2.4 Rantai Perdagangan Burung
Perdagangan burung dimulai dari pengambilannya di alam sampai pada konsumen. Jalur distribusi burung dari pengambilannya di alam sampai pada
konsumen disebut jalur perdagangan burung. Pelaku perdagangan sumberdaya alam pada umumnya mencakup pengumpul dan penjual sumberdaya alam atau
collector , pembeli sekