Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Caisin

81 usahatani caisin secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi dan variance produksi caisin pada taraf nyata lima persen.

6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Caisin

Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas caisin dapat dijelaskan berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi produksi rata-rata mean production function. Hasil pendugaan persamaan fungsi produksi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi pada Usahatani Caisin di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011 Variabel Koefisien Std. Error z-Statistic Peluang Konstanta 5,552390 0,805757 6,890902 0,0000 Benih X 1 0,332313 0,106897 3,108718 0,0019 Pupuk Kandang X 2 -0,047610 0,064749 -0,735304 0,4622 Kapur X 3 0,149424 0,096905 1,541972 0,1231 Pupuk Urea X 4 0,001976 0,093313 0,021175 0,9831 Pestisida Cair X 5 -0,466096 0,116448 -4,002602 0,0001 Pestisida Padat X 6 0,204067 0,096062 2,124338 0,0336 Pupuk Daun X 7 -0,181706 0,114853 -1,582073 0,1136 Tenaga Kerja X 8 0,625879 0,152155 4,113431 0,0000 Tabel 19 menunjukkan bahwa masing-masing variabel atau faktor produksi memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap produktivitas caisin. Pengaruh tersebut dapat dilihat berdasarkan peluang dan tanda parameter koefisien hasil pendugaan persamaan fungsi produksi. Secara rinci, pengaruh masing-masing variabel atau faktor produksi terhadap produktivitas caisin adalah sebagai berikut :

1. Benih X

1 Hasil pendugaan parameter persamaan fungsi produksi menunjukkan bahwa variabel benih memiliki tanda positif, artinya semakin banyak benih yang digunakan dalam proses produksi caisin maka produktivitas caisin semakin meningkat. Nilai koefisien parameter penggunaan benih bernilai positif sebesar 0,332313, artinya jika terjadi penambahan benih sebesar satu persen maka akan 82 meningkatkan produktivitas caisin sebesar 0,332313 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus. Berdasarkan nilai peluangnya, variabel benih mempunyai nilai peluang sebesar 0,0019. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel benih berpengaruh nyata terhadap produktivitas caisin. Pada kondisi di lapangan, jumlah penggunaan benih tidak selalu disesuaikan dengan luasan lahan atau jarak tanam yang telah dibuat. Sebagian besar petani menanam dengan jarak tanam yang rapat dan penggunaan benih yang berlebih agar hasil produksi lebih tinggi. Sebagian petani respoden yang menggunakan benih caisin lebih banyak, yakni sebanyak dua kilogram namun dengan jarak tanam yang lebih rapat, yaitu sekitar 10 x 10 centimeter atau 10 x 20 centimeter antara lubang tanam sehingga hasil produksi yang akan diperoleh akan lebih banyak. Berbeda dengan petani yang menggunakan benih caisin dalam jumlah yang lebih sedikit, yakni sebanyak satu kilogram namun dengan jarak tanam yang lebih renggang, yaitu 20 x 20 centimeter, sehingga hasil produksi yang akan diperoleh akan lebih sedikit. Selain itu, beberapa responden melakukan penanaman dengan hanya dibuat larik ataupun ditebar, sehingga kebutuhan benih akan semakin banyak, yakni sekitar tiga kilogram. Menurut petani responden yang menggunakan jarak tanam rapat ataupun sistem tebar, hasil produksi akan semakin meningkat karena tanaman caisin dapat tetap tumbuh dalam jarak tanam yang rapat, meskipun pertumbuhannya tidak sebaik pada tanaman yang tumbuh pada jarak yang lebih renggang. Rata-rata penggunaan benih para petani respoden per hektar sebanyak 2,5 kilogram dengan jarak tanam rata-rata 10 x 10 centimeter atau 10 x 20 centimeter, dimana pada satu lubang tanam diisi dengan 3-5 biji benih. Dengan rata-rata penggunaan benih dan jarak tanam tersebut jumlah produksi yang dihasilkan rata- rata sekitar 18 ton per hektar. Berbeda halnya dengan Widiyazid 2008 dimana kebutuhan benih caisin sebanyak 2,0 kilogram dengan jarak tanam 10 x 15 centimeter, sehingga jumlah produksi yang dihasilkan rata-rata sekitar 10 ton per hektar. 83

2. Pupuk kandang X

2 Pupuk kandang sudah banyak dikenal sebagai pupuk yang aman untuk digunakan dan baik untuk tanaman dibandingkan penggunaan pupuk kimia. Namun, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan pupuk kandang untuk komoditas pertanian khususnya sayuran. Umumnya petani responden di Desa Citapen menggunakan pupuk kandang yang masih mentah atau kotoran hewan basah tanpa dikeringkan terlebih dahulu sehingga masih mengandung urine yang tinggi, khususnya kotoran sapi. Pupuk kandang memang lebih memberikan dampak positif dibanding penggunaan pupuk kimia karena pupuk kandang mengandung unsur N yang cukup tinggi pada urine nya, yakni sekitar 75 – 90 persen 11 . Namun, penggunaan pupuk kandang yang masih basah tanpa proses pengeringan atau fermentasi akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena pada kotoran kandang tersebut masih mengandung banyak urine, dimana dalam urine tersebut mengandung gas amoniak yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman caisin. Proses pengolahan atau fermentasi pupuk kandang bertujuan untuk menangkap N dari udara dan menghilangkan gas amoniak 12 . Kondisi di atas sesuai dengan hasil pendugaan parameter pada persamaan fungsi produksi yang menunjukkan bahwa variabel pupuk kandang mempunyai tanda negatif. Hal ini berarti, semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin menurun. Nilai koefisien parameter penggunaan pupuk kandang bernilai negatif sebesar - 0,047610, artinya jika terjadi penambahan pupuk kandang sebesar satu persen maka akan menurunkan produktivitas caisin sebesar 0,047610 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus. Variabel pupuk kandang mempunyai nilai peluang sebesar 0,4622. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas caisin. Rata-rata penggunaan pupuk kandang para petani respoden per hektar sebanyak 6.662,2 kilogram per hektar, yang diberikan saat pengolahan lahan dan saat penanaman benih untuk menutup lubang tanam. Volume penggunaan pupuk 11 Biourine atau Urin Sebagai Pupuk Organik Cair Memilih Alternatif yang Lebih Baik. http:roilbilad.wordpress.com20110222biourine-atau-urin-sebagai-pupuk-organik-cair- memilih-alternatif-yang-lebih-baik. [01 September 2011] 12 BPTP Sulawesi Selatan. 2011. Pemanfaatan Kencing Sapi Menjadi Pupuk Organik Cair. http:pustaka.litbang.deptan.go.idinovasikl1106-ek69.pdf [01 September 2011] 84 kandang tersebut tergolong tinggi. Hal ini diduga karena penggunaan yang berlebih dan pupuk kandang yang memiliki bobot tinggi karena masih mengandung urine yang tinggi. Sedangkan menurut Wahyudi 2010, kebutuhan pupuk kandang per hektar cukup sebanyak 3.000 kilogram yang digunakan untuk pengolahan lahan. Penggunaan pupuk kandang cukup digunakan pada tanah saat pengolahan lahan, sehingga tidak terdapat penggunaan yang berlebihan yang nantinya akan menurunkan produksi caisin.

3. Kapur X

3 Penggunaan kapur dalam usahatani caisin menunjukkan bahwa semakin banyak kapur yang digunakan dalam proses produksi caisin maka produktivitas caisin semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh tanda parameter dari hasil pendugaan persamaan fungsi produki, dimana nilai koefisien parameter penggunaan kapur bernilai positif sebesar 0,149424. Artinya jika terjadi penambahan kapur sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas caisin sebesar 0,149424 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus . Sementara itu, berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi produksi tersebut menunjukkan variabel kapur mempunyai nilai peluang sebesar 0,1231. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel kapur mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produktivitas caisin. Petani responden di Desa Citapen menggunakan kapur pertanian untuk meningkatkan meningkatan pH tanah menjadi netral. Rata-rata petani responden di Desa Citapen memiliki tanah dengan pH 4,5-7,0, sedangkan kondisi pH tanah yang optimum untuk tanaman caisin menurut Wahyudi 2010 adalah pH 6,0-6,8. Oleh karena itu, bagi petani yang memiliki tanah dengan pH rendah, maka penggunaan kapur akan lebih banyak. Rata-rata penggunaan kapur petani responden di Desa Citapen per hektar sebanyak 963,17 kilogram. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhun budidaya caisin menurut Wahyudi 2010 dimana kebutuhan kapur per hektar sebanyak 1.000 kilogram. Pada kondisi di lapangan, penggunaan kapur dalam setiap periode tanam dilakukan oleh petani responden karena tingkat kesuburan tanah yang semakin menurun. Menurunnya tingkat kesuburan tanah ini disebabkan karena intensitas penggunaan lahan yang tinggi atau lahan yang tidak henti-hentinya digunakan 85 untuk bertani, sehingga membutuhkan kapur sebagai penetral pH tanah dan meningkatkan unsur hara tanah selain dari penggunaan pupuk kandang. Selain itu, kapur berfungsi juga dalam meningkatkan ketersedian unsur hara dalam tanah sehingga mudah diserap tanaman, menetralisir senyawa-senyawa beracun, baik organik maupun an-organik, dan meningkatkan populasi serta aktivitas mikro organisme tanah yang sangat menguntungkan terhadap ketersediaan hara tanah. Hal ini menjadi alasan bagi seluruh petani respoden yang selalu menggunakan kapur dalam kegiatan usahatani caisin.

4. Pupuk urea X

4 Hasil pendugaan parameter pada persamaan fungsi produksi menunjukkan bahwa variabel pupuk urea mempunyai tanda parameter positif. Hal ini berarti, semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. Nilai koefisien parameter penggunaan pupuk urea bernilai positif sebesar 0,001976, artinya jika terjadi penambahan pupuk urea sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas caisin sebesar 0,001976 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus . Berdasarkan nilai peluangnya, variabel pupuk urea mempunyai nilai peluang sebesar 0,9831. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea mempunyai pengaruh yang tidak nyata terhadap produktivitas caisin pada taraf nyata sebesar 20 persen. Pada kondisi di lapangan, petani responden hanya menggunakan pupuk urea saja untuk pertumbuhan tanaman caisin dan tidak menggunakan jenis pupuk kimia lainnya. Hal inilah yang menyebabkan petani responden menggunakan pupuk urea dalam jumlah yang banyak. Pupuk urea dianggap sebagai pupuk terbaik yang dibutuhkan untuk tanaman caisin, yaitu untuk pertumbuhan batang, jumlah daun, dan warna hijau daun. Rata-rata penggunaan pupuk urea para petani respoden per hektar sebanyak 533,95 kilogram pada musim hujan dan sebanyak 563,24 kilogram pada musim kemarau. Penggunaan pupuk urea dalam jumlah yang lebih banyak pada musim kemarau tersebut dikarenakan menurut beberapa petani bahwa saat musim kemarau, tanaman caisin lebih membutuhkan asupan pupuk urea yang lebih banyak agar ketahanan pertumbuhan tanaman terjaga karena pada musim kemarau 86 serangan hama dan penyakit cenderung meningkat. Menurut Wahyudi 2010, budidaya caisin membutuhkan pupuk urea hanya sebanyak 300 kilogram. Namun selain pupuk urea, ada penggunaan pupuk kimia lainnya, yaitu pupuk SP-36 sebanyak 150 kilogram dan pupuk KCL sebanyak 150 kilogram. Untuk menyeimbangkan penggunaan pupuk kimia tersebut, petani responden di Desa Citapen menggunakan pupuk urea dalam jumlah yang lebih banyak.

5. Pestisida cair X

5 Nilai koefisien parameter penggunaan pestisida cair bernilai negatif sebesar -0,466096, artinya jika terjadi penambahan pestisida cair sebesar satu persen maka akan menurunkan produktivitas caisin sebesar 0,466096 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus. Tanda paramater variabel pestisida cair menunjukkan tanda negatif, artinya semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin menurun. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka penggunaan variabel pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produktivitas caisin. Berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi produksi menunjukkan bahwa variabel pestisida cair memiliki nilai peluang sebesar 0,0001. Pestisida cair yang digunakan petani responden terdiri dari dua jenis, yaitu curachron dan decis, dimana keduanya merupakan jenis insektisida. Semua petani responden menggunakan curachron sebagai pembasmi hama, tetapi sebagian kecil petani juga menggunakan decis untuk membasmi hama. Penggunaan pestisida cair yang terlalu banyak akan menurunkan produktivitas caisin karena penggunaan pestisida ini lebih dibutuhkan jika memang terdapat hama penyakit, karena fungsinya tersebut sebagai insektisida pembasmi hama, bukan pencegah hama. Kondisi yang terjadi di lapangan, petani tetap menggunakan pestisida cair disaat kondisi apapun, baik itu ketika tanaman dalam kondisi terserang hama ataupun tidak terserang hama. Kemudian pemberian pestisida ini juga diberikan pada seluruh tanaman. Akibatnya, akan terjadi overdosis insektisida pada tanaman. Rata-rata penggunaan pestisida cair para petani respoden per hektar sebanyak 3,66 liter saat musim hujan dan sebanyak 4,64 liter saat musim kemarau. Jumlah penggunaan ini jauh lebih tinggi dibandingkan penggunaan insektisida 87 menurut Wahyudi 2010 dimana kebutuhan akan insektisida pada tanaman caisin hanya sebanyak dua liter per hektar.

6. Pestisida padat X

6 Pestisida padat yang digunakan petani responden terdiri dari tiga jenis, yaitu kardan, lanet, dan antrakol, dimana antrakol merupakan jenis fungisida sedangkan kardan dan lanet mengandung fungsisida dan insektisida. Masing- masing petani responden menggunakan jenis pestisida padat yang berbeda-beda, ada yang menggunakan ketiga jenis pestisida padat sekaligus ataupun hanya menggunakan satu jenis. Hasil pendugaan persamaan fungsi produksi menunjukkan bahwa variabel pestisida padat mempunyai tanda parameter positif, artinya semakin banyak pestisida padat yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. Nilai koefisien parameter penggunaan pestisida padat bernilai positif sebesar 0,204067, artinya jika terjadi penambahan pestisida padat sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas caisin sebesar 0,204067 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus. Penggunaan ketiga jenis pestisida padat tersebut mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produktivitas caisin pada taraf nyata sebesar 20 persen, dimana variabel pestisida padat mempunyai nilai peluang sebesar 0,0336. Kondisi yang terjadi di lapangan bahwa penggunaan ketiga jenis pestisida padat tidak menurunkan produktivitas caisin, karena ketiga pestisida padat ini mengandung zat-zat yang berfungsi untuk mencegah hama atau bersifat fungi. Sehingga sebaliknya, penggunaan pestisida padat dapat meningkatkan produktivitas caisin. Hal ini dikarenakan pestisida jenis fungi mengandung vitamin yang berfungsi untuk memperkuat tanaman sebagai usaha pencegahan munculnya hama, sehingga penggunaan pestisida padat tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Rata-rata penggunaan pestisida padat para petani respoden per hektar sebanyak 6,95 kilogram saat musim hujan dan sebanyak 8,34 kilogram saat musim kemarau. Penggunaan saat musim kemarau akan lebih ditingkatkan karena petani segera mengantisipasi akan datangnya serangan hama dan penyakit yang meningkat dengan pemberian yang lebih banyak. 88

7. Pupuk daun X

7 Variabel pupuk daun mempunyai tanda parameter negatif, artinya semakin banyak pupuk daun yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin menurun. Nilai koefisien parameter penggunaan pupuk daun bernilai negatif sebesar -0,181706, artinya jika terjadi penambahan pupuk daun sebesar satu persen maka akan menurunkan produktivitas caisin sebesar 0,181706 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus. Berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi produksi menunjukkan bahwa variabel pupuk daun mempunyai nilai peluang sebesar 0,1136. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel pupuk daun berpengaruh nyata terhadap produktivitas caisin. Pupuk daun berfungsi utama untuk meningkatkan warna hijau daun sehingga lebih menarik dan juga mengandung zat-zat penambah subur tanaman caisin. Menurut salah satu petani responden yang juga merupakan ketua Gapoktan Rukun Tani, penggunaan pupuk daun sebaiknya hanya pada waktu-waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari sebelum tanaman dipanen, informasi ini sesuai dengan hasil penyuluhan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan hasil panen dengan warna daun yang menarik dan zat-zat yang dibutuhkan caisin cukup sehingga tidak berlebih. Namun, kondisi yang terjadi di lapangan bahwa, penggunaan pupuk daun diberikan dalam intensitas yang sering sehingga jumlah pupuk daun yang diberikanpun akan lebih banyak, yakni sekitar 80 persen petani responden menggunakan pupuk daun yang dibarengi kegiatan penyemprotan pestisida. Akibatnya, warna hijau daun yang dihasilkan akan terlalu tua sehingga kurang menarik serta daun cenderung akan terlihat kering dan mengecil karena kelebihan zat tumbuh pada daun. Semakin banyak pupuk daun yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin akan semakin menurun. Oleh karena itu, pengaturan waktu pemberian pupuk daun pada tanaman caisin harus tetap diatur sesuai kebutuhan tanaman tersebut. Rata-rata penggunaan pupuk daun para petani respoden per hektar sebanyak 2,51 kilogram, baik pada musim kemarau ataupun musim hujan.

8. Tenaga kerja X

8 Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang cukup penting bagi usahatani caisin. Variabel tenaga kerja mempunyai tanda parameter positif, 89 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. Nilai koefisien parameter penggunaan tenaga kerja bernilai positif sebesar 0,625879, artinya jika terjadi penambahan tenaga kerja sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas caisin sebesar 0,625879 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus . Sementara itu, jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas caisin. Berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi produksi menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja mempunyai nilai peluang sebesar 0,0000. Pada kondisi di lapangan, usahatani caisin membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit, khususnya untuk kegiatan penyulaman, penyiangan, dan panen. Semakin sedikit penggunaan tenaga kerja maka akan mempengaruhi jumlah hasil produksi caisin. Contohnya, pada saat panen, jika tenaga kerja yang digunakan sedikit sedangkan lahan yang digunakan luas, maka hasil panen yang akan diperoleh tidak maksimal karena panen tidak dapat dilakukan dalam sehari, sehingga panen harus dilakukan beberapa hari. Akibatnya, kualitas caisin yang dihasilkan akan menurun dan kuantitas hasil produksi dapat berkurang terlebih pada intensitas hujan yang tinggi, dimana panen seharusnya dilakukan dengan cepat agar tanaman tidak terlalu lama tergenang air. Tanaman yang tergenang air akan mudah layu dan busuk. Rata-rata penggunaan tenaga kerja para kegiatan usahatani caisin per hektar sebanyak 324,75 HOK, baik itu tenaga kerja luar keluarga maupun tenaga kerja dalam keluarga, baik pada musim kemarau ataupun musim hujan. Sesuai kondisi di lapangan bahwa tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk kelancaran dan kemudahan kegiatan produksi caisin. Sehingga penambahan tenaga kerja akan dibarengi dengan peningkatan produktivitas caisin tersebut.

6.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variance Produktivitas