Faktor kondisi, adalah hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor
Berdasarkan sejarahnya, teori pertama menggambarkan spesialisasi SPECs suatu negara sebagai sektor yang relevan terhadap daya daing COMPs. Teori tersebut
dapat dituangkan dalam bentuk persamaan: COMPs = fSPECs
Teori daya saing sebagai spesialisai berkembang dari kebutuhan untuk membangun dan memanfaatkan keunggulan komparatif yang dihasilkan dari
perbedaan teknologi dari teori Richardo, faktor endowment atau increasing return to scale
. Richardo dalam teorinya menyatakan bahwa dengan berpindahnya sumber daya dari suatu sektor ke sektor lain, opportunity cost dari masing-masing
unit tambahan akan meningkat. Biaya yang meningkat seperti ini muncul karena faktor produksi bervariasi dalam hal kualitas dan dalam kesesuaiannya untuk
memproduksi komoditas yang berbeda. Dalam keadaan inilah teori Richardo dapat memperkirakan bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi hingga
pada titik dimana perolehan dari spesialisasi menjadi sama dengan biaya spesialisasi meningkat.
Teori faktor endowments yang dikembangkan oleh Heckscher-Olin menyatakan bahwa setiap negara yang berbeda akan memilih metode produksi
yang berbeda tergatung pada harga faktor di negara tersebut. H-O menyimpulkan bahwa pola produksi dan perdagangan dijelaskan dengan faktor endowmen atau
harga faktor produksi yang berbeda. Pada dasarnya model H-O mengansumsikan constant return to scale
yang menggambarkan jika produsen menggunakan dua kali lipat input, maka output yang dihasilkan harus dua kali lipat juga.
Apabila penggunaan input dua kali lipat dapat menghasilkan output lebih dari dua kali lipat, maka terdapat skala ekonomi increasing return. Keberadaan
skala ekonomi dapat menjelaskan bahwa suatu negara akan mendapatkan manfaat jika melakukan spesialisasi dalam produksi suatu jangkauan produk yang terbatas.
Mengacu pada teori spesialisasi dari H-O, Krugaman dan Helpman secara terpisah mengembangkan model-model perdagangan dalam produk terdeferensiasi.
Pada prakteknya, akan sulit untuk menemukan tingkat optimum dari spesialisasi, disamping nilai pangkat yang terlalu tinggi dari spesialisasi akan
memberikan konsekuensi negatif. Konsekuensi negatif tersebut dapat berupa resiko ekonomi akan meningkat karena spesialisasi berimplikasi terhadap
diferesifikasi. Salah satu contoh pendekatan yang menggunakan teori spesialisai adalah RCA Revealed Comparative Advantage.
Menurut Oginsky, Stiefelmeyer, dan Al Mussell 2011, gagasan dibalik RCA adalah bahwa daerah menunjukkan kemampuan yang lebih untuk
mengkhususkan diri dalam memproduksi produk dengan biaya oportunitas yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya. Hal ini dilakukan dengan dengan
membandingkan pangsa pasar ekspor produk tertentu dari suatu wilayah dengan pangsa pasar pesaingnya, atau dunia. Pendekatan ini berasal dari gagasan
keunggulan komparatif perdagangan; dalam artian bahwa wilayah yang memiliki spesialisasi produk tersebut, akan lebih memiliki daya saing. Kelemahan dari
pendekatan ini adalah kurangnya penggunaan faktor-faktor utama yang dibutuhkan, selain itu juga dapat membuat suatu daerah terlihat lebih kompetitif
dibandingkan daerah lainnya karena luasan ekonomi yang kecil atau nondifersifikasi, dan perbedaan format data dapat memberikan hasil yang sangat
berbeda. Sehingga secara teknis indikasi RCA tidak dapat disamakan pada ukuran negara yang berbeda, karena nilai produksi, ekspor, dan impor tiap negara akan
berbeda. Secara konseptual, keunggulan komparatif tidak sama dengan keunggulan
kompetitif. Keunggulan komparatif dari perekonomian mendeskripsikan posisi dari aktivitas ekonomi yang berbeda dalam hal biaya oportunitas yang relatif
terhadap yang lainnya. Singkatnya, suatu negara dikatakan memiliki keunggulan komparatif pada suatu industri jika biaya produksi salah dari satu sektor tersebut
lebih rendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Negara tesebut kemudian harus melakukan spesialisasi terhadap produk yang memiliki keunggulan komparatif
tersebut, dan menukar produk ekspor yang tidak memiliki keunggulan komparatif dengan produk spesialisasi tersebut. Kenyataannya, terdapat kemungkinan banyak
negara memiliki keunggulan komparatif yang sama pada produk yang sama. Pendekatan berikutnya dalam menganalisis daya saing suatu sektor adalah
dengan menggunakan indikator efisiensi EFF dan pertumbuhan GRO. Pendekatan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut;