wilayah tersebut tidak terjadi kesinambungan dalam ketersediaan produk sapi potong lokal.
6.4. Daya Saing Industri Penggemukan Sapi Potong Lokal
Pertumbuhan daya saing penggemukan sapi potong lokal di Indonesia memiliki tren yang meningkat meskipun cenderung memiliki indeks yang sangat
kecil. Rata-rata indeks daya saing dari periode 1999-2002, 2003-2006, dan 2007- 2010 berturut-turut adalah 28,59; 29,08; dan 29,85. Kondisi yang meningkat dari
indeks daya saing industri merupakan pertanda yang baik bagi industri penggemukan sapi potong lokal Lampiran 3.
Analisis daya saing dengan menggunakan Industrial Competitiveness Indeks
ICI pada dasarnya melihat perkembangan daya saing suatu industri dari suatu negara dengan mengetahui daerah yang memiliki potensi yang terbaik untuk
dikembangkan. Penggunaan ranking dalam nilai ICI memudahkan untuk mengetahui daerah mana yang lebih unggul dan dapat mengetahui perubahan
kedudukan daya saingnya. Hasil analisis menyatakan bahwa Kalimantan Barat memiliki daya saing tertinggi pada tahun 1999 hingga 2002 Tabel 8 dengan nilai
indeks sebesar 21,70, namun terus mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Pada periode 2003-2006,
daya saing tertinggi berada pada daerah DI yogyakarta dengan nilai indeks 33,27 dan pada periode 2007-2010, daya saing tertinggi berada pada provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan indeks sebesar 31,10. Tabel 8 Ranking Indeks Daya Saing Industri Penggemukan Sapi Potong Lokal
Prov. Rank
99- 02
Rank 03-
06
Rank 07-
10
Δ Rank 9902
0306 Δ Rank
0306 0710
Prov. Rank
99- 02
Rank 03-
06
Rank 07-
10
Δ Rank
9902 0306
Δ Rank
0306 0710
Kalbar 1
3 13
-2 -10
Sumbar 11
2 14
9 -12
NTT 2
5 4
-3 1
Lampung 12
18 15
-6 3
Sultra 3
10 1
-7 9
Aceh 13
14 7
-1 7
Jateng 4
11 12
-7 -1
Sumsel 14
17 6
-3 11
Sulteng 5
7 9
-2 -2
Jambi 15
16 16
-1 NTB
6 6
5 1
Jabar 16
9 2
7 7
Kalsel 7
15 19
-8 -4
DI Yogya 17
1 3
16 -2
Jatim 8
4 10
4 -6
Sumut na
8 17
na -9
Bali 9
13 8
-4 5
Riau na
na 18
na na
Sulsel 10
12 11
-2 1
Gorontalo na
na 20
na na
Berdasarkan daerah prioritas pengembangan sapi potong lokal yang ditetapkan pemerintah dalam rangka pencapaian program swasembada daging,
kondisi daya saing dapat dibedakan menjadi 3 tiga kondisi, yakni;
1. Prioritas Inseminasi Buatan IB
Daerah prioritas Inseminasi Buatan IB dalam penelitian ini mencakup pada daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Berdasarkan hasil analisis, kondisi daya saing dari daerah sentra produksi terus mengalami peningkatan dari tiga periode pengamatan. Pada periode pertama
yakni pada tahun 1999 hingga 2002, indeks daya saing daerah sentra sapi potong dengan prioritas IB tersebut adalah 26,99 persen, diikuti dengan 29,89 persen
pada periode 2003 hingga 2006, dan 32,06 persen pada periode 2007 hingga 2010 Gambar 8.
Gambar 8 ICI Industri Penggemukan Sapi Lokal Daerah Prioritas IB
Hingga saat ini IB dilakukan untuk tujuan peningkatan populasi. Keberhasilan IB untuk meningkatkan mutu genetik ternak produktivitas masih
belum ada laporannya. Beberapa jenis sapi potong hasil persilangan yang saat ini menjadi referensi pilihan peternakan skala manengah hingga skala besar adalah
sapi SIMPO yaitu sapi hasil persilangan antara Simmental dan Ongol, serta sapi LIMPO yakni hasil persilangan dari Limousin dan Ongol.
Daya Saing Industri Penggemukan Sapi Potong Lokal di Prov. Jawa Barat Daya saing yang meningkat ditunjukkan oleh penggemukan sapi potong
lokal di daerah Jawa Barat Tabel 9. Pada tahun 2007 hingga 2010, provinsi
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00
99-02 03-06
07-10 Eff
Pro Gro
ICI
Jawa Barat dapat menduduki peringkat daya saing ke 2 setelah peringkat ke 16 dari 20 provinsi pada tahun 1999 hingga 2002.
Tabel 9 Indeks dan Ranking Indeks Daya Saing Industri Penggemukan Sapi Potong Lokal di Jawa Barat
No Periode Indeks Daya Saing
Ranking
1 2
3 1999
– 2002 2003
– 2006 2007
– 2010 24,56
29,46 38,26
16 9
2
Rata - rata 30,76
Jawa Barat memiliki keunggulan dalam efisiensi atau produktivitasnya dalam menghasilkan ternak yang dapat dikonsumsi atau dijual dari populasi
ternak total di daerah tersebut. Selama 12 tahun terakhir, Jawa Barat merupakan salah satu daerah dengan nilai konsumsi daging sapi yang tinggi di Indonesia.
Selain itu, ternak sapi potong di daerah ini juga disalurkan ke daerah lain seperti DKI Jakarta untuk dikonsumsi. Dengan kata lain, output ternak hidup yang
dihasilkan dari wilayah ini cukup tinggi sehingga dapat di ekspor ke beberapa daerah seperti DKI Jakarta. Disamping itu, bila dilihat proporsi impor sapi
bakalan dari tahun 1999 hingga 2010, Jawa Barat dapat dikategorikan sebagai importir terbesar di Indonesia Gambar 9.
Gambar 9 Proporsi Impor Sapi Potong Impor 1999-2010
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian 1999-2010
Sebagian besar penggemukan sapi potong dengan skala mengah hingga skala besar di Jawa Barat yang menggemukkan sapi ex-bakalan impor juga
menggemukkan sapi potong lokal dalam jumlah yang relatif lebih kecil. Masih diusahakannya ternak lokal pada peternakan skala besar membantu produksi dari
sapi potong lokal itu sendiri. Hal ini karena industri penggemukan sapi potong ex- impor memiliki ketersediaan pakan yang cukup dan managemen yang baik,
sehingga jumlah sapi lokal yang dapat diproduksi seiring dengan jumlah produksi sapi ex-impor. Kondisi ini memperbesar produksi sapi lokal dalam satu tahun
yang berpengaruh pada meningkatnya pengeluaran atau produksi industri penggemukan sapi lokal secara menyeluruh di Jawa Barat.
Kondisi alam Jawa Barat yang sebagian besar merupakan lembah dan dataran rendah yang mencapai 60 persen wilayah Jawa Barat bukan merupakan
lahan yang baik untuk mengembangkan usaha penggemukan sapi potong lokal. Hal ini karena kurangnya lahan yang tersedia akibat lahan yang terbatas. Dataran
rendah bak digunakan untuk usaha pembibitan sapi potong. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi dan Ilham 2002. Kurangnya ketersediaan pakan menjadi salah
satu alasan banyaknya pembibitan diusahakan di dataran rendah. Berdasarkan kebutuhan pakannya, usaha penggemukan cenderung membutuhkan lebih banyak
pakan karena berdasarkan tujuannya menghasilkan daging, lain halnya dengan usaha pembibitan yang tujuanya adalah menghasilkan pedet Hadi dan Ilham,
2002.
Daya Saing Industri Penggemukan Sapi Potong Lokal di Prov. Bali Provinsi Bali sebagai salah satu sentral sapi potong lokal memiliki
peringkat daya saing yang kecil. Pada tahun 1999-2002, kondisi daya saing provinsi Bali berada pada peringkat 9 dari 20 provinsi, kemudian menuruh pada
tahun 2003-2006 menjadi peringkat ke 13 dan menjadi peringkat 8 pada tahun 2007 hingga 2010 Tabel 10. Kondisi daya saing pada provinsi ini menunjukkan
peningkatan pada tahun 2007 hingga 2010 namun tidak cukup baik sebagai salah satu sentral ternak lokal di Indonesia. Pada tahun 2008, wilayah Bali
mengeluarkan ternak lokal sebesar 75 ribu ekor untuk memenuhi konsumsi wilayah Jakarta dan sekitarnya dan tahun 2011, jumlah ekspor sapi dari balik ke