Sapi Potong Lokal Faktor strategi, struktur dan persaingan perusahaan, yaitu hal-hal

Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional Swasembada daging 2014 Pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional dengan produk sapi potong lokal Menekan jumlah masuknya impor produk sapi potong impor 10 persen dari kebutuhan nasional Persaingan pada pasar domestik Analisis Perkembangan Daya Saing Industri Penggemukan Sapi Potong Lokal Kondisi Industri Sapi Potong Lokal Profitabilitas Pengembangan potensi sapi potong lokal dengan mempertimbangkan faktor penentu keunggulan bersaing, profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan output industri penggemukan sapi potong lokal Produktivitas Pertumbuhan Output

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Obyek dan Waktu Penelitian

Obyek penelitian adalah daya saing atau keunggulan kompetitif industri penggemukan sapi potong lokal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data statistik yang merupakan data runtun waktu time series selama 12 tahun, yaitu dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2010 dan cross section. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 – Juli 2012, terhitung mulai dari penyusunan proposal hingga pelaksanaan penelitian dan dilanjutkan dengan analisis dan penulisan tesis yang selesai pada bulan Agustus 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam data tahunan. Data tersebut mengenai peubah-peubah profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan yang diduga berpengaruh terhadap daya saing sapi potong lokal di Indonesia. Kumpulan data tersebut dalam bentuk gabungan antara komponen data time series deret waktu dan cross section penempang melintang. Komponen data time series terditi atas 12 unit yaitu tahun 1999 hingga 2010, sedangkan data cross section dalam penelitian ini terdiri atas 20 unit yakni merupakan provinsi-provinsi yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai prioritas utama pengembangan sapi potong untuk pencapaian swasembada 2014. Provinsi-provinsi tersebut terbagi dalam 3 daerah prioritas yaitu prioritas Inseminasi Buatan IB, Campuran IB dan Kawin Alam, dan Kawin Alam. Provinsi-provinsi tersebut antara lain; 1. Prioritas IB : Jawa Barat, Jawa Tengah, DI.Yogyakarta, Jawa Timur, Bali; 2. Prioritas Campuran :Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan ;

3. Prioritas Kawin Alam

:Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara Jenis data yang digunakan bersumber dari berbagai instansi, diantaranya adalah dari Badan Pusat Statistik, Ditjen Peternakan Kementrian Pertanian, Ditjen Pedagangan, FAO Trade Year, FAO Production Year, dan berbagai literatur dari berbagai instansi yang relevan dengan tulisan ini. Tabel 2 Jenis dan Sumber Data No. Jenis Data Sumber 1 Populasi Sapi Nasional Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian 2 Impor Sapi Potong Badan Pusat Statistik 3 Harga Perdagangan Sapi Potong per Provinsi Badan Pusat Statistik 4 Pengeluaran Sapi Potong per Provinsi Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian 5 Pemasukan Sapi Potong per Provinsi Direktorat Jenderal Peternakan Kementrian Pertanian

4.3. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat analisis kuantitatif yang berdasarkan dengan data-data tersedia dan dijelaskan secara deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai keadaan peternakan sapi potong lokal di Indonesia. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan indeks mengenai perkembangan daya saing industri penggemukan sapi potong lokal di Indonesia dengan menggunakan profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan output dari peternakan sapi potong sebagai variabel terikatnya. 4.4. Model Analisis 4.4.1. Pendekatan Analisis Penelitian ini akan menganalisis daya saing industri peternakan sapi potong lokal dengan pendekatan dan definisi daya saing sebagai fungsi dari profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan output. Pendekatan ini pertama kali ditemukan oleh Fischer dan Schornber 2007 dengan mengadopsi pendekatan ekonomi dalam menentukan Human Development Index HDI. Pendekatan ini