanyak 55 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah sebanyak 5 orang.

4.2.16. Menerapkan Kebiasaan Orangtua Dulu Dalam Mendidik

Sebagian besar pada umumnya orangtua dalam mendidik anaknya lebih banyak meniru model atau gaya pengasuhan yang diterimanya dari kecil oleh orangtuanya dulu. Adapun berbagai pernyataan responden mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.24

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Menerapkan Kebiasaan Orangtua Dulu Dalam Mendidik Anak

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 17 17.3

Jarang 19 19.4

Sangat Sering 12 12.2

Selalu 50 51.0

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang menyatakan tidak pernah menerapkan kebiasaan orangtua mereka dalam mendidik anaknya ada sebanyak 17.3% (17 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 19.4% (19 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 12.2% (12 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak


(39)

51.0% (50 orang). Dari distribusi frekuensi data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu yaitu sebanyak 50 orang dan minoritas responden menyatakan sangat sering yaitu sebanyak 12 orang.

4.2.17. Mempunyai Waktu Luang Sepulang Kerja

Salah satu subindikator motivasi adalah apakah orangtua menyediakan waktu luang mereka sepulang bekerja untuk dapat berkomunikasi dengan anak, saling bercerita ataupun bertukar pikiran. Pernyataan responden mengenai waktu luang mereka akan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.25

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Mempunyai Waktu Luang Dengan Anak Sepulang Bekerja

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 5 5.1

Jarang 13 13.3

Sangat Sering 30 30.6

Selalu 50 51.0

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai responden yang mempunyai waktu luang untuk anak. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 5.1% (5 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 13.3% (13 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 30.6% (30 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 50.1% (50 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas


(40)

responden menyatakan mereka selalu mempunyai waktu luang dengan anak mereka sepulang bekerja yaitu sebanyak 50 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 5 orang.

4.2.18. Mengutamakan Kebutuhan Sekolah Anak

Dari data tabel dibawah ini akan dipaparkan apakah penghasilan responden digunakan untuk mengutamakan kebutuhan sekolah anak atau tidak. Hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.26

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Mengutamakan Kebutuhan Sekolah Anak

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 4 4.1

Jarang 9 9.2

Sangat Sering 24 24.5

Selalu 61 62.2

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang mengutamakan kebutuhan sekolah anak memiliki berbagai pernyataan yang berbeda-beda. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 4.1% (4 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 9.2% (9 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 24.5% (24 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 62.2% (61 orang). Maka, dapat disimpulkan dari data diatas bahwa mayoritas responden menyatakan selalu yaitu


(41)

sebanyak 61 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 4 orang.

4.2.19. Menyesuaikan Cara Mendidik Anak Dengan Lingkungan Tempat Tinggal

Salah satu faktor eksternal pola asuh yang dimiliki orangtua adalah lingkungan tempat tinggal. Tidak jarang orangtua akan menyesuaikan cara mendidik anak mereka sama seperti kebiasaan para orangtua di lingkungan tempat tinggal tersebut, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.27

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Menyesuaikan Cara Mendidik Anak Dengan Lingkungan Tempat Tinggal

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 10 10.2

Jarang 17 17.3

Sangat Sering 24 24.5

Selalu 47 48.0

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 17.3% (17 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 24.5% (24 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 48.0% (47 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu menyesuaikan cara


(42)

mendidik anak dengan kebiasaan orangtua di lingkungan tempat tinggal yaitu sebanyak 47 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 10 orang.

4.3. Frekuensi Data Pernyataan Responden Terhadap Prestasi Belajar Anak 4.3.1. Anak Memiliki Nilai Di Atas Rata-rata

Pola asuh orangtua yang diterima anak akan turut mempengaruhi nilai pendidikannya di sekolah. Motivasi belajar anak yang tinggi akan meningkatkan hasil belajar anak, begitu juga sebaliknya. Korelasi antara pola asuh dengan nilai pendidikan yang diperoleh anak dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.28

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Memiliki Nilai Di Atas Rata-rata

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 5 5.1

Jarang 8 8.2

Sangat Sering 28 28.6

Selalu 57 58.2

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai apakah anak memiliki nilai diatas rata-rata. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 5.1% (5 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 8.2% (8 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 28.6% (28


(43)

orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 58.2% (57 orang). Dari distribusi frekuensi diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan anaknya selalu memiliki nilai diatas rata-rata yaitu sebanyak 57 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 5 orang.

4.3.2. Anak Pernah Mengikuti Kegiatan Olimpiade

Intelegensi dari seorang anak dapat dilihat apabila dia dipilih dan dipercayakan oleh pihak sekolah untuk mengikuti kegiatan olimpiade. Intelegensi seorang anak bisa berkembang apabila orangtua tetap mendukung proses belajar anak didalam dan diluar rumah. Korelasi antara pola asuh dengan anak yang mengikuti kegiatan olimpiade dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.29

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Pernah Mengikuti Kegiatan Olimpiade

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 48 49.0

Jarang 20 20.4

Sangat Sering 19 19.4

Selalu 11 11.2

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai apakah anak pernah mengikuti kegiatan olimpiade. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 49.0% (48 orang), responden yang


(44)

menyatakan jarang ada sebanyak 20.4% (20 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 19.4% (19 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 11.2% (11 orang). Dari distribusi frekuensi diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 48 orang dan minoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 11 orang.

4.3.3. Anak Naik Kelas Setiap Tahun

Dari hasil data distribusi frekuensi dibawah ini dapat dilihat apakah anak setiap tahun naik kelas. Pernyataan responden sebagai berikut :

Tabel 4.30

Distribusi Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Naik Kelas Setiap Tahun

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 1 1.0

Jarang 8 8.2

Sangat Sering 21 21.4

Selalu 68 69.4

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai apakah anak naik kelas setiap tahun. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 1.0% (1 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 8.2% (8 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 21.4% (21 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 69.4%


(45)

(68 orang). Dari distribusi frekuensi diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 68 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 1 orang.

4.3.4. Anak Aktif Mengikuti Kegiatan Proses Belajar-Mengajar

Anak yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar akan semangat mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar di sekolah setiap hari. Sebaliknya, anak yang memiliki motivasi yang rendah akan memiliki semangat yang rendahjuga untuk pergi ke sekolah mengikuti kegiatan belajar dan mengajar. Pernyataan responden mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4.31

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Aktif Mengikuti Kegiatan Proses Belajar-Mengajar Di Sekolah

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 2 2.0

Jarang 9 9.2

Sangat Sering 17 17.3

Selalu 70 71.4

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai keaktifan anak mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar di kelas. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 2.0% (2 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 9.2% (9 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 17.3% (17 orang), dan responden yang menyatakan


(46)

selalu ada sebanyak 71.4% (70 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat dipaparkan bahwa mayoritas responden ialah responden yang anaknya selalu aktif mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar dikelas dengan jumlah 70 orang dan minoritas responden adalah responden yang anaknya tidak pernah mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar dikelas dengan jumlah 2 orang.

4.3.5. Anak Aktif Mengikuti Kegiatan Osis

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat apakah anak aktif mengikuti kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Biasanya anak yang masuk menjadi pengurus Osis adalah anak yang aktif di dalam organisasi, berbakat, cerdas, dan berprestasi.

Tabel 4.32

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Aktif Mengikuti Kegiatan OSIS

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 56 57.1

Jarang 12 12.2

Sangat Sering 14 14.3

Selalu 16 16.3

Total 98 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai keaktifan anak mengikuti kegiatan OSIS di sekolah. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 57.1% (56 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 12.2% (12 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 143%


(47)

(14 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 16.3% (16 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat dipaparkan bahwa mayoritas responden ialah responden yang anaknya tidak pernah aktif mengikuti kegiatan OSIS di sekolah dengan jumlah 56 orang orang dan minoritas responden adalah responden yang anaknya jarang mengikuti kegiatan OSIS di sekolah dengan jumlah 12 orang.

4.3.6. Anak Aktif Bertanya Di Dalam Kelas

Anak yang memiliki motivasi yang tinggi akan selalu antusias dalam setiap pelajaran yang diikutinya. Apabila seorang anak kurang mengerti atau ingin tau lebih banyak mengenai suatu pelajaran dari gurunya, maka ia tidak akan takut atau segan bertanya pada guru di dalam kelas untuk menambah pengetahuannya. Pola asuh orangtua akan menentukan apakah seorang anak mudah terbuka dan memiliki sifat keingintahuan yang tinggi atau tidak. Korelasi ini dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4.33

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Aktif Bertanya Di Dalam Kelas

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 7 7.1

Jarang 22 22.4

Sangat Sering 26 26.5

Selalu 43 43.9

Total 98 100


(48)

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai keaktifan anak bertanya pada guru di kelas. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 7.1% (7 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 22.4% (22 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 26% (26.5 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 43.9% (43 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat dipaparkan bahwa mayoritas responden ialah responden yang anaknya selalu aktif bertanya di kelas dengan jumlah 43 orang dan minoritas responden adalah responden yang anaknya tidak pernah bertanya di kelas dengan jumlah 7 orang.

4.3.7. Anak Berani Tampil Di Depan Kelas

Orangtua yang selalu mendukung, memotivasi dan memberikan pujian serta penghargaan akan menciptakan seorang anak yang terbuka, energik, dan percaya diri, begitu juga sebaliknya. Pernyataan responden mengenai anak yang berani tampil di depan kelas akan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.34

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Berani Tampil Di Depan Kelas

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 7 7.1

Jarang 10 10.2

Sangat Sering 26 26.5

Selalu 55 56.1

Total 98 100


(49)

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai apakah anak mereka berani tampil di depan kelas kelas. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 7.1% (7 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 26.5% (26 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 56.1% (55 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 55 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah7 orang.

4.3.8. Nilai Raport Anak Memuaskan

Bagaimana pola asuh orangtua sangat mempengaruhi proses belajar anak dan hasilnya. Apakah orangtua yang peduli terhadap perkembangan prestasi anak dan memberikan penghargaan dan terbuka dengan anak akan menghasilkan anak yang berprestasi, dan sebaliknya. Pernyataan responden mengenai apakah anak mendapatkan nilai raport yang memuaskan dapat dilihat pada dibawah ini:

Tabel 4.35

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Nilai Raport Anak Memuaskan

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 8 8.2

Jarang 11 11.2

Sangat Sering 27 27.6

Selalu 52 53.1

Total 98 100


(50)

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai apakah nilai raport yang diperoleh anak memuaskan. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 8.2% (8 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 11.2% (11 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 27.6% (27 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 53.1% (52 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan anak mereka selalu mendapat nilai raport yang memuaskan dengan jumlah 52 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 8 orang.

4.3.9. Anak Mendapat Peringkat Di Kelas

Bentuk dari prestasi belajar anak dapat dilihat dari hasil indeks prestasi anak disekolah. Adanya hubungan pola asuh dengan prestasi belajar seorang anak mengenai apakah anak mendapat peringkat di kelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.36

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Mendapat Peringkat Di Kelas

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 31 31.6

Jarang 31 31.6

Sangat Sering 15 15.3

Selalu 21 21.4

Total 98 100


(51)

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai apakah anak mendapat peringkat di kelas. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 31.6% (31 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 31.6% (31 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 15.3% (15 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 21.4% (21 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan anak mereka tidak pernah dan jarang mendapat peringkat di kelas dengan jumlah masing-masing 31 orang dan minoritas responden menyatakan anak mereka sangat sering mendapat peringkat di kelas dengan jumlah 15 orang.

4.3.10. Anak Mendapat Pujian Dari Guru

Pernyataan responden mengenai apakah anak mereka mendapat pujian dari gurunya atas apa yang mereka kerjakan di kelas dan nilai yang mereka peroleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.37

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Mendapat Pujian Dari Guru

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 20 20.4

Jarang 28 28.6

Sangat Sering 17 17.3

Selalu 33 33.7

Total 98 100


(52)

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai apakah anak mendapat pujian dari guru. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 20.4% (20 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 28.6% (28 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 17.3% (17 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 33.7% (33 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan anak selalu mendapat pujian oleh gurunya dengan jumlah 33 orang dan minoritas responden menyatakan anak mereka sangat sering mendapat pujian oleh gurunya dengan jumlah 17 orang.

4.3.11. Anak Mendapat Beasiswa Berprestasi

Bentuk penghargaan berupa beasiswa berprestasi yang diberikan pihak sekolah oleh anak yang berprestasi merupakan salah satu indikator prestasi belajar anak. Pernyataan responden mengenai apakah anak mendapat beasiswa berprestasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.38

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Mendapat Beasiswa Berprestasi

Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 64 65.3

Jarang 14 14.3

Sangat Sering 9 9.2

Selalu 11 11.2

Total 98 100


(53)

Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai apakah anak mendapat beasiswa berprestasi. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 65.3% (64 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 14.3% (14 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 9.2% (9 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 11.2% (11 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa anak mereka tidak pernah mendapat beasiswa berprestasi dengan jumlah 64 orang dan minoritas responden menyatakan anak mereka sangat sering mendapat beasiswa berprestasi dengan jumlah 9 orang.

4.4. Analisis Data 4.4.1. Uji Validitas

Validitas instrument berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan fungsi alat ukur yang digunakannya. Sebelum instrument digunakan di lapangan perlu adanya pengujian validitas terhadap instrumen tersebut. Uji validitas adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak. Kuesioner dikatakan valid apabila mempersentasikan atau mengukur apa yang hendak diukur (variabel penelitian). Validitas juga dapat dikatakan sebagai ukuran yang menunjukkan kevalidan dari suatu instrumen yang telah ditetapkan.

Kuesioner yang valid harus mempunyai validitas yang internal dan eksternal. Validitas internal atau rasional, bila ada dalam kuesioner secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang telah diukur, sedangkan validitas eksternal


(54)

bila kriteria yang ada dalam kuesioner disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada (eksternal). Validitas internal kuesioner harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Validitas konstruk adalah kerangka dari suatu konsep yang dapat dicari melalui defenisi konsep.

Setelah pengujian konstruk selesai, selanjutnya dengan meneruskan validitas yang sudah valid. Validitas eksternak dilakukan dengan cara mengkorelasikan data antara yang telah ada antar variabel atau dengan uji realibilitas pada program SPSS. Karena penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS, maka peneliti menggunakan validitas dengan uji realibilitas.

4.4.2. Uji Realibitas

Realibilitas menyangkut masalah ketepatan alat ukur. Ketepatan ini dapat diukur dengan analisa statistik untuk mengetahui kesalahan ukur. Realibilitas akan lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan aspek pemantapan, ketepatan dan homogenitas. Suatu alat ukur dianggap reliabel apabila instrumen tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur data penelitian. Dengan kata lain realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu saat alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat pengukur tersebut reliabel. Realibilitas tes adalah tingkat konsistensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif tidak berubah walaupun di tes pada situasi yang berbeda-beda. Realibilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten


(55)

sasaran yang diukur. Realibilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti realibilitas tinggi.

Penelitian uji realibilitas dilakukan dengan rumus Croanbach’s Alpha. Namun dalam peneliltian ini dilakukan dengan program SPSS maka ketentuannya adalah apabila nilai Croanbach’s Alpha kurang dari 0,2423 berarti buruk, 0,300 diterima dan lebih dari atau sama dengan 0,400 adalah baik. Adapun hasil realibiltas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.39 Hasil Uji Realibilitas

No Variabel r

-hitung

realibilitas r

-tabel

Kesimpulan 1

2

Pola Asuh (X) Prestasi Belajar (Y)

0.511 0.527

0.5 0.5

Diterima/Realibel Diterima/Realibel Sumber: Data Primer Diolah, 2016

Tabel 4.39 diatas menunjukkan realibilitas dari kuesioner dengan melihat nilai Croanbach’s Alpha dari setiap butir pertanyaan per variabel. Nilai croanbach’s alpha variabel pola asuh (X) sebesar 0,511 yang menunjukkan bahwa keseluruhan butir pertanyaan pada variabel tersebut realibel karena nilai 0.511 lebih besar dari nilai standarnya yaitu 0,5. Jumlah pertanyaan (N) sebesar 19. Untuk pertanyaan yang ada pada variabel prestasi belajar (Y) sebesar 0,527 yang menunjukkan bahwa keseluruhan butir pertanyaan pada variabel tersebut realibel karena ≥ 0,5 dengan jumlah pertanyaan 11.


(56)

4.4.3. Korelasi

Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh dengan prestasi belajar anak dapat dilakukan dengan analisis data menggunakan uji korelasi Spearman dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.40 dibawah menjelaskan mengenai kekuatan hubungan antara variabel X (pola asuh) dengan variabel Y (prestasi belajar). Dari tabel tersebut dapat dilihat angka koefisien korelasi terdapat antara 0,237* dan -0,210*.

Tabel 4.40

Uji Korelasi Indikator dari Variabel Penelitian

Prestasi Belajar

Model Pola Asuh

Correlation Coefficient 0.235*

Sig. (2-tailed) 0,020

N 98

Intensitas Interaksi

Correlation Coefficient -0,210*

Sig. (2-tailed) 0,038

N 98

Persepsi Tentang Nilai Anak

Correlation Coefficient 0,237*

Sig. (2-tailed) 0,019

N 98

Tabel 4.40 diatas menjelaskan mengenai hubungan dari kedua variabel berdasarkan setiap indikatornya. Berdasarkan dari variabel X yaitu dengan indikator model pola asuh yang dikorelasikan dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar memiliki hubungan yang bernilai 0,235* yang menunjukkan hubungan antara keduanya sangat lemah karena mendekati angka koefisien korelasi 0. Tanda satu bintang (*) artinya korelasi signifikan pada angka


(57)

signifikansi sebesar 0,05. Angka signifikan dari kedua variabel yaitu sebesar 0,020 < 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel searah dan bernilai positif yang menunjukkan kedua variabel mempunyai hubungan yang searah. Hubungan antara kedua variabel X dengan indikator model pola asuh dan variabel Y dengan indikator prestasi belajar yaitu sangat lemah dan searah.

Uji korelasi berikutnya dilakukan terhadap variabel X yaitu dengan indikator intensitas interaksi yang dikorelasikan dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar memiliki hubungan yang bernilai -2,10* yang menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya lemah karena lebih kecil dari 0. Nilai signifikansi dari kedua variabel yaitu sebesar 0,038 < 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel bernilai positif yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tidak searah. Hubungan antara kedua variabel X dengan indikator intensitas interaksi dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar yaitu lemah dan tidak searah.

Uji korelasi selanjutnya adalah uji terhadap variabel X yaitu dengan indikator persepsi tentang nilai anak yang dikorelasikan dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar memiliki hubungan yang bernilai 0,237* yang menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel sangat lemah karena mendekati 0. Nilai signifikansi dari dari kedua variabel yaitu sebesar 0,019 < 0,05 yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel searah. Hubungan antara kedua variabel X dengan indikator Persepsi tentang Nilai Anak dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar yaitu sangat lemah dan searah.

Hasil analisis yang telah dipaparkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa korelasi antara variabel pola asuh dan variabel prestasi belajar sangat


(58)

lemah, searah, dan signifikan. Dengan kata lain, jika pola asuh semakin meningkat maka prestasi belajar anak juga meningkat. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa Ha diterima yaitu terdapat hubungan pola asuh dengan prestasi belajar anak.

4.5. Pembahasan 4.5.1. Pola Asuh

Pengasuhan atau sering disebut dengan pola asuh berarti bagaimana orangtua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya. Pola asuh atau gaya pengasuhan orangtua adalah cara-cara orangtua berinteraksi secara umum dengan anaknya, dalam hal ini cara yang dilakukan yaitu dengan cara : Pola asuh otoriter, permisif, dan demokrasi. Pola asuh pada penelitian ini dijelaskan dalam 3 indikator yaitu model pengasuhan anak, frekuensi intensitas interaksi, dan persepsi tentang nilai anak.

Model pengasuhan anak yaitu bagaimana orangtua menerapkan pola asuh terhadap anaknya sebagai sebuah peraturan yang dijadikan pedoman bagi anak. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap keluarga berbeda-beda. Dari beberapa pertanyaan yang ada dalam kuesioner, peneliti menanyakan bagaimana model pengasuhan oleh keluarga di Sei Mati. Pertanyaan ini diharapkan dapat melengkapi variabel pola asuh dari responden. Diperoleh data bahwa model pengasuhan anak yaitu memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar dengan jumlah yang paling banyak adalah responden selalu memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar yaitu 53 orang. Responden yang lainnya menyatakan


(59)

bahwa mereka sangat sering memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar sebanyak 37 orang. Responden yang paling sedikit adalah yang menyatakan tidak pernah dan jarang memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar yaitu dengan jumlah 4 orang. Dari pertanyaan yang mewakili model pengasuhan anak ini dapat dilihat bahwa mayoritas responden selalu memberi dorongan pada anak untuk rajin belajar. Selain itu, model pengasuhan anak juga dapat dilihat dari data yang diperoleh mengenai apakah responden memberikan penghargaan kepada anak apabila anak meraih nilai yang memuaskan di sekolah. Mayoritas responden selalu memberikan penghargaan pada anak apabila anak mereka berprestasi dengan jumlah 39 orang, responden lain menyatakan tidak pernah sebanyak 25 orang, responden yang menyatakan jarang sebanyak 23 orang, dan minoritas responden menyakan sangat sering sebanyak 11 orang.

Indikator lainnya yang menunjukkan pola asuh dari orangtua adalah frekuensi intensitas interaksi orangtua dengan anak. Intensitas interaksi orangtua dengan anak dapat dilihat dari pola komunikasi yang terjadi apakah searah atau dua arah dan seberapa tinggikah frekuensi intesitas komunikasi yang terjadi antara orangtua dengan anak sehari-harinya. Pendapat responden mengenai intensitas interaksi terhadap dapat dilihat dari pertanyaan apakah responden terbuka kepada anak apabila memiliki masalah dan sebaliknya apakah anak juga terbuka kepada orangtua apabila mereka memiliki masalah. Dari data yang diperoleh, mayoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 46 orang, responden lain menyatakan sangat sering dengan jumlah 28 orang, responden yang menyatakan jarang dengan jumlah 16 orang, dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 8 orang. Pertanyaan lain yang mewakili indikator intensitas


(60)

interaksi terhadap anak adalah apakah orangtua mau memiliki waktu luang untuk anak sepulang bekerja. Mayoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 50 orang, responden lain menyatakan sangat sering dengan jumlah 30 orang, responden yang menyatakan jarang dengan jumlah 13 orang, dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 5 orang.

Model pengasuhan anak juga dapat dilihat dari persepsi orangtua tentang nilai anak. Defenisi nilai anak yang dipersepsikan oleh setiap orangtua berbeda-beda. Nilai anak dapat dilihat dari bagaimana mereka memberi dukungan kepada anak untuk rajin belajar sebagai fungsi keluarga dari fungsi pendidikan dan apakah mereka menganggap anak adalah investasi masa depan. Indikator mengenai persepsi tentang nilai anak ini diwakili oleh pertanyaan apakah responden mengutamakan kebutuhan sekolah anak. Apabila orangtua menganggap bahwa pendidikan anak itu penting untuk bekalnya kelak di masa depan, maka orangtua pasti selalu mengutamakan kebutuhan sekolah anak dengan cara mengusahakannya. Dari data yang diperoleh, mayoritas responden menyatakan selalu mengutamakan kebutuhan sekolah anak dengan jumlah 60 orang, responden lain menyatakan sangat sering dengan jumlah 24 orang, responden yang menyatakan jarang dengan jumlah 9 orang, dan minoritas responden menyatakan tidak pernah mengutamakan kebutuhan sekolah anak dengan jumlah 4 orang.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pola asuh yang dimiliki orangtua adalah pola asuh yang bersifat demokratis, yaitu selalu memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak untuk bermotivasi tinggi dalam mencapai prestasi dengan selalu mengusahakan kebutuhan sekolah anak, memberi dorongan


(1)

9. Sahabat saya Bale Laura Apriani Sirait yang selalu memberikan dorongan dan semangat serta menjadi tempat curhat untuk setiap masalah dan kesulitan saya, you are still the one and only my beloved bestfriend. Semoga mimpi kita semakin dekat dan menjadi nyata ya Le. Terimakasih sudah menjadi sahabat yang tidak pernah lelah mencintai kelebihan bahkan kekurangan saya.

10.Reyncs yang sudah menjadi sahabat saya selama 13 tahun ini, Chatrine, Eva, Yohana, Nia, dan Roma terimakasih buat doanya, saya bersyukur bisa mengenal kalian. Semoga kita semua bisa mewujudkan cita-cita kita dan sukses berkarir.

11.Yohanna Missi Ina Purba, bersyukur bisa mengenalmu nak. Terimakasih buat dukungan dan tidak pernah berhenti menanyakan perkembangan skripsi saya serta selalu mendoakan saya. Tempat curhat yang paling baik dan selalu menyempatkan waktu untuk sekedar mendengar setiap keluhan saya dan memberikan semangat. I’m gonna miss you nak.

12.Sahabat semasa kuliah Silvi, Emil, Andriani, Angel yang bisa diajak susah dan senang kapan saja dan puji Tuhan tidak pernah berantem sekalipun. Saya berharap kita tidak pernah berubah dan tetap menjadi sahabat yang pernah ku kenal. Terimakasih sudah menjadi bagian hidupku selama kita menjadi mahasiswa di Sosiologi.

13.Teman-teman seperjuangan, yaitu Wawan, Wahyudi, Samuel, Jhon, Viktor, Erawati, Repita, Maiusna, Ega, Ismi, Ernita, Dewi, Indah, Nahotmaasi, Carlina, Siska, Elo, dan teman lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu.


(2)

14.Gomal dan Devi, terimakasih sudah bersedia memberikan waktu luangnya untuk memberikan masukan dan ide dalam pengerjaan skripsi saya. Semoga kebaikan kalian menjadi berkat.

15.Kak Siska sebagai kakak rohani saya yang selalu memberikan dukungan, perhatian, serta doa-doanya. Terimakasih sudah mengajari aku banyak hal, pengertian dan penuh kasih. You are one of my role model.

16.Yang saya kasihi, Dian Rajagukguk yang menjadi penyemangat dalam penulisan skripsi saya, selalu bersedia mendengarkan keluhan serta memberikan dukungan. Terimakasih sudah menjadi bagian dalam hidup saya selama ini. Semoga rezekinya lancar dan semua impian kita tercapai. 17.Kakak satu kost, Eleonora Limbong dan Chery Pasaribu yang sudah

beberapa tahun belakangan ini menjadi teman seperjuangan menghadapi semua keluh kesah dan kebahagiaan di rumah kontrakan. Sama-sama berjuang, bertukar pikiran, tempat curhat dan selalu memberikan semangat kepada saya untuk penyelesaian skripsi saya.

18.Teman yang saya kagumi walaupun baru kenal Tetty Marbun dan Bang Anugrah, terimakasih sudah menjadi teman yang bisa diajak kemana saja dan menjadi penyemangat saya di kampung halaman. Semoga impian kita untuk travelling bisa tercapai.

Medan, Juni 2016

Penulis

Sara Margareth Purba 110901050


(3)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK……….. i KATA

PENGANTAR……… ii DAFTAR

ISI……….………. iii DAFTAR

TABEL………..…… ix BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar

Belakang………. 1 1.2Rumusan

Masalah………...……… 9 1.3Tujuan

Penelitian………. 9 1.4Manfaat

Penelitian………..……….. 9 1.5Hipotesis

Penelitian……… 10 1.6Defenisi

Konsep………..………. 10 1.7Operasional


(4)

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pola

Asuh……….. 14

2.2 Prestasi Belajar……….……….. 16

2.3 Teori Fungsionalisme Struktural……...……….. 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………...………. 25

3.2 Lokasi Penelitian………26

3.2.1 Sejarah Singkat Kelurahan Sei Mati……….. 26

3.2.2 Letak dan Batas Wilayah………... 27

3.3 Populasi dan Sampel……….28

3.3.1 Populasi……….. 28

3.3.2 Sampel……… 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….…….. 30

3.5 Teknik Analisis Data……….…………... 30

3.5.1 Analisis Tabel Tunggal………..….. 31

3.5.2 Analisis Tabel Silang………... 32

3.5.3 Uji Hipotesa……….... 33


(5)

BAB 1V PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden……….... 35

4.1.1 Identitas Responden Berdasarkan Usia………. 36

4.1.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……. 36

4.1.3 Identitas Responden Berdasarkan Suku……… 37

4.1.4 Identitas Responden Berdasarkan Agama………. 38

4.1.5 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan……….. 39

4.1.6 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan………… 40

4.1.7 Identitas Berdasarkan Pendapatan……… 42

4.1.8 Identitas Berdasarkan Jumlah Anak………. 42

4.2 Frekuensi Pernyataan Responden Terhadap Pola Asuh…… 43

4.3 Frekuensi Pernyataan Responden Terhadap Prestasi Belajar.63 4.4 Analisis Data………..…… 74

4.4.1 Uji Validitas Data……….…… 74

` 4.4.2 Uji Realibitas……….…………... 75

4.4.3 Korelasi……….……… 77

4.5 Pembahasan……….……….. 79

4.5.1 Pola Asuh……….………. 71

4.5.2 Prestasi Belajar……….…… 82

4.5.3 Pola Asuh Dan Prestasi Belajar………. 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 84


(6)

5.2 Saran……….. 85 DAFTAR