Metode perburuan Perdagangan Burung

Keterangan : 1. Johnson et al. 1990 4. Sibuea 1996 2. Aminah M dan Rahmina D 1993 5. Iskandar dan Karlina 2004 3. Aminah M dan Rahmina D 1993 6. Jamaksari 2011 Kegiatan penangkapan burung pada umumnya dilakukan oleh kelompok masyarakat ekonomi lemah dan dijadikan sebagai pekerjaan sampingan. Kegiatan tersebut telah dilakukan secara turun temurun, bahkan lokasi penangkapan burung sudah meluas. Awalnya aktivitas penangkapan hanya disekitar Desa Singakerta, namun saat ini sudah meluas ke daerah lain seperti ke desa-desa di kecamatan lain di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Karawang, bahkan ke daerah Jawa Tengah. Kegiatan menangkap burung dilakukan hampir setiap hari terutama pada saat tidak terang bulan atau saat tanaman padi mulai tumbuh dengan rata-rata 25 hari perbulan dilakukan penangkapan burung Iskandar Karlina 2004.

2.2 Metode perburuan

Banyak cara yang dilakukan oleh pemburu di wilayah Indramayu untuk melakukan perburuan burung. Beberapa metode perburuan yang dilakukan diantaranya adalah : 1. Ngobor teknik obor Milton Marhadi 1985, Johnson et al. 1990, Purnama Indrawan 2007, Whitworth et al. 2008, Jamaksari 2011. Pemburu menggunakan lampu petromaks yang dimodifikasi menggunakan seng alumunium sebagai alat untuk memfokuskan arah sinar serta tangkrup untuk menangkap burung. Cara kerja alat ini adalah pemburu berada di belakang sinar kemudian mengarahkan sinar ke target burung. 2. Jaring Kabut Milton Marhadi 1985, Johnson et al. 1990, Mustari 1992, Iskandar Karlina 2004, Purnama Indrawan 2007, Whitworth et al. 2008, Jamaksari 2011. Teknik ini dilakukan dengan cara membentangkan jaring di daerah lintasan burung. Areal berburu biasanya di daerah pertambakan, sawah dan pesisir. 3. Clap net Sahab Milton Marhadi 1985, Basuni Setiyani 1989, Johnson et al. 1990, Purnama Indrawan 2007, Jamaksari 2011. Metode ini menggunakan dua buah jaring yang dipasang saling berhadapan. Pada setiap ujung bingkainya diikat dengan tali, yang saling berhubungan ke tali pusat. Pada penggunaan sahab biasanya digunakan juga burung pengikat dan umpan yang bertujuan untuk menarik perhatian burung-burung air lainnya. Apabila burung sudah berkumpul ditengah-tengah sahab, maka pemburu akan menarik tali pusat sehingga sahabnya tertutup. 4. Pulut Purnama Indrawan 2007. Metode ini biasanya digunakan untuk menangkap famili Anatidae pada sawah yang telah dipanen. Pemburu membawa rekaman suara burung dan burung tiruan untuk menarik perhatian burung target. 5. Senter Mustari 1992. Pemburu menggunakan senter sebagai alat penerang serta tangkrup untuk menangkap burung.

2.3 Perdagangan Burung

Perdagangan secara internasional telah diatur oleh CITES Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora . Jenis burung yang diperdagangkan oleh Indonesia, baik di pasar internasional maupun lokal merupakan jenis yang termasuk daftar CITES maupun yang tidak non- CITES Soehartono Mardiastuti 2003. Secara umum perdagangan burung mencakup dua tujuan yaitu perdagangan burung untuk tujuan peliharaan burung paruh bengkok dan burung berkicau dan burung untuk tujuan konsumsi. Burung-burung air telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir Pantai Utara Jawa untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Pada awalnya pemanfaatan jenis burung tersebut hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan protein bagi masyarakat setempat. Namun dalam perkembangannya, ternyata jenis-jenis burung tersebut tidak saja dimanfaatkan untuk kebutuhan protein, tetapi juga untuk diperjualbelikan kepada masyarakat kota guna menambah sumber pendapatan. Pemanfaatan jenis-jenis burung air oleh masyarakat pesisir pantai utara Jawa Barat secara faktual telah menjadi sumber mata pencaharian yang dapat mensubtitusi mata pencaharian utama sebagai nelayan disaat tidak dapat melaut. Bila dilihat dari hasil materi yang didapat, usaha perburuan burung dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pendapatan total rumah tangga Iskandar Karlina 2004.

2.4 Rantai Perdagangan Burung