Teori Risiko Produksi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Caisin (Brassica rapa cv. caisin) di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor

19 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Teori Risiko Produksi

Dalam teori risiko produksi terlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar teori produksi. Menurut Lipsey et al. 1995 produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan disebut sebagai fungsi produksi. Keputusan dalam kegiatan proses produksi terbagi dalam tiga kategori, yaitu jangka pendek, jangka panjang, dan jangka sangat panjang. Jangka pendek dicirikan dengan semua inputnya adalah tetap, sementara jangka panjang semua input variabel. Input tetap adalah input yang tidak berubah atau tidak dapat ditambah, dinamakan sebagai faktor tetap. Sedangkan input variabel adalah input yang dapat berubah dalam jangka waktu tertentu, dinamakan sebagai faktor variabel. Fungsi produksi terdiri dari produk total TP, produk rata-rata AP, dan produk marjinal MP. Produk total adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Produk total akan berubah menurut banyak sedikitnya faktor variabel yang digunakan. Produk rata-rata adalah produk total dibagi jumlah unit faktor variabel yang digunakan untuk memproduksinya. Sementara produk marjinal atau produk fisik marjinal adalah perubahan dalam produk total sebagai akibat satu unit tambahan penggunaan variabel Lipsey et al. 1995 Dalam kaitannya antara produk marjinal dan proses produksi, seorang produsen dapat menambah hasil produksi dengan menambah semua input produksi atau menambah satu atau beberapa input produksi. Penambahan input produksi mengikuti hukum The law of diminishing marginal returns yang merupakan dasar dalam ekonomi produksi. The law of diminishing marginal returns terjadi jika jumlah input variabel ditambah penggunaannya, maka output yang dihasilkan meningkat, tapi setelah mencapai satu titik tertentu penambahan output semakin lama semakin berkurang Debertin 1986. Secara umum produksi dalam usahatani ditentukan oleh faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Hubungan teknis antara input dan output dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi. Fungsi 20 produksi menerangkan hubungan teknis yang menstransformasikan input atau sumberdaya menjadi output atau komoditas Debertin 1986. Dalam suatu proses produksi khususnya usahatani tidak pernah terlepas dari risiko produksi termasuk dalam penggunaan input yang ada di dalam fungsi produksi. Menurut Debertin 1986 risiko adalah suatu kejadian yang kemungkinan muncul dan menyebabkan fluktuasi hasil dimana kemungkinanprobabilitas hasil yang diterima dapat diestimasi. Sedangkan apabila pelaku usaha tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun distribusi probabilitas maka akan muncul suatu kejadian yang disebut ketidakpastian uncertainty. Tidak jauh berbeda menurut Robison dan Barry 1987 risiko adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna berbeda. Ketidakpastian uncertainty adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Menurut Ellis 1993, risiko dibatasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang dihubungkan dengan kejadian dari suatu peristiwa yang mempengaruhi suatu proses pengambilan keputusan. Sedangkan ketidakpastian mengacu pada situasi dimana tidak memungkinkan untuk mengetahui probabilitas kejadian dari suatu peristiwa. Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam melihat mengenai peluang dengan risiko. Pada kegiatan produksi usahatani, risiko merupakan peluang terjadinya suatu peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan dalam serangkaian musim panen. Setiap pelaku usaha melakukan pengambilan keputusan dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya untuk menghasilkan output yang diharapkan. Namun, seringkali keputusan tersebut dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Risiko cenderung menurunkan hasil baik produksi maupun pendapatan usaha. Implikasi risiko terhadap variasi pendapatan dapat dilihat pada Gambar 2 yang merupakan fungsi produksi sederhana yang menunjukkan tiga respon yang berbeda dalam output dari penggunaan input. 21 Keterangan : TVP 1 = Total value product in ’good’ years TVP 2 = Total value product in ’bad’ years ETVP = Expected total value product Gambar 2. Hubungan Keputusan Penggunaan Input dan Variasi Pendapatan Sumber : Ellis 1993 Variasi pendapatan dipengaruhi oleh keputusan pengalokasian salah satu sumberdaya yang digunakan untuk produksi. Bentuk kurva dalam fungsi produksi tersebut mencerminkan dampak dari kondisi yang baik dan buruk terhadap respon output untuk berbagai tingkat penggunaan input. Total Value Product TVP menggambarkan penerimaan yang didapat dari hasil produksi. Kondisi TVP yang diperlihatkan berbeda-beda yang terdiri dari tiga kondisi, yaitu TVP pada penggunaan sejumlah input saat kondisi baik TVP 1 , pada kondisi yang diharapkan ETVP, dan pada kondisi buruk TVP 2 . Penambahan kurva Total Cost TC bertujuan untuk memperlihatkan biaya pembelian input yang meningkat. Terdapat tiga alternatif penggunaan input yang ditunjukkan oleh X 1 , X 2 , X E yang terkait risiko : 1. Input yang digunakan sebanyak X 1 . Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP 1 terjadi dimana pada saat tersebut dalam kondisi yang baik, maka keuntungan terbesar yaitu sebesar ab akan diperoleh. Di sisi lain, jika TVP 2 terjadi maka c f a g d h b e i j TVP 1 ETVP TC TVP 2 X 2 X E X 1 Input X Total Value Product Y Rp 22 kerugian sebesar bj akan dialami petani. Dalam kondisi ini berarti seorang petani memilih berani terhadap risiko risk-taking. 