18
stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya kekuatan yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut Ghozali dan Chariri, 2007.
Kekuatan tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas modal dan tenaga kerja, akses
terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang
dan jasa yang dihasilkan perusahaan Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007. Oleh karena itu, ketika sumber ekonomi perusahaan
dikuasai oleh stakeholder, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara yang memuaskan keinginan stakeholder Ullman, 1982 dalam Ghozali dan
Chariri, 2007. Perusahaan akan mempertimbangkan kepentingan dari para stakeholder, salah satunya dalam hal pertanggungjawaban aktifitas
sosial perusahaan.
3. Signaling Theory
Teori sinyal merupakan teori yang menjelaskan tentang bagaimana perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Perusahaan yang memiliki kualitas baik dapat membedakan dirinya dengan perusahaan yang berkualitas buruk melalui sinyal yang
ditunjukkan kepasar modal tentang kualitas kinerjanya. Sinyal yang diberikan oleh seorang manajer menggambarkan kondisi perusahaan yang
dapat berbentuk negatif maupun positif Spance, 1973.
Menurut Spance 1973, asymmetric information yang timbul dari
dampak negatif dapat diminimalisir dengan penggunaan teori singnaling
19
yang dilakukan oleh manajer terhadap investor. Pemberian sinyal yang dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asymmetric information, yang
merupakan kondisi dimana manajer lebih mengetahui informasi lebih banyak dibanding dengan investor. Manajer sebenarnya mengetahui
distribusi yang sebenarnya dari tingkat pengembalian laba perusahaan, tetapi investor tidak mengetahuinya Ross, 1977. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya asymmetric information, dimana terdapat perbedaan informasi yang diterima oleh manajer dan investor, maka
pemberian sinyal kepada pihak eksternal sangat penting sebagai upaya mengurangi terjadinya asymmetric information.
Penggungkapan CSR yang tepat dan sesuai harapan stakeholder digunakan sebagai sinyal goodnews yang diberikan kepada pihak
manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan dan memastikan terciptanya sustainability development Putri,
2013
4. Teori Legitimasi
Teori Legitimasi didasarkan atas gagasan bahwa bisnis perusahaan yang beroperasi di masyarakat memiliki kontrak sosial
dimana organisasi diharapkan melakukan tindakan yang diingkan oleh masyarakat sebagai balasan atas diterimanya tujuan perusahaan,
kelangsungan hidup perusahaan, dan penghargaan lainnya Guthrie dan Parker, 1989 dalam Risty dan Sany, 2015.
20
Menurut Wartick dan Mahon 1994 dalam Risty dan Sany 2015, kesenjangan legitimasi diakibatkan karena kinerja perusahaan
yang berubah sementara harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan tetap sama, harapan masyarakat terhadap kierja perusahaan berubah,
sementara kinerja perusahaan sendiri tetap sama dan baik kinerja perusahaan dan harapan masyarakat sama-sama berubah, tetapi bergerak
kearah yang berbeda atau bergerak kearah yang sama tetapi waktunya berbeda.
Pengurangan dari gap legitimasi menurut O’Donovan 2002
dalam Djuataningsih dan Marsyah 2012 dapat dilakukan dengan memperluas wilayah kesesuaian antara operasi perusahaan dengan
pengharapan masyarakat dengan cara melakukan strategi legitimasi dan melakukan pendekatan social disclosure. Social disclosure ini dilakukan
dalam hal menanggapi ekspektasi masyarakat dan perubahan persepsi masyarakat terhadap organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengkomunikasikan dalam bentuk laporan sustainability report yang berisi tanggung jawab perusahaan terhadap sosial dan lingkungan.
5. Komite Audit