Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

(1)

Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik

Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh : Widya Umami 1111101000091

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, September 2015

Widya Umami, NIM : 1111101000091

Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

xvii + 154 halaman + 28 tabel + 2 bagan + 4 lampiran

ABSTRAK

Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di suatu bangsa. Kunci untuk menyelenggarakan pendidikan adalah proses kegiatan belajar. Puncak kegiatan proses belajar disebut sebagai prestasi belajar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat didapatkan bahwa prestasi belajar siswa masih kurang baik sebab masih ada siswa yang memiliki nilai dibawah rata-rata kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015 dengan menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 anak yang diambil secara acak. Data penelitian didapatkan dari data primer dengan menggunakan kuesioner, lembar Food Frequency Questionnaire(FFQ), timbangan digital¸ microtoice, serta data sekunder dari nilai rapor dan arsip sekolah. Data dianalisis secara univariat untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar prestasi belajar siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tidak baik, yaitu sebanyak 64 siswa (80%). Berdasarkan hasil bivariat, tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin, dan uang saku dengan prestasi belajar. Sedangkan terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar, IMT/U, pendapatan orangtua, dan konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah dengan prestasi belajar.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya pihak sekolah memperhatikan status gizi siswanya dengan mengadakan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin serta mengadakan program mengonsumsi sayur dan buah setiap pekannya agar gizi siswa semakin terpenuhi.

Kata kunci: prestasi belajar, pola asuh belajar, IMT/U, pendapatan orangtua, konsumsi makanan


(4)

JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

Undergraduate Thesis, September 2015 Widya Umami, NIM: 1111101000091

Relations Pattern of Parenting, IMT/U, and Student Characteristics of the Learning Achievement in Class V and VI Students of Islamic Elementary School 1 Ciputat 2015

xvi + 154 pages + 28 table + 2 charts + 4 attachments

ABSTRACT

Education is one of the most important factors in improving the quality of human resources in a nation. The key to implement the education is processes of learning activity. The culmination of the process learning activity is called as a learning achievement. Based on preliminary studies which have conducted in class V and VI of Islamic Elementary School I Ciputat found that student learning achievement is not too good because there are some students who have grades below the average of class.

This study aims to determine relations pattern of parenting, IMT/U, and student characteristics of the learning achievement in class V and VI students of Islamic Elementary School I Ciputat 2015 using cross sectional study design.Number of samples in this study were 80 children were taken randomly. The research data obtained from primary data using questionnaires, Food Frequency Questionnaire (FFQ), digital weigher, microtoise, and secondary data from report grades and school records. Data was analyzed by univariate to describe each variable, bivariate with chi square test.

The results showed that the majority of learning achievement of students in class V and VI of Islamic Elementary School I Ciputat is not good, that is 64 students (80%). Based on the results of the bivariate,there is no significant relationship between students' perception of school facilities, mother education, mother occupation, gender, and pocket money with learning achievement. However, there is a significant relationship between the pattern of parenting, nutritional status, parents income, and consumption of meal with student learning achievement.

From the results which are obtained, the advice could be given, that is the school should has attention to the nutritional status of students by holding weighing and height measurements regularly and conduct programs to consume fruits and vegetables every weekso that the student nutritions can be more fulfilled.

Keywords: learning achievement, pattern of parenting, IMT/U, parents income, consumption of meal


(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Widya Umami

NIM : 1111101000091

Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 31 Mei 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Asri 11 Blok K No.8 RT 04 RW 029 TBA Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur

Telepon : 087809042341

E-mail : widyaumami159@gmail.com

PENDIDIKAN

1997-1999 : TK As-Salam

1999-2005 : SDN Margahayu VII

2005-2008 : SMPN 2 Bekasi

2008-2011 : Madrasah Aliyah Negeri 2 Bekasi

2011-sekarang : Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan judul “Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada SiswaKelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat Tahun 2015”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Papa dan Mama tercinta yang senantiasa mendoakan serta kakak-kakak (Fika dan Elsa) yang selalu memberikan semangat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Arif Sumantri SKM., M. Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM,M.Kes,Ph.D, selaku ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, M. MA selaku pembimbing II yang telah sabar membimbing dan memberikan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini.


(10)

6. Kepala sekolah Madarasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Madarasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat, serta para guru dan staf yang ikut membantu demi kelancaran penelitian.

7. Teman-teman Peminatan Gizi khususnya angkatan 2011 yang selalu memberikan semangat bagi penulis.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan dari segi isi maupun bahasanya. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak serta kritik dan saran diperlukan untuk kesempurnaan proposal penelitian ini.

Jakarta, Oktober 2015


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

I. Tujuan Umum ... 8

II. Tujuan Khusus ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

I. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 10

II. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat ... 10

III. Bagi Orangtua Siswa ... 11

1.6 Ruang Lingkup ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Prestasi Belajar ... 12

2.1.1 Definisi Prestasi Belajar ... 12

2.1.2 Jenis – jenis Belajar ... 13

2.1.3 Pengukuran dan penilaian Prestasi Belajar ... 15

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar ... 19

2.2.1 Faktor Internal ... 19

2.2.1.1 Motivasi ... 19

2.2.1.2 Kesiapan ... 21

2.2.1.3 Karakteristik Siswa ... 22

a. Usia Anak ... 22

b. Jenis kelamin ... 24

c. Uang saku ... 24

2.2.1.4 IMT/U ... 25


(12)

2.2.2 Faktor Eksternal ... 29

2.2.2.1 Karakteristik Orang Tua ... 29

a. Pendidikan Ibu ... 29

b. Pekerjaan Ibu ... 31

c. Pendapatan Orang Tua ... 32

2.2.2.2 Pola Asuh Belajar ... 33

2.2.2.3 Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah... 35

2.2.2.4 Konsumsi Makanan ... 36

a. Kelompok Makanan Sumber Karbohidrat ... 38

b. Makanan Hewani... 38

c. Makanan Nabati ... 41

d. Sayur... 42

e. Buah ... 43

2.3 Kerangka Teori ... 45

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS ... 47

3.1 Kerangka Konsep ... 47

3.2 Hipotesis ... 52

BAB IV METODE PENELITIAN ... 53

2.1 Desain Penelitian ... 53

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

2.3 Populasi dan Sampel ... 53

2.3.1 Populasi ... 53

2.3.2 Sampel ... 54

2.3.3 Besar Sampel ... 54

2.3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 55

2.4 Instrumen Penelitian ... 56

2.5 Pengumpulan Data ... 57

2.5.1 Jenis Data ... 57

2.5.2 Alur Pengumpulan Data ... 57

2.5.2.1 Variabel Prestasi Belajar ... 57

2.5.2.2 Variabel Pola Asuh Belajar ... 57

2.5.2.3 Variabel Persepsi Siswa Terhadap Fasilitas Belajar ... 58

2.5.2.4 Variabel IMT/U ... 59

2.5.2.5 Variabel Pendidikan Ibu ... 59


(13)

2.5.2.7 Variabel Pendapatan Orang Tua ... 60

2.5.2.8 Variabel Jenis Kelamin ... 60

2.5.2.9 Variabel Uang Saku ... 60

2.5.2.10 Variabel Konsumsi Makanan ... 61

2.6 Manajemen Data ... 61

1. Editing Data ... 61

2. Coding Data ... 61

3. Data Structure and Data File... 63

4. Entry Data ... 63

5. Cleaning Data ... 63

2.7 Analisis Data ... 63

BAB V HASIL ... 65

5.1 Analisis Univariat ... 65

5.1.1 Distribusi Prestasi Belajar ... 65

5.1.2 Distribusi Pola Asuh Belajar ... 66

5.1.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Belajar ... 67

5.1.4 Distribusi IMT/U ... 67

5.1.5 Distribusi Pendidikan Ibu ... 68

5.1.6 Distribusi Pekerjaan Ibu ... 68

5.1.7 Distribusi Pendapatan Orangtua ... 69

5.1.8 Distribusi Jenis Kelamin ... 69

5.1.9 Distribusi Uang Saku ... 70

5.1.10 Distribusi Konsumsi Makanan ... 70

5.2 Analisis Bivariat ... 73

5.2.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar ... 73

5.2.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi Belajar ... 74

5.2.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar ... 75

5.2.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar ... 75

5.2.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar ... 76

5.2.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar ... 77

5.2.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Prestasi Belajar ... 77

5.2.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar ... 78

5.2.9 Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat dengan Prestasi Belajar ... 78


(14)

5.2.11 Hubungan Konsumsi Makanan Nabati dengan Prestasi Belajar ... 80

5.2.12 Hubungan Konsumsi Sayur dengan Prestasi Belajar ... 80

5.2.13 Hubungan Konsumsi Buah dengan Prestasi Belajar ... 81

BAB VI PEMBAHASAN ... 82

6.1 Keterbatasan Peneliti ... 82

6.2 Prestasi Belajar ... 82

6.3 Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar ... 85

6.3.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar ... 85

6.3.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi Belajar ... 89

6.3.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar ... 91

6.3.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar ... 94

6.3.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar ... 96

6.3.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar ... 97

6.3.7 Hubungan Jenis kelamin dengan Prestasi Belajar ... 99

6.3.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar ... 100

6.3.9 Hubungan Konsumsi Makanan dengan Prestasi Belajar ... 102

6.3.9.1 Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat ... 103

6.3.9.2 Konsumsi Makanan Hewani ... 105

6.3.9.3 Konsumsi Makanan Nabati ... 106

6.3.9.4 Konsumsi Sayur ... 107

6.3.9.5 Konsumsi Buah ... 108

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 110

7.1 Simpulan ... 110

7.2 Saran ... Daftar Pustaka ... 114


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 49 Tabel 5.1 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 66 Tabel 5.2 Distribusi Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 67 Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 67 Tabel 5.4 Distribusi IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015 ... 68 Tabel 5.5 Distribusi Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 68 Tabel 5.6 Distribusi Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 69 Tabel 5.7 Distribusi Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 69 Tabel 5.8 DistribusiJenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 70 Tabel 5.9 Distribusi Uang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 70 Tabel 5.10 Distribusi Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 71 Tabel 5.11Distribusi Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 71 Tabel 5.12 Distribusi Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 72 Tabel 5.13Distribusi Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 72 Tabel 5.14Distribusi Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 73 Tabel 5.15Distribusi Prestasi Belajar menurut Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V


(16)

Tabel 5.16Distribusi Prestasi Belajar menurut Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 74 Tabel 5.17Distribusi Prestasi Belajar menurut IMT/U Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 75 Tabel 5.18Distribusi Prestasi Belajar menurut Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 75 Tabel 5.19Distribusi Prestasi Belajar menurut Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 76 Tabel 5.20Distribusi Prestasi Belajar menurut Pendapatan Orangtua Siswa Kelas

V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 77 Tabel 5.21Distribusi Prestasi Belajar menurut Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 77 Tabel 5.22Distribusi Prestasi Belajar menurut Uang Saku Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 78 Tabel 5.23Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Sumber

Karbohidrat Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 78 Tabel 5.24Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Hewani Siswa

Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 79 Tabel 5.25Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Nabati Siswa

Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 80 Tabel 5.26DistribusiPrestasi Belajar menurut Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ... 80 Tabel 5.27Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan


(17)

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar ... 46 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Hasil Analisis SPSS 2. Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

3. Lampiran 3 : Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 4. Lampiran 4 : Daftar Siswa


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat pada aspek pendidikan, seperti yang dikatakan Ali (2009) bahwa upaya menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan program pendidikan. Program pendidikan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia pembangunan harus diagendakan secara tepat dan menjadi prioritas dalam program pembangunan nasional. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan generasi muda yang berkualitas pula. Untuk menghasilkan generasi muda yang berkualitas perlu diberikan pendidikan khususnya pendidikan formal yaitu ditingkat sekolah dasar. Sekolah dasar dikatakan sebagai kegiatan mendasari tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama serta sebagai persiapan anak untuk mengikuti pendidikan dijenjang berikutnya.

Menurut Depdiknas (2008), penilaian kelompok mata pelajaran untuk Sekolah Dasar dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan Bahasa Indonesia, Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Keberhasilan mutu pendidikan dilihat dari naik atau tidaknya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan (Olivia, 2011). Ada dua cara melakukan penilaian


(20)

prestasi belajar, penilaian acuan norma (PAN) yaitu pendekatan penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam kelompoknya dan penilaian acuan patokan (PAP) yaitu penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan. Ridwan (2008) mengatakan prestasi akademik merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa untuk menerima, menolak, dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Namun, prestasi belajar anak Sekolah Dasar dapat dikatakan masih rendah. Data dari Kementerian Pendidikan tahun ajaran 2011/2012 tentang prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar di 33 Provinsi se-Indonesia, tercatat ada 824.635 siswa yang mengulang yakni sebanyak 767.134 siswa yang berasal dari sekolah negeri dan 57.501 siswa yang berasal dari sekolah swasta. Dengan kata lain, jumlah siswa sekolah negeri yang mengulang lebih banyak daripada siswa dari sekolah swasta. Sedangkan, Provinsi Banten berada pada peringkat ke sembilan dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia dengan jumlah siswa yang mengulang sebanyak 29.802 siswa.

Keberhasilan prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor-faktor internal antara lainmotivasi,kesiapan, intelegensi, dan lain sebagainya. Faktor ekternal atau faktor yang berasal dari luar diri antara lain pola asuh belajar, keadaan ekonomi keluarga, fasilitas belajar, dan lain-lain (Slameto, 2013).Selain itu, Maulanaputri (2009) mengatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar antara lain karakteristik orang tua (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, uang


(21)

saku, dan status gizi), serta konsumsi makanan. Berdasarkan uraian tersebut, maka diharapkan bagi para orang tua untuk memperhatikan berbagai faktor tersebut agar mencapai prestasi belajar yang optimal.

Jadi, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan prestasi belajar yaitu status gizi. Status gizi dapat berhubungan dengan prestasi belajar karena status gizi dapat berhubungan dengan konsentrasi belajar anak. Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah, sehingga seseorang yang memiliki status gizi baik akan memiliki daya tangkap yang lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik pula di sekolahnya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki status gizi yang kurang akan berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajar kurang baik (Khomsan, 2004). Keadaan status gizi pada anak sekolah dasar di Indonesia cukup memperihatinkan. Data status gizi menurut IMT/U pada anak usia 6-12 tahun menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi kekurusan sebesar 12,2 % terdiri dari 4,6 % sangat kurus dan 7,6 % kurus. Prevalensi kekurusan terlihat paling rendah di provinsi Sulawesi Utara yaitu 7,5 % dan paling tinggi di provinsi Kalimantan Selatan yaitu 17,2 % (Kemenkes, 2010).Data Riskesdas menunjukkan bahwa terdapat anak usia sekolah dasar yang prevalensi status gizinya (IMT/U) dengan kategori kurus di atas prevalensi nasional (7,6%) salah satunya berada di wilayah provinsi Banten yaitu sebesar 9,5%. Selain itu, penelitian Anzarkusuma dkk (2014) menunjukkan bahwa status gizi anak sekolah dasar di Kecamatan Rajeg


(22)

Kabupaten Tangerang menurut IMT/U sebanyak 11,3% anak tergolong sangat kurus dan 6,5% termasuk kurus.

Status gizi baik dapat dipenuhi dengan cara mencukupi asupan makanan baik makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah, dan lain-lain. Kementerian Kesehatan (2014) mengatakan bahwa penyebab langsung terjadinya kasus gizi kurang dan gizi buruk salah satunya adalah kurangnya konsumsi makanan. Namun pada kenyataannya konsumsi makanan di Indonesia masih rendah. Pada tahun 2009, konsumsi energi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005. Konsumsi energi masyarakat Indonesia masih di bawah anjuran sekitar 96,4 persen (Ariani, 2010). Kualitas protein dari makanan hewani rata-rata hanya sekitar 25 persen. Idealnya, pangsa protein hewani minimal 50 persen dari total konsumsi protein untuk mencapai kualitas sumberdaya manusia yang baik dan mampu bersaing di era globalisasi (Rachman dkk, 2008). Menurut Riskedas (2010), prevalensi penduduk di Provinsi Banten yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (<70%) berdasarkan AKG sebesar 34,2% sedangkan konsumsi protein di bawah minimal (<80%) sebesar 31,6%. Selain itu, prevalensi anak usia 7-12 tahun yang mengonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal masing-masing 37,7% dan 28,4%.

Data dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten (2013) menunjukkan bahwa rata-rata hasil Ujian Nasional siswa sekolah dasar Kota Tangerang Selatan berada pada peringkat ketiga dari delapan Kabupaten/Kota se Provinsi Banten. Depag (2005) dalam Abdurrahim (2011) menyatakan


(23)

bahwa secara nasional hasil belajar siswa Madrasah lebih rendah dari sekolah umum. Merujuk data dari Kemendikbud (2011) dan pernyataan Depag (2005) yang menunjukkan ada perbedaan prestasi belajar pada siswa sekolah negeri dan swasta, maka peneliti melakukan studi pendahuluan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Syukro Universal.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat masih kurang. Pada siswa kelas V persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas yakni 45% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 42% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 45% untuk IPS. Sedangkan untuk kelas VI persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas yakni 43% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 59% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 40% untuk IPS. Berbeda dengan gambaran prestasi belajar di sekolah lain yakni Sekolah Dasar Islam Al Syukro,persentase siswa kelas V yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelaspada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS masing-masing sebesar39%, 39%, 42%, dan 42% dan untuk kelas VI masing-masing sebesar 39%, 56%, 26%, dan 34%.

Dari studi pendahuluan tersebut, dapat diperoleh prestasi belajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat masih kurang sehingga dapat dikatakan sebagai suatu masalah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan pola asuh belajar, IMT/U,


(24)

dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015. Prestasi belajar yang kurang pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat lebih banyak dibandingkan dengan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Syukro Universal.Oleh karena itu, peneliti memilih Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat sebagai lokasi penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Prestasi belajar siswa Sekolah Dasar masih kurang, hal ini dapat dilihat dari data nasional yang menunjukkan masih banyaknya siswa yang mengulang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat masih kurang, pada siswa kelas V persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas yakni 45% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 42% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 45% untuk IPS. Sedangkan untuk kelas VI persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas yakni 43% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 59% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 40% untuk IPS. Keberhasilan prestasi belajar ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015”.


(25)

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana distribusi prestasi belajar siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

2. Bagaimana distribusi pola asuh belajar siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015?

3. Bagaimana distribusi persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015?

4. Bagaimana distribusi IMT/U siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

5. Bagaimana distribusi karakteristik orangtuasiswa (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

6. Bagaimana distribusi karakteristik siswa(jenis kelamin, uang saku)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015?

7. Bagaimana distribusi konsumsi makanansiswa (makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

8. Apakah ada hubungan antara pola asuh belajar dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

9. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?


(26)

10. Apakah ada hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

11. Apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua siswa (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

12. Apakah ada hubungan antara karakteristik siswa (jenis kelamin, uang saku) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

13. Apakah ada hubungan antara konsumsi makanan siswa (makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

1.4 Tujuan Penelitian I. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

II. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi prestasi belajar siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.


(27)

2. Diketahuinya distribusi pola asuh belajar siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

3. Diketahuinya distribusi persepsi siswa terhadap fasilitas sekolahkelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

4. Diketahuinya distribusi IMT/Usiswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

5. Diketahuinya distribusi karakteristik orangtua siswa (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

6. Diketahuinya distribusi karakteristik siswa(jenis kelamin, uang saku)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

7. Diketahuinya distribusi konsumsi makanan siswa (makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah) kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015. 8. Diketahuinya hubungan pola asuh belajar siswa dengan prestasi

belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

9. Diketahuinya hubungan persepsi siswa terhadap fasilitas sekolahdengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.


(28)

10. Diketahuinya hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

11. Diketahuinya hubungan antara karakteristik orangtua siswa (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

12. Diketahuinya hubungan karakteristik siswa (jenis kelamin, uang saku) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

13. Diketahuinya hubungan antara konsumsi makanansiswa (makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

I. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menambah wawasan terkait hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015 serta sebagai landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya. II. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat

Diperolehnya informasi tentang prestasi belajar dan hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi


(29)

belajar serta dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar siswanya.

III. Bagi Orangtua Siswa

Dapat memberikan informasi kepada para orang tua agar lebih memperhatikan prestasi belajar anak dengan memberikan asupan makan gizi seimbangkarena kebutuhan gizi siswa semakin terpenuhi.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015. Variabel dependen penelitian ini adalah prestasi belajar sedangkan variabel independennya yaitu pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitassekolah, IMT/U, karakteristik orangtua, karakteristik siswa, konsumsi makanansumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah. Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat pada bulan Januari sampai dengan Agustustahun 2015. Responden dalam penelitian ini yaitu siswa sekolah dasar kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat. Alat ukur pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner,Food Frequency Questionnaire (FFQ) kualitatif, timbangan digital dan mikrotoiceuntuk menimbang berat badan serta mengukur tinggi badan. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional study dengan uji analisis yaitu uji chi square.


(30)

(31)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Belajar

2.1.1 Definisi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2013), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa (Hawadi, 2001).

Sedangkan menurut Olivia (2011), prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar, dari tes tersebut akan didapatkan nilai yang dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok nilai, antara lain (Sundari, 2008) :

1. Rendah, jika nilai 0-5 2. Sedang, jika nilai 6-7 3. Tinggi, jika nilai 8-10


(32)

2.1.2 Jenis – jenis Belajar

Menurut Slameto (2013), belajar dibedakan ke dalam beberapa jenis antara lain :

a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajarisajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.

b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)

Menurut Gesalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tinglah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.

c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning)

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Bahan pelajaran pada jenis belajar ini dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya,


(33)

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.

f. Belajar instrumental (instrumental learning)

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (reinforcement)atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan.

g. Belajar intensional (intentional learning)

Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental. h. Belajar laten (latent learning)

Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk belajar insidental.

i. Belajar mental (mental learning)

Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas sifatnya motoris. Ada yang mengartikan


(34)

belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain.

j. Belajar produktif (productive learning)

R. berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam situasi ke situasi yang lain.

k. Belajar verbal (verbal learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.

2.1.3 Pengukuran dan penilaian Prestasi Belajar

Pengukuran adalah prosedur penetapan angka-angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan karakteristik atau atribut individu. Karakteristik atau atribut ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu, akhir-akhir ini dikembangkan kemampuan emosi, yaitu kemampuan mengendalikan emosi yang ikut menentukan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan (Rasyid dkk, 2009).

Cara paling baik untuk mengukur prestasi anak adalah dengan membandingkan prestasi anak saat ini dengan prestasi sebelumnya. Dengan demikian, anak bisa melihat kemajuan yang dicapai. Dalam hal ini anak


(35)

berkompetisi dengan dirinya sendiri. Dalam upaya mencapai prestasi yang lebih baik dimasa depan, anak belajar menetapkan target pribadi dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai target itu (Gunawan, 2005).

Prestasi belajar siswa dapat dievaluasi salah satunya dengan cara melakukan penilaian. Seperti yang diungkapkan oleh Rasyid dkk (2009), bahwa evaluasi merupakan suatu proses penetapan nilai tentang kinerja dan hasil belajar siswa berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penilaian. Sedangkan penilaian adalah proses pengumpulan informasi atau data yang digunakan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud mencakup siswa, kurikulum, program, dan kebijakan. Proses penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar siswa. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri(Djaali, H & Pudji, 2008).

Ada 2 jenis penilaian belajar yang dapat digunakan yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Arikunto (1992) dalam Fathur (2004):

1. PAN (Penilaian Acuan Norma)

PAN adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam kelompoknya. Patokan pembanding diambil dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat penilaian itu berlangsung, yaitu hasil belajar siswa yang diukur itu beserta pengolahannya, penilaian ataupun patokan yang terletak diluar hasil-hasil pengukuran kelompok. PAN pada dasarmya mempergunakan kurve normal dan hasil-hasil


(36)

perhitungannya sebagai dasar penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan mengikutsertakan hasil pengukuran yang diperoleh. Dua kenyataan yang ada di dalam kurve normal yang dipakai untuk membandingkan atau menfsirkan angka yang diperoleh masing-masing siswa ialah angka rata-rata (mean) dan angkasimpangan baku (standard deviation), patokan ini bersifat relatif dapat bergeser ke atas atau ke bawah sesuai dengan besarnya dua kenyataan yang diperoleh di dalam kurve itu. Dengan kata lain, patokan itu dapat berubah-ubah dari kurve normal yang satu ke kurve normal yang lain.

Jika nilai siswa dalam satu kelompok pada umumnya lebih baik dan menghasilkan angka rata-rata yang lebih tinggi, maka patokan menjadi bergeser ke atas (dinaikkan). Sebaliknya jika hasil ujian kelompok itu pada umumnya merosot, patokannya bergeser ke bawah (diturunkan). Dengan denikian, angka yang sama pada kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti umum yang berbeda pula.

Rumus yang digunakan pada Penilaian Acuan Norma (PAN) yakni sebagai berikut Livingstone and Zeiky (1982):

 Membuat rata-rata (mean):


(37)

 Membuat simpangan baku:

 Hasil penilaian berupa kurva normal:

Nilai Skor

A Lebih besar sama dengan dari (skor rata-rata + 1,5 simpangan baku B (Skor rata-rata + 0,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata + 1,5

simpangan baku)

C (Skor rata-rata - 0,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata + 0,5 simpangan baku)

D (Skor rata-rata - 1,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata - 0,5 simpangan baku)

E Lebih kecil sama dengan (skor rata-rata – 1,5 simpangan baku)

2. PAP (Penilaian Acuan Patokan)

PAP pada dasarnya berarti penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum penilaian dilakukan terlebih dahulu harus dipakai patokan yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran sehingga hasil penilaian mempunyai arti tertentu. Dengan demikian patokan ini tidak dicari di dalam sekelompok hasil penilaian sebagaimana yang dilakukan pada PAN. Patokan yang telah disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut Tingkat Penguasaan Minimum. Siswa yang dapat mencapai atau bahkan melampaui batas ini dinilai lulus dan bagi yang belum lulus diminta memantapkan lagi kegiatan belajarnya sehingga mencapai batas lulus itu. Kekurangan dalam penggunaan PAP adalah sulitnya menetapkan patoka yang benar-benar tuntas.


(38)

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain motivasi, kesiapan, karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, dan uang saku), IMT/U, dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal yaitu karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orangtua), pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, dan konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah.

2.2.1 Faktor Internal 2.2.1.1 Motivasi

Motivasi berasal dari kata move yang artinya “bergerak”. Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau kelompok orang, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (Irianto, 2005). Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau apa motif yang dimiliki siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Motif dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipngaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif yang kuat sangat perlu di dalam belajar dan di dalam membentuk motif yang kuat tersebut dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan serta pengaruh lingkungan yang kuat (Slameto, 2013).


(39)

Motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu eksternal dan internal. Motivasi ekternal adalah motivasi yang berasal dari luar diri. Sedangkan, motivasi internal adalah motivasi dari dalam diri sendiri (Irianto, 2005). Menurut Habsari (2005), motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Motivasi intrinsik, yaitu bentuk dorongan belajar yang datangnya dari dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik umumnya terkait dengan adanya bakat dan faktor intelegensi dalam diri siswa. Anak yang berbakat dibidang matematika akan mempunyai dorongan yang tinggi untuk mempelajari ilmu ini tanpa perlu dimotivasi orang lain.meski dorongan ini berasal dari dalam diri anak tetapi setiap anak memiliki kualitas dorongan yang berbeda. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan intelegensi yang berbeda. 2. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar

diri seseorang. Misal, anak belajar dengan tekun karena hadiah yang dijanjikan orang tua. Motivasi ekstrinsik adalah bentuk dorongan belajar untuk prestasi yang diberikan oleh orang lain seperti semangat, pujian dan nasehat guru, orang tua, saudara dan orang yang dicintai. Siswa membutuhkan motivasi belajar yang tinggi dalam menghadapi setiap tugas sebagai pelajar. Motivasi belajar berpengaruh pada tingkat keberhasilan (Habsari, 2005). Berdasarkan penelitian Hamdu dan Lisa (2011) yang dilakukan di empat Sekolah Dasar dari SD Tarumanagara Kecamatan Tawang Tasikmalaya menunjukkan bahwa terdapat hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar. Uji hipotesis diperoleh besarnya


(40)

koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,693 lebih besar dari 0,491 dengan taraf signifikan 1%. Besarnya korelasi ini berada pada rentang 0,600-0,800 dengan tingkat hubungan yang tinggi. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun, dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah.

2.2.1.2 Kesiapan

Kesiapan fisik dan mental penting untuk belajar. Kesiapan fisik dihubungkan dengan tingkat perkembangan dan status kesehatan fisik, sedangkan kesiapan mental mengacu pada kemampuan kognitif untuk memahami, mengasimilasi, dan menerapkan (Yuningsih dan Yasmin, 2009). Persiapan mental berkaitan dengan sikap psikis dan emosi. Mental siswa yang terganggu seperti pertentangan yang dialami dalam diri, situasi kekecewaan, frustasi, kesedihan yang dirasakan akan berdampak buruk terhadap hasil belajar siswa (Krishnawati dan Yeni, 2010).Menurut Slameto (2013), kesiapan fisik dan mental perlu diperhatikan dalam proses belajar karena jika siswa sudah memiliki kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Kesiapan mental yakni bagaimana pandangan siswa terhadap mata pelajaran juga mempengaruhi dirinya dalam menerima materi pelajaran tersebut. Pandangan tersebut dapat diperoleh siswa melalui orang tua, guru,


(41)

ataupun lingkungannya. Bila orang tua sangat menekankan siswa untuk memperhatikan pelajaran matematika saja, maka akan membuat anak pada akhirnya mengabaikan dan menyepelekan (menganggap enteng) pelajaran lainnya (Sumiatin dkk, 2010). Menurut penelitian Darso (2010), dapat diketahui bahwa ada pengaruh antara kesiapan mental belajar siswa terhadap prestasi belajar. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu koefisien untuk variabel kesiapan belajar siswa memiliki hubungan yang erat pada taraf signifikansi α = 0,05.

2.2.1.3 Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain yaitu usia anak, jenis kelamin, dan uang saku. Berikut penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut.

a. Usia Anak

Ada dua pengertian mengenai usia yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis adalah usia menurut kalender, sedangkan usia biologis ditentukan oleh kondisi otak (IKAPI, 2008). Sesuai ketentuan badan kesehatan dunia (WHO), batasan usia anak sekolah adalah 6 sampai 12 tahun. Pada usia tersebut, anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup penting. Effendy (1997), membagi anak usia sekolah menjadi tiga kelompok, yakni :

1. Pra remaja (usia 7-12 tahun) 2. Remaja (13-21 tahun) 3. Dewasa muda (19-21 tahun)


(42)

Berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan tersebut, pada usia tersebut anak sangat memerlukan kecukupan gizi (Muaris, 2010). Hal ini disebabkan di usia ini aktivitas anak semakin meningkat sehingga seringkali anak mengalami kurang gizi.

Salah satu penyebab kekurangan gizi pada anak adalah ketidakcukupan konsumsi makanan dan hal tersebut biasanya disebabkan oleh dua hal. Pertama, anak melupakan waktu makan selama di sekolah maupun setelah berada di rumah. Kedua, biasanya anak sekolah seringkali mengonsumsi makanan berupa jajanan yang secara gizi umumnya berkualitas rendah. Jika kondisi ini tidak segera ditanggulangi akan berdampak pada penurunan prestasi belajar anak (Nadesul, 2007).

Dalam hal belajar, anak usia sekolah adalah orang-orang yang tekun. Mereka berusaha keras untuk mengembangkan keterampilan mereka, baik di dalam maupun di luar kelas. Orang tua dapat membantu anak usia sekolah dengan memberi dukungan dan dorongan dalam tugas sekolah mereka. Lewat prestasi mereka, anak-anak usia sekolah mengembangkan rasa percaya diri yang sehat (Lighter, 1999).

Usia anak dapat mempengaruhi prestasi anak, dimana usia anak terutama usia 6-8 tahun masih dalam tahap pengenalan tentang proses belajar dan ia masih menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Anak usia 6-8 tahun masih suka bermain, namun ia menghendaki prestasi yang baik. Pada usia ini anak biasanya lebih mengandalkan intelegensinya, dimana intelegensi juga mempengaruhi prestasi belajar. Usia anak sangat berperan dalam kematangan dan pembentukan intelegensi. Semakin


(43)

bertambahnya usia anak intelegensinya akan semakin matang (Maghfuroh, 2014).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada status biologis seseorang, terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara pria dan wanita, misalnya struktur genetik, (kromosom seks), hormon seks, organ kelamin interna dan genitalia eksterna (Henderson dan Kathleen, 2001). Secara fisik, laki-laki dan perempuan berbeda ini dapat dilihat dari identitas jenis kelamin, bentuk dan anatomi tubuh serta komposisi kimia dalam tubuh. Perbedaan anatomis biologis dan komposisi kimia dalam tubuh oleh sejumlah ilmuan dianggap berpengaruh pada perkembangan emosional dan kapasitas intelektual masing-masing (Ekawati dan Shinta, 2011).

Menurut Bastable (2002), mengemukakan bahwa anak perempuan memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari anak laki-laki, terutama di tingkat sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena kinerja skolastik anak perempuan lebih stabil, kurang berfluktuasi dibandingkan dengan kinerja anak laki-laki.

c. Uang saku

Orang tua yang memberikan uang saku pada anak biasanya bertujuan agar anak belajar bagaimana mengelola uang misalnya dengan menabung. Namun, seringkali anak menghabiskan uang sakunya dengan membeli jajanan makanan yang tinggi glukosa tetapi rendah nilai gizinya. Graha (2007) mengatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi jajanan makanan seperti


(44)

permen dan makanan manis lainnya yang mengandung banyak glukosa buatan akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar.

Makanan jajanan siswa banyak mengandung bahan yang berbahaya yang dapat menganggu kesehatan. Seperti halnya yang dikatakan olehSutomo dkk (2010), makanan jajanan mengandung bahan kimia berbahaya seperti pewarna makanan untuk membuat warna makanan mencolok sehingga disukai siswa dan bahan pengawet. Selain itu menurut Utomo (2005), siswa yang senang jajan akan terancam kekurangan gizi karena komposisi zat gizi dalam makanan jajanan biasanya tak seimbang, atau malah tak bergizi sama sekali.

Berdasarkan penelitian Astuti (2012), dapat diketahui bahwa penggunaan uang saku berpengaruh positif baik secara simultan maupun parsial terhadap prestasi belajar. Umardami (2011) mengkategorikan tiga kategori uang saku anak sekolah antara lain rendah (< Rp 2.000), sedang ( Rp 2.000-Rp 5.000), dan tinggi (> Rp5.000).

2.2.1.4 IMT/U

IMT/U adalah salah satu indeks antropometri untuk menilai status gizi secara langsung pada anak usia 5-18 tahun. Kemenkes (2010) membagi IMT/U menjadi lima kategori, antara lain :


(45)

Tabel 2.1

Status Gizi Berdasarkan IMT/U

Kategori IMT/U

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3 SD s/d -2 SD

Normal -2 SD s/d 1 SD

Gemuk >1 SD s/d 2 SD

Obesitas >2 SD

Terdapat dua jenis status gizi, yaitu gizi normal dan gizi salah (malnutrisi). Malnutrisi adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh diet yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Manutrisi merupakan kategori penyakit yang mencakup: kekurangan gizi (undernutrition), obesitas dan berat badan lebih (overweight), serta kekurangan nutrien mikro (micronutrients deficiency, yang dikenal juga dengan “hidden hunger”) (Ardika, 2014).

Siswa dengan SDM yang berkualitas dicirikan sebagai manusia yang cerdas, produktif dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas sekolahnya. Salah satu cara mewujudkannya adalah dengan memenuhi kebutuhan zat gizi agar status gizi siswa normal. Apabila siswa kekurangan gizi akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa. Kekurangan zat gizi pada siswa akan berdampak pada aktifitas siswa di sekolah antara lain sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi di sekolah (Masdewi dkk, 2011).

Penelitian Sa’adah dkk (2014) yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Guguk malintang Kota Padangpanjang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Pada uji analisis chi


(46)

square, didapatkan p = 0,020 (p < 0,05) untuk status gizi wasting dan p = 0,005 (p < 0,05) untuk status gizi stunting. Selain itu, penelitian Legi (2012) yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan Malalayang Manado juga menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa dengan nilai p=0,00, nilai tersebut lebih kecil dari α 0,05.

Status gizi yang baik dapat terjadi apabila siswa mengonsumsi makanan yang bergizi. Menurut Anwar (2008) dalam Legi (2012) mengatakan bahwa pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, akibatnya otak tidak mampu berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu sehingga badan lebih kecil dibandingkan dengan siswa yang normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Anak yang menderita kurang gizi mempunyai Intelligence Quotient (IQ) 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak kurang gizi.

2.2.1.5 Intelegensi

Setiap manusia hidup mempunyai kemampuan intelegensi. Kemampuan intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir secara kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang menggunakan logika, misalnya kemampuan menghitung dan menggunakan teknologi. Setiap orang ketika


(47)

melakukan aktivitas selalu melibatkan intelegensi, walaupun proporsi penggunaan intelegensinya berbeda-beda antara satu pekerjaan dan pekerjaan lainnya (Hutapea dkk, 2008). Menurut Gardner (1993) dalam Nofrianto (2008), kriteria intelegensi meliputi suatu kemampuan seseorang, baik dalam unsur pengetahuan maupun keahlian yang menunjukkan kemahiran dan keterampilan untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai intelegensi jauh di bawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Namun, intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor sebab seseorang yang intelegensinya tinggi tidak akan bisa mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang faktor-faktor lain yang juga menentukan keberhasilan belajar seperti kemauan, kerajinan, waktu atau kesempatan, dan fasilitas belajar (Hakim, 2005).

Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Slameto (2013) bahwa intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Walaupun demikian, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang


(48)

mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.Penelitian Budiarta dkk (2014) yang dilakukan di Desa Pengeragoan Kecamatan Perkutatan, hasil analisis diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi signifikan terhadap prestasi belajar yakni Fhitung=6537,38> Ftabel=4,03. Dari hasil analisis tersebut juga diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi sebesar 86,49% terhadap prestasi belajar.

2.2.2 Faktor Eksternal

2.2.2.1 Karakteristik Orang Tua

Karakteristik adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki elemen-elemen tersebut (Supranto, 2000). Oleh karena itu, dapat dikatakan karakteristik orang tua adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki orang tua siswa. Karakteristik orang tua yang akan dibahas dalam penelitian kali ini adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua. a. Pendidikan Ibu

Definisi pendidikan dalam UU No, 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga antara lain pendidikan dasar/rendah (SD-SMP/MTs), pendidikan menengah


(49)

(SMA/SMK), dan pendidikan tinggi (D3/S1) (Syafaruddin, 2012).Sednagkan menurut Arikunto kategori pendidikan dibagi menjadi dua yaitu pendidikan rendah (SD/MI-SMP/MTs) dan pendidikan tinggi (SMA/MA-Perguruan Tinggi)

Pendidikan orang tua mempengaruhi kebiasan makan anak.Kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasari pada latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup. Salah satu yang bisa menentukan seseorang dalam memilih makanan yang bergizi adalah tingkat pendidikan seseorang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Masdewi, dkk(2011) bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi tentu saja akan berdampak pula pada baiknya tingkat pengetahuan tentang kebutuhan makan yang baik dan bergizi. Dengan mengonsumsi makanan bergizi maka akan meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar anak.

Selain berkaitan dengan pemilihan makanan anak, ibu yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi tentu akan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi pula. Pengetahuan yang tinggi akan berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam membimbing dan memberikan motivasi kepada anaknya untuk belajar sehingga tidak selalu bergantung terhadap guru di sekolah. Orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan anaknya secara materil, tetapi orang tua juga harus memenuhi kebutuhan pendidikan kepada anaknya sejak usia wajib belajar untuk menjadi garis penerus dan memiliki pendidikan yang lebih tinggi daripada pendidikan yang dimiliki oleh orang tua (Reskia dkk, 2014).Berdasarkan penelitian Reskia (2014) yang dilakukan di SDN


(50)

Inpres 1 Birobuli, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Dari hasil uji koefisien korelasi didapatkan r hitung > rtabel (0,627>0,404).

b. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan orang tua terutama ibu terkait dengan tersedianya waktu dalam mengasuh anak. Anak yang mempunyai orang tua yang bekerja cenderung lebih sedikit mendapat pengasuhan dari orang tuanya. Padahal, pengasuhan anak yang diberikan secara maksimal pada anak akan berdampak pada kecerdasan emosional anak. Anak yang memiliki kecerdasan emosional tinggi cenderung aktif di berbagai aktivitas dan memiliki prestasi belajar yang baik (Arisandi dan Melly, 2007).

Faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar yaitu diantaranya keadaan keluarga salah satunya adalah pekerjaan. Ibu yang bekerja mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk bersama anaknya dan komunikasi atau interaksi antara orang tua dan anak pun berkurang. Berbeda dengan ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu untuk berinteraksi dengan anak dan dapat memberikan bimbingan dengan baik kepada anak dan dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anaknya (Maghfuroh, 2014).

Penelitian Maghfuroh (2014) menemukan bahwa ibu yang bekerja cenderung memberikan lebih sedikit waktu untuk anaknya dalam membimbing dan mengarahkan belajar dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Selain itu, penelitian Puspitasari (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pola asuh belajar


(51)

yang secara tidak langsung berhubungan dengan prestasi belajar dengan nilai P value sebesar 0,041.

c. Pendapatan Orang Tua

Prestasi belajar siswa didukung oleh status gizi yang baik. Status gizi baik dicapai salah satunya dipengaruhi oleh perilaku makan yang baik. Perilaku makan yang baik juga dipengaruhi oleh penghasilan orang tua. Pendapatan orang tua yang tinggi secara otomatis membuat daya beli keluarga juga menjadi tinggi sehingga kebutuhan akan makanan yang baik dan bergizi dapat terpenuhi (Masdewi dkk, 2011). Surat Keputusan (SK) Banten menetapkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Banten sebesar Rp 2.710.000.

Selain dapat memenuhi kebutuhan makanan, semakin tinggi pendapatan atau keadaan ekonomi keluarga semakin baik fasilitas belajar di rumah dan secara positif mempengaruhi pola asuh belajar siswa. Dengan kata lain, semakin tinggi keluarga menginvestasikan sumberdaya keluarga dalam bentuk mengalokasikan keadaan ekonomi keluarga ke dalam fasilitas belajar anak, maka akan semakin baik pola asuh belajar yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Pola asuh belajar yang baik ini diindikasikan oleh keterlibatan orang tua dalam pendampingan dan pengawasan belajar anaknya. Apabila pola asuh baik diberikan kepada anak akan berdampak pada kenaikan prestasi belajarnya (Puspitawati, 2010).

Berdasarkan penelitian Widjdati (2013) yang dilakukan di MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mragen Kabupaten Demak, menunjukkan bahwa ada pengaruh sosial ekonomi orang tua dalam hal ini penghasilan


(52)

atau pendapatan terhadap prestasi belajar. Uji hipotesis memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 (α = 5%) menggambarkan adanya pengaruh positif dan signifikan variabel status sosial ekonomi dalam hal ini penghasilan terhadap prestasi belajar.

2.2.2.2 Pola Asuh Belajar

Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar seorang siswa di sekolah. Pola asuh belajar siswa diberikan kepada keluarga terdekat, yakni orangtua. Pola asuh belajar memegang peranan penting dalam perkembangan belajar anak dan sangat besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya pencapaian prestasi anak di sekolah. Pola asuh orangtua yang baik mampu meningkatkan prestasi belajar anak (Maghfuroh, 2014). Pada penelitian ini, pola asuh belajar meliputi cara orangtua dalam menentukan waktu belajar anak, memberikan motivasi, mengevaluasi hasil ujian, dan memberikan fasilitas belajar di rumah.

Pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana orangtua membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat (Hardiwinoto dan Setiabudhi, 2002). Sedangkan pola asuh belajar adalah praktik pengasuhan berupa jenis dan frekuensi kegiatan serta curahan waktu yang diberikan orangtua dalam membimbing, mengarahkan, serta mengawasi kegiatan belajar anak (Puspitasari, 2008). Setiap orangtua, biasanya memiliki pola asuh belajar terhadap anak yang berbeda-beda. Pola asuh ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Pola asuh


(53)

juga berpengaruh terhadap keberhasilan keluarga dalam mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Fathi, 2008).

Pola asuh belajar yang diberikan oleh orangtua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya seperti acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak tersebut sebenarnya pandai tetapi karena cara belajar yang tidak teratur menyebabkan kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketertinggalan dalam belajar dan akhirnya malas belajar. Hal tersebut mengakibatkan hasil/nilai yang diharapkan tidak memuaskan bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam studinya (Slameto, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Magfuroh (2014) di SDN 1 Kabalan Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro didapatkan hasil uji korelasi Chi Square dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05, nilai koefisien korelasi 0,742 dan nilai p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak.


(54)

2.2.2.3 Persepsi Siswa terhadap FasilitasSekolah

Fasilitas belajar yaitu alat-alat yang dapat digunakan dalam rangka memudahkan dan menunjang kegiatan pembelajaran. Faslilitas belajar yang memadai dalam proses belajar mengajar akan mendukung siswa dalam mencapat hasil belajar yang optimal. Rejeki dkk (2013) melakukan penelitian pada anak SD kelas IV se-Kecamatan Kutowinangun dan dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada pengaruh antara fasilitas belajar di sekolah terhadap hasil belajar. Rata-rata skor hasil belajar siswa dengan fasilitas belajar di sekolah yang lengkap (80,58) lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa dengan fasilitas belajar di sekolah yang tidak lengkap (69,375).

Penelitian Pakpahan (2012) menyatakan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi fasilitas belajar terhadap prestasi belajar. Sama halnya dengan pendapat Slameto (2013) mengatakan bahwa alat pelajaran atau fasilitas sekolah yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Namun, kenyataannya saat ini dengan meningkatnya jumlah pelajar yang masuk sekolah maka semakin meningkat pula alat-alat yang dibutuhkan untuk membantu lancarnya proses belajar siswa seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.


(55)

2.2.2.4 Konsumsi Makanan

Definisi pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Saparinto dan Diana, 2006). Sedangkan definisi makanan menurut Soekarto dalam Rosyidi (2006) adalah produk pangan yang siap hidang atau yang langsung dapat dimakan. Makanan biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau dimasak. Selain itu menurut Nasution (2003) makanan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar karena mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta melakukan berbagai aktivitas.

Konsumsi makanan yang cukup khususnya pada anak-anak akan mempengaruhi keadaan gizi yang kemudian berdampak pada prestasi belajar. Namun, saat ini masih terdapat anak-anak yang konsumsi makanannya masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada penelitian Syafitri dkk (2009) yang menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi sehari siswa di Lawanggintung 01 Kota Bogor berkisar antara 585-2372 kkal/hari. Rata-rata konsumsi energi sebesar 1595 kkal/hari. Tingkat kecukupan energi siswa rata-rata sebesar 87,0%.

Berdasarkan penelitian Maulanaputri (2011) yang dilakukan di sekolah yang mempunyai kelas akselerasi maupun reguler, menunjukkan bahwa konsumsi makanan yakni konsumsi makanan sumber karbohidrat,


(56)

makanan hewani, makanan nabati, susu, sayur dan buah pada kelas akselerasi lebih tinggi baik dari segi frekuensi maupun jumlah rata-rata konsumsi per satu kali makan. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang lebih tinggi akan mempengaruhi keadaan siswa dan secara tidak langsung akan berdampak pada prestasi belajar yang lebih baik.

Konsumsi makanan atau perilaku makan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak dan secara tidak langsung perilaku makan yang baik akan meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar menjadi lebih baik (Masdewi dkk, 2011). Berdasarkan penelitian Juliasih dan Sri (2013) dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara konsumsi makanan terhadap status gizi dengan perolehan nilai signifikan sebesar 0,043 (P value < 0,05). Konsumsi makanan yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah konsumsi makanan sumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah.

Pola konsumsi makanan yang baik akan meningkatkan konsentrasi belajar dan kemudian akan meningkatkan prestasi belajar. Pola konsumsi makanan yang baik salah satunya adalah kebiasaan melakukan sarapan. Penelitian Lestari (2012) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pola makan khususnya makan pagi dengan kemampuan konsentrasi belajar (p=0,011). Selain itu, penelitian Tusala dkk (2013) yang dilakukan di SD GMIT Kefamemnanu 4 juga menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi siswa dengan nilai p=0,001. Konsumsi makanan yang akan dibahas pada


(57)

penelitian ini adalah konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah.

a. Kelompok MakananSumber Karbohidrat

Makanan sumber karbohidrat adalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah paling banyak dibandingkan jenis makanan lain dan mengandung zat tepung sebagai sumber tenaga untuk melaksanakan aktivitas sehari hari. Bahan makanan sumber karbohidratyang sering dikonsumsi penduduk Indonesia adalah beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu, dan beberapa jenis umbi-umbian seperti talas, gayong, dan kentang (Hayati, 2009). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Oleh karena itu, harus tersedia setiap saat apabila diperlukan oleh tubuh (Devi, 2010). Karbohidrat digunakan dalam bentuk gula, bersama dengan oksigen menghasilkan energi dalam satuan kalori. Untuk satu gram karbohidrat dihasilkan sebesar 4 kkal (kilo kalori).

Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi memberi rasa manis pada makanan (IKAPI, 2010). Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh sebagai sumber energi. Berdasarkan distribusi energi, karbohidrat harus menyumbang sebanyak 50-65 persen energi total (Devi, 2010). Sedangkan menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang menganjurkan konsumsi karbohidrat 50-60 persen dari total konsumsi energi atau 3-4 kali dalam sehari (Kemenkes, 2014).

b. Makanan Hewani

Secara umum, bahan makanan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu bahan makanan hewani dan bahan makanan


(58)

nabati.Bahan makanan hewani adalah bahan makanan yang berupa atau berasal dari hewan atau produk-produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar asal hewan. konsumsi makanan yang mengandung protein hewani dan nabati dianjurkan sebanyak 2-4 porsi dalam sehari (Kemenkes, 2014).

Makanan hewani adalah sumber gizi yang dapat diandalkan untuk mendukung perbaikan gizi masyarakat. Konsumsi makanan hewani yang cukup merupakan syarat penting untuk terpenuhinya kebutuhan gizi tubuh sehari-hari. Makanan hewani mempunyai keunikan yang menyebabkan kelompok makanan ini tergolong sebagai makanan bermutu tinggi. Keunikan tersebut adalah makanan hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap, kaya vitamin B12 dan vitamin A, mengandung zat besi heme yang mudah diserap, dan mempunyai nilai cerna protein yang tinggi.Menurut anjuran FAO, konsumsi protein hewani yang ideal bagi penduduk Indonesia adalah 15 g/kapita/hari (Rukmana, 2001). Khomsan (2004) mengatakan bahwa angka kecukupan protein asal ternak yang dianjurkan adalah sekitar 4,5 g/kapita/hari, sementara rata-rata protein total adalah 50 g/kapita/hari. Sedangkan menurut Hardinsyah dkk (2012) mengatakan bahwa proporsi anjuran protein hewani sebesar 25%.

Meskipun angka kecukupan protein asal ternak hanya 4,5 g dan kelihatannya kecil, ternyata banyak masyarakat Indonesia yang belum dapat memenuhi angka tersebut. Diperkirakan rata-rata penduduk Indonesia baru dapat mengonsumsi 70% dari angka kecukupan protein hewani. Upaya-upaya untuk meningkatkan konsumsi makanan hewani biasanya terkendala


(59)

oleh alasan ekonomi. Harga produk ternak relatif mahal sehingga beban masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi semakin berat (Khomsan, 2004). Adapun yang termasuk dalam jenis-jenis makanan hewani adalah (Mayasari, 2007):

1. Susu, yaitu produk berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan. Susu mengandung mineral kalsium sangat bermanfaat untuk mencegah osteoporosis (kerapuhan tulang). Membiasakan minum susu sejak usia anak-anak sampai lanjut usia adalah penting untuk menjaga kekuatan tulang. Produk susu yang sering berada dipasaran seperti susu bubuk, susu formula, dan susu kental manis termasuk susu steril yang bebas dari bakteri (Khomsan, 2004).

2. Ikan, dalam arti sempit adalah semua jenis ikan sungai, ikan danau, ikan rawa-rawa, ikan yang dipelihara di tambak, dilaut dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah hasil-hasil perikanan lainnya yaitu kerang, teripang, telur ikan dan lain-lain.

3. Daging, yaitu produk yang diperoleh dengan cara pemotongan ternak (mamalia dan unggas). Daging unggas sering disebut white meat. Sedangkan, daging yang lain seperti daging sapi, domba, dan kambing dimasukkan ke dalam kelompok red meat. Di negara-negara Barat, red meat semakin diwaspadai karena kandungan lemak jenuhnya tinggi. Lemak jenuh ini berpotensi menjadi kolesterol di dalam tubuh. Sementara itu, white meat dianggap lebih sehat karena kolesterol dan lemak jenuhnya lebih rendah, terutama bila dimasak dengan


(60)

membuang kulitnya terlebih dahulu. Pada umumnya, daging mengandung protein 18-20% sehingga diantara berbagai produk hewani asal ternak daging memiliki kandungan protein tertinggi. Daging juga dikenal sebagai sumber zat besi heme yang mudah diserap oleh tubuh (Khomsan, 2004).

4. Telur, yaitu produk utama dari pemeliharaan ayam petelur, atau produk sampingan pemeliharaan unggas pedaging. Kandungan protein telur adalah 12%, jauh lebih tinggi dibandingkan susu yang hanya mempunyai kandungan protein sebesar 3%. Secara relatif, telur ayam ras mempunyai kadar protein yang hampir sama dengan telur ayam kampung, namun komposisi asam aminonya lebih baik pada telur ayam kampung. Kandungan gizi pada telur sebenarnya berpusat pada kuning telurnya yang tinggi akan kadar protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, dan vitamin A. Selain itu, kolesterol juga tinggi pada bagian kuning telur (Khomsan, 2004).

5. Produk-produk olahan dari bahan makanan tersebut di atas. c. Makanan Nabati

Bahan makanan nabati adalah bahan makanan yang berasal dari tanaman atau produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar asal tanaman. Kemenkes (2014) menganjurkan konsumsi makanan yang mengandung protein nabati sebanyak 2-4 kali dalam sehari.

Kebutuhan protein bagi manusia di dalam makanan sehari-hari dapat dipenuhi dari bahan makanan nabati dan hewani. Bahan makananyang termasuk makanan nabati dapat berupa daun, bunga, akar, batang, umbi,


(61)

buah, biji atau bagian-bagian tanaman lainnya serta kacang-kacangan dan hasil olahannya berupa tahu, tempe, dan oncom. Anjuran sumber protein nabati sama seperti protein hewani menurut PUGS yakni 2-4kali (Ramayulis, 2014).

Konsumsi protein nabati bisa menggantikan kebutuhan dari protein nabati, hanya saja porsinya menjadi lebih besar. Perlu diketahui bahwa tidak semua protein nabati bernilai biologis tinggi seperti misalnya pada kacang-kacangan. Kacang-kacangan sebagai sumber protein juga mengandung zat penghambat penyerapan zat gizi, untuk itu perlu memprioritaskan konsumsi protein nabati yang bernilai biologis tinggi misalnya tempe. Jika kita mengonsumsi kacang-kacangan atau tahu, disarankan untuk meningkatkan konsumsi buah sebagai sumber vitamin C untuk membantu meningkatkan penyerapan zat mineral zat besi dan kalsium yang terkandung dalam kacang-kacangan (Ramayulis, 2014).

d. Sayur

Dalam sayuran yang berwarna hijau terkandung vitamin dan serat. Dinyatakan pula bahwa lutein, suatu pigmen berwarna kuning yang terdapat pada sayuran berdaun hijau dapat menjaga karotid kitatetap bersih. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 480 pria dan wanita yang belum pernah memiliki penyakit jantung, terbukti bahwa orang yang tingkat lutein nya tinggi, memiliki ketebalan arteri lebih dibanding mereka yang tingkat lutein nya rendah. Penemuan tersebut menjelaskan mengapa buah dan sayuran sangat cocok untuk diet dan juga untuk melindungi kesehatan kardiovaskular (Arisandi dkk, 2011).


(1)

Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-3x/mgg

4-6x/mgg

Tidak pernah Daun pepaya

Kembang kol

Labu air

Sawi

Seledri

Selada

Taoge

Terong

Wortel

Buah-buahan

Alpukat

Apel

Anggur

Belimbing

Jambu biji

Jambu air

Jambo bol

Duku

Durian

Jeruk manis

Kedondong

Mangga


(2)

Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr

3x/mgg 6x/mgg pernah Nangka masak

Pepaya

Pisang ambon

Pisang raja sereh

Salak

Sawo

Sirsak

Semangka

Lainnya...

Sosis

Kornet

Otak-otak

Siomay

Chiki

Kue cubit

Cimol

Cilok


(3)

LAMPIRAN 3

Uji Validitas Dan Reliabilitas

A.

Kuesioner pola asuh belajar

Item-Total Statistics Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted bagaimana cara menetukan

waktu belajar 45.73 19.306 .509 .682

berapa lama waktu belajar

dirumah 46.30 19.734 .399 .698

berapa kali mengulang

pelajaran dr sekolah 46.07 20.547 .371 .706

apakah orang tua kamu menemani kamu belajar dirumah

46.20 19.338 .448 .686

bagaimana cara ortu

membimbing belajar 45.57 19.426 .439 .687

apa yang dilakukan ortu

selama kamu belajar 45.67 20.230 .362 .703

apabila ortu kamu sedang sibuk, apakah dpt bertanya ttg pelajaran

45.97 18.102 .612 .666

apa yang diklakukan ortu jika

ada kesulitan belajar 45.60 21.076 .371 .713

apabila masih ttp kesulitan

belajar, apa yg otru lakukan 45.70 19.597 .625 .702

siapa yg membantu tugas

dirumah 45.70 18.493 .448 .681

mengapa mereka membantu

mengawasi belajar dirumah 45.80 20.510 .411 .711

apa yg dilakukan ortu jika

selesai mengerjakan PR 46.33 19.816 .369 .701

apa yg dilakukan ortu jika

kamu akan ulangan 45.90 19.748 .369 .693

apa ortu memeriksa hasil

ulangan 45.93 20.754 .502 .706

apa yg ortu lakukan jika

menerima rapor 45.50 20.466 .432 .704

sarana dan fasilitas apa yg

disediakan dirumah 45.47 20.257 .366 .703

dimana tempat belajar kamu

dirumah 46.17 20.006 .425 .725

brp jumlah buku pelajaran


(4)

mendapat nilai rendah apakah ortu puas dgn hasil

belajar kamu 45.90 20.162 .366 .696

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.711 20

R tabel = 0,361

Valid

r hasil > r tabel

Jadi, angket dinyatakan valid dan reliabel

B.

Angket persepsi siswa terhadap fasilitas belajar sekolah

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

meja belajar 21.15 17.082 .635 .711

ruang kelas 21.40 17.516 .604 .718

perpustakaan 21.55 17.313 .535 .729

Laboratorium 22.55 17.734 .473 .776

ruang olahraga 21.25 21.039 .498 .813

Komputer 21.45 15.629 .683 .693

buku pelajaran 20.95 17.103 .632 .711

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.768 7

R tabel = 0,444

Valid

r hasil > r tabel


(5)

LAMPIRAN 4

DAFTAR SISWA KELAS VI A

WALI KELAS : BU MIDAH

NO NAMA KET.

1 ABGHI HAFIZHAN SHULHAN 2 AFDAL AHMAD SAHI

3 ALIFIA QISTI ARSILAWATI 4 ATHAYA ZAHRANI FIRDAUS 5 AUDIA DAFINA AZHAR 6 AULIYA GHANI

7 DEA INDAH NABILA 8 DIZZA AISYAH SYAPRI 9 EGIANA

10 ELSA RAHMAWATI 11 FATIMAH AZZAHRA 12 FERI HUSNIL FURTADHO 13 IFKI KHAERUNNISA 14 IKHSANUL FIKRI

15 INTAN TANZILU RAHMAH 16 ISNAINI NURFAJRIANTI 17 JULIA APRIANI PUTRI 18 KARINIA JUANTIKA 19 LISA KHAERUNNISA 20 M. AFIF FAUZI 21 M. ALFIANSYAH 22 M. FADLY AL AKBAR 23 M. FARHAN FADILLAH 24 M. IMAM NAJIB

25 M. IZZUDIN AL-GHOZALI 26 M. NAZRIL DZAKWAN 27 M. RAZDAN HAFIZ ZAELANI 28 NAZIRA APRILIA ROSYADI 29 NINDYA HANIFA MEINAR 30 NURFAUZIAH

31 RICKY RINALDI

32 RUZICA SEVILLA RAHMA 33 SEKAR AYU OKTAVIANI 34 SELVI SETIA RAHIM 35 SHINTA DESTIANA 36 VIO ALVIONITA 37 VITRI NUR CAHYANI 38 YUSUF BAHTIAR 39 ZAHRATUL JANNAH 40 ZAIM NURRABBANI


(6)