Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data

32 Pemilihan Poktan Pondok Menteng dilakukan dengan menggunakan sampel tidak acak nonrandom sampling, yaitu teknik purposive karena Poktan Pondok Menteng dianggap sebagai tempat yang paling cocok untuk tempat penelitian. Selain itu, Poktan Pondok Menteng dipilih karena memiliki jumlah anggota terbanyak dibandingkan dengan Poktan lainnya. Anggota Poktan Pondok Menteng sebanyak 104 anggota dari total 232 anggota, sedangkan sisanya sebanyak 128 anggota tersebar di enam poktan lainnya yang bertani di bidang sayuran, ternak, dan juga usaha dagang. Sebanyak 50 persen dari 104 anggota tersebut merupakan petani sayur-sayuran dan tanaman pangan, sehingga akan mudah mendapatkan responden petani sayuran. Responden dalam penelitian yang akan digunakan adalah para petani yang mengusahakan caisin di Poktan Pondok Menteng. Pengambilan sampel dilakukan dengan sampel tidak acak nonrandom sampling, yaitu teknik purposive karena adanya keterbatasan kondisi di lapangan sehingga penulis dengan dibantu pembimbing lapang memilih responden yang mempunyai waktu dan dapat mudah untuk diwawancarai atau berinteraksi. Pemilihan responden tersebut merupakan pihak yang dianggap paling baik dalam memberikan informasi dan dapat menjelaskan mengenai usahatani caisin. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 35 orang untuk memenuhi aturan umum secara statistik yaitu ≥ 30 orang karena sudah terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk memprediksi populasi yang diteliti.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode observasi pengamatan langsung untuk mengamati proses terjadinya beberapa kegiatan budidaya yang berlangsung dilokasi penelitian, metode kuesioner angket yang akan diisi langsung oleh peneliti sesuai dengan hasil wawancara diperoleh dari responden, dan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi lain yang dibutuhkan diluar pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Sedangkan pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini diantaranya dengan berkunjung langsung ke instansi dan dinas terkait kemudian melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 33

4.5 Metode Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif untuk melihat keragaan dan gambaran usahatani caisin di daerah penelitian dan untuk mendukung data kuantitatif. Sementara itu, data mengenai input dan output usahatani caisin dianalisis secara kuantitatif dengan model GARCH 1,1 yang dilakukan dengan bantuan alat aplikasi, yakni Eviews 6. Sedangkan, analisis pendapatan usahatani dilakukan dengan bantuan alat aplikasi komputer, yakni Microsoft Excel.

4.5.1 Model GARCH 1,1

Pengukuran risiko produksi dalam penelitian ini menggunakan nilai variance error produksi. Salah satu model yang digunakan untuk mengetahui variance error tersebut adalah model GARCH 1,1. Risiko produksi diperoleh dengan melakukan pendugaan terhadap fungsi produksi dan fungsi variance error produksi. Adapun fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb- Douglas dalam bentuk logaritma natural Ln. Produktivitas caisin dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi, yaitu benih, pupuk kandang, kapur, pupuk urea, pestisida padat, pestisida cair, pupuk daun, dan tenaga kerja. Sedangkan variance error produktivitas caisin dipengaruhi oleh error kuadrat dan variance error produktivitas musim sebelumnya, benih, pupuk kandang, kapur, pupuk urea, pestisida padat, pestisida cair, pupuk daun, dan tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data cross section, yaitu petani responden dan data time series, yaitu periode waktu dua musim tanam atau dengan kata lain kedua data ini disebut sebagai data panel. Model GARCH digunakan karena adanya variasi baik diantara musim tanam maupun diantara petani responden. Adapun persamaan fungsi produksi dan fungsi variance error produksi adalah sebagai berikut : LnY it = β + β 1 LnX 1it + β 2 LnX 2it + β 3 LnX 3it + β 4 LnX 4it + β 5 LnX 5it + β 6 LnX 6it + β 7 LnX 7it + β 8 LnX 8it + ε Ln σ 2 y it = θ + θ 1 ε 2 it - 1 + θ 2 Ln σ 2 y it - 1 + θ 3 LnX 1it-1 + θ 4 LnX 2it-1 + θ 5 LnX 3it-1 + θ 6 LnX 4it-1 +θ 7 LnX 5it-1 + θ 8 LnX 6it-1 + θ 9 LnX 7it-1 + θ 10 LnX 8it-1 + ε 34 Tanda dan besaran parameter yang diharapkan berdasarkan teori Just dan Pope adalah sebagai berikut Robison dan Barry 1987 : β 1, β 2, β 3, β 4, β 5, β 6, β 7, β 8, θ 1, θ 2, θ 3, θ 4, θ 5, θ 6, θ 9, θ 10 0 ; θ 7, θ 8 dimana : Y = Produktivitas caisin kgha X 1 = Jumlah benih per periode tanam kgha X 2 = Jumlah pupuk kandang per periode tanam kgha X 3 = Jumlah kapur per periode tanam kgha X 4 = Jumlah pupuk urea per periode tanam kgha X 5 = Jumlah pestisida cair per periode tanam literha X 6 = Jumlah pestisida padat per periode tanam kgha X 7 = Jumlah pupuk daun per periode tanam kgha X 8 = Jumlah tenaga kerja per periode tanam HOKha σ 2 y = Variance error produktivitas caisin ε = Error t = Musim 1=musim kemarau, 2=musim hujan i = Petani Responden i = 1, 2, 3, ......, 35 β 0, θ = Intercept β 1 , β 2 ,…,β 8 = Koefisien parameter dugaan X 1, X 2 ,...,X 8 θ 3 , θ 4 ,…,θ 10 = Koefisien parameter dugaan X 1, X 2 ,...,X 8

4.5.2 Pengujian Hipotesa

Pengujian hipotesa yang dilakukan adalah untuk melihat sifat kebaikan dan tingkat kesesuaian model dalam memprediksi variabel dependent maka dilakukan evaluasi model dugaan. Evaluasi model dugaan yang dilakukan, yaitu koefisien determinasi R 2 dan uji signifikansi model dugaan. a. Koefisien determinasi R 2 Untuk memperkuat pengujian, baik fungsi produksi rata-rata maupun fungsi produksi variance maka dihitung besarnya koefisien determinasi R 2 . Koefisien determinasi R 2 digunakan untuk mengukur goodness of fit model dugaan dan untuk mengetahui berapa jauh keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang telah dipilih. Nilai R 2 maksimal bernilai 1 minimal bernilai 0. nilai R 2 mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model, sisanya 1- R 2 dijelaskan oleh komponen error atau faktor-faktor lain di luar model. semakin tinggi nilai R 2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent. Menurut Gujarati 1993 rumus dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut : 35 ΣŶ - Ῡ 2 R 2 = ΣY - Ῡ 2 dimana : ΣŶ - Ῡ 2 = Jumlah kuadrat regresi SS regression ΣY - Ῡ 2 = Jumlah kuadrat total SS total b. Uji signifikansi model dugaan Pemeriksaan akurasi model dugaan, disamping menggunakan ukuran deskriptif melalui tersebut, juga dibutuhkan pemeriksaan melalui inferensia statistika, yakni melalui uji signifikansi model dugaan. Uji signifikansi model dugaan dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produktivitas caisin. 1 Pengujian untuk fungsi produksi rata-rata Hipotesis : H : β i = 0 ; i = 1,2,3,4,…,8 H 1 : salah satu dari β ada ≠ 0 2 Pengujian untuk fungsi produksi variance Hipotesis : H : θ i = 0 ; i = 3,4,5,…,10 H 1 : salah satu dari θ ada ≠ 0 Untuk pengujian kedua fungsi produksi diatas maka uji statistik yang digunakan adalah uji F Gujarati 1993 : 1 1 2 2 k n R k R hitung F dimana : R 2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel termasuk intercept n = Jumlah responden Kriteria uji : F-hitung F-tabel k, n-k-1 pada taraf nyata α : tolak H F-hitung F-tabel k, n-k-1 pada taraf nyata α : terima H 36 Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P, dengan kriteria sebagai berikut : P , maka tolak H P , maka terima H

4.5.3 Analisis Pendapatan Usahatani Caisin 1 Penerimaan Usahatani Caisin

Analisis penerimaan dapat dihitung dari perkalian antara jumlah total hasil produksi dan harga jual per satuan caisin. Analisis penerimaan usahatani merupakan penerimaan petani sebelum dikurangi biaya-biaya usahatani. Analisis penerimaan terdiri dari analisis penerimaan tunai, penerimaan tidak tunai yang diperhitungkan, dan penerimaan total. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara tunai, melainkan digunakan untuk konsumsi sendiri. Penerimaan total adalah penjumlahan antara penerimaan tunai dengan penerimaan tidak tunai. 2 Biaya Usahatani Caisin Biaya total dalam usahatani caisin terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya sarana-sarana produksi yang digunakan untuk usahatani caisin, sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja petani dan modal. Komponen biaya tunai seperti, benih, pupuk kandang, kapur, pupuk urea, pestisida cair, pestisida padat, pupuk daun, dan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan komponen biaya diperhitungkan seperti, sewa lahan milik sendiri ha, sewa lahan bagi hasil dan penggarap, dan penyusutan peralatan. Komponen-komponen perhitungan biaya secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6. 3 Pendapatan Usahatani Caisin Analisis pendapatan merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan dan total biaya usahatani yang dikeluarkan. Total penerimaan diperoleh dari perkalian antara hasil produksi output dengan harga jual per satuan, sedangkan total biaya usahatani merupakan penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya diperhitungkan. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan 37 pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sementara itu, pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Analisis pendapatan usahatani caisin perlu dilakukan oleh petani responden untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari usahatani caisin dan mengetahui keuntungan dari kegiatan usahatani yang diusahakan. Secara rinci, komponen pendapatan usahatani caisin dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Komponen Pendapatan Usahatani Caisin No Keterangan Componen A Penerimaan tunai Harga x Hasil panen yang dijual Kg B Penerimaan yang diperhitungkan Harga x Hasil panen yang dikonsumsi Kg C Total Penerimaan A + B D Biaya tunai a. Biaya sarana produksi : benih, pupuk kandang, kapur, pupuk urea, pestisida cair, pestisida padat, pupuk daun. b. Biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK c. Pajak E Biaya yang diperhitungkan a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK b. Penyusutan peralatan c. Lahan milik sendiri sewa F Total Biaya D + E G Pendapatan atas biaya tunai A – D H Pendapatan atas biaya total C – F Dalam analisis pendapatan usahatani perlu diperhitungkan biaya penyusutan dari peralatan pertanian yang digunakan dalam kegiatan usahatani tersebut. Biaya penyusutan peralatan pertanian diperhitungkan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis barang tersebut. Terdapat asumsi nilai sisa bernilai nol tidak ada karena barang habis dipakai hingga umur ekonomisnya berakhir. Biaya penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut Soekartawi et.al. 1986 : 38 Nb – Ns Biaya Penyusutan = n dimana : Nb = Nilai pembelian Rp Ns = Nilai sisa Rp n = Umur ekonomis tahun

4.5.4 Hipotesis

1. Hipotesis fungsi produksi rata-rata Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap rata-rata hasil produksi caisin. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah : a. Benih X 1 β 1 0 artinya semakin banyak benih yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. b. Pupuk kandang X 2 β 2 0 artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat.. c. Kapur X 3 β 3 0 artinya semakin banyak kapur yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. d. Pupuk urea X 4 β 4 0 artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. e. Pestisida cair X 5 β 5 0 artinya semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. f. Pestisida padat X 6 β 6 0 artinya semakin banyak pestisida padat yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. g. Pupuk daun X 7 β 7 0 artinya semakin banyak pupuk daun yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. 39 h. Tenaga kerja X 8 β 8 0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas caisin semakin meningkat. 2. Hipotesis fungsi produksi variance Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa tidak semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap variasi hasil produksi caisin. Sesuai tanda dan besaran parameter yang diharapkan didasarkan pada teori Just dan Pope Robison dan Barry 1987. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah : a. Benih X 1 θ 3 0 artinya semakin banyak benih yang digunakan dalam proses produksi maka variasi produktivitas caisin semakin meningkat, sehingga benih sebagai faktor yang menimbulkan risiko risk inducing factors. b. Pupuk kandang X 2 θ 4 0 artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka variasi produktivitas caisin semakin meningkat, sehingga pupuk kandang sebagai faktor yang menimbulkan risiko risk inducing factors . c. Kapur X 3 θ 5 0 artinya semakin banyak kapur yang digunakan dalam proses produksi maka variasi produktivitas caisin semakin meningkat, sehingga kapur sebagai faktor yang menimbulkan risiko risk inducing factors. d. Pupuk urea X 4 θ 6 0 artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi maka variasi produktivitas caisin semakin meningkat, sehingga pupuk urea sebagai faktor yang menimbulkan risiko risk inducing factors. e. Pestisida cair X 5 θ 7 0 artinya semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka variasi produktivitas caisin semakin menurun, sehingga pestisida cair sebagai faktor pengurang risiko risk reducing factors. 40 f. Pestisida padat X 6 θ 8 0 artinya semakin banyak pestisida padat yang digunakan dalam proses produksi maka variasi produktivitas caisin semakin menurun, sehingga pestisida padat sebagai faktor pengurang risiko risk reducing factors. g. Pupuk daun X 7 θ 9 0 artinya semakin banyak pupuk daun yang digunakan dalam proses produksi maka variasi produktivitas caisin semakin meningkat, sehingga pupuk daun sebagai faktor yang menimbulkan risiko risk inducing factors. h. Tenaga kerja X 8 θ 10 0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka variasi produktivitas caisin semakin meningkat, sehingga tenaga kerja sebagai faktor yang menimbulkan risiko risk inducing factors.

4.6 Definisi Operasional