2. Input yang digunakan sebanyak X 2 . Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP 1 terjadi maka keuntungan sebesar ce akan diperoleh dan jika TVP 2 terjadi maka petani tidak akan mengalami kerugian dan tetap mendapatkan keuntungan yang kecil sebesar de. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut petani masih mampu membayar biaya pembelian input tersebut TVP TC. Dalam kondisi ini berarti seorang petani memilih takut terhadap risiko risk- averse . 3. Input yang digunakan sebanyak X E . Nilai ETVP yang diperoleh merupakan hasil rata-rata pendapatan pada kondisi baik dan buruk. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP 1 terjadi maka keuntungan sebesar fh akan diperoleh, tetapi bukan merupakan kemungkinan keuntungan terbesar. Di sisi lain, jika TVP 2 terjadi maka kerugian sebesar hi akan dialami petani dan bukan merupakan kemungkinan kerugian terkecil. Dalam kondisi ini berarti seorang petani memilih netral terhadap risiko risk-neutral. Dalam penentuan risiko produksi terdapat beberapa model yang menyangkut risiko, salah satunya adalah penentuan input yang optimal pada kondisi risiko dalam fungsi produksi. Robison dan Barry 1987 menyebutkan ada satu model yang dikembangkan untuk menganalisis dampak risiko terkait produksi dari penggunaan tingkat input terhadap output, yaitu model risiko fungsi produksi Just dan Pope. Dalam fungsi produksi Just dan Pope melibatkan masuknya kesalahan istilah error ke dalam fungsi produksi untuk menggambarkan pengaruh faktor tak terkendali seperti cuaca, inefisiensi teknis, dan lainnya dalam produksi. Kemudian, masuknya kesalahan istilah error ke dalam fungsi produksi akan menunjukkan variabilitas bahwa dalam output hasil juga dijelaskan oleh faktor endogen dan tingkat input yang digunakan. Model risiko fungsi produksi Just dan Pope terdiri dari fungsi produksi rata-rata mean production function dan fungsi produksi variance variance production function . Kedua fungsi tersebut dipengaruhi oleh penggunaan input dalam kegiatan produksi, sehingga dapat dilakukan evaluasi mengenai input-input yang bersifat pengurang risiko risk reducing atau peningkat risiko risk 23 inducing . Secara matematis, persamaan model risiko fungsi produksi Just dan Pope dapat ditulis sebagai berikut Robison dan Barry 1987 : q = fx + hx ε dimana : q = Hasil produksi yang dihasilkan output fx = Fungsi produksi rata-rata hx = Fungsi varian fungsi risiko x = Input atau faktor-faktor produksi yang digunakan ε = error term atau distribusi ε~0,σ 2 e Menurut Just dan Pope pada penggunaan input produksi sebagai pengurang risiko risk reducing factors, misalnya penggunaan sistim irigasi, penggunaan pestisida, biaya yang dikeluarkan untuk memprediksi kondisi pasar yang akan datang, menyewa jasa konsultan profesional dan pemakaian peralatanmesin baru merupakan beberapa cara atau faktor dalam merespon adanya risiko yang dihadapi oleh pelaku produksi. Sedangkan faktor lain seperti benih dan pupuk sebagai faktor yang menyebabkan risiko risk inducing factors dalam produksi Robison dan Barry 1987. Pestisida sebagai faktor pengurang risiko dapat diilustrasikan bahwa ketika tidak terdapat hama pada tanaman maka hasil produksi akan normal, sedangkan ketika terdapat hama pada tanaman kemudian diberikan pestisida maka hasil produksi akan normal. Berdasarkan dua kondisi tersebut menunjukkan tidak adanya gap atau penyimpangan untuk pembanding yang sama. Artinya, tidak ada variasi hasil produksi, sehingga bukan merupakan faktor yang dapat menimbulkan risiko. Risiko yang dihadapi petani akan berpengaruh pada pemilihan jenis input yang digunakan. Jika petani bersifat risk averter , maka input yang menyebabkan variasi hasil akan dihindari oleh petani dan petani akan memilih input lain yang diperkirakan tidak menimbulkan variasi hasil yang besar. Variasi hasil akan berakibat pada variasi pendapatan petani. Risiko pada umumnya berhubungan dengan adanya perubahan dalam setiap periode atau waktu, sehingga risiko produksi menggambarkan fluktuasi pada produksi yang dihasilkan petani. Penilaian risiko karena adanya fluktuasi produksi tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan variance produksi periode tertentu. Salah satu model yang dapat menjelaskan mengenai variance 24 produksi tersebut, yaitu model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity GARCH Verbeek 2000. Model GARCH secara khusus di desain untuk model variance yang mana variance sebagai variabel dependent merupakan fungsi dari variabel dependent periode sebelumnya atau variabel independent atau eksogenus. Secara umum model GARCH dapat dirumuskan sebagai berikut Verbeek 2000 : e Y Y j t t p j q j j t j j t j t 1 1 2 2 2 Model GARCH yang umumnya digunakan adalah model GARCH 1,1 yang dapat dirumuskan sebagai berikut Verbeek 2000 : 1 2 1 2 2 t t t dimana : t 2 = variance error pada periode t 1 2 t = error kuadrat periode sebelumnya 1 2 t = variance error pada periode sebelumnya , , = parameter estimasi Model GARCH 1,1 mempunyai arti bahwa variance error pada periode t t 2 ditentukan oleh error kuadrat periode sebelumnya 1 2 t dan variance error pada periode sebelumnya 1 2 t . Variance error menunjukkan variance dari produksi. Model GARCH 1,1 dapat menggunakan Maximum Likelihood Estimation MLE untuk estimasi parameter.

3.2 Teori Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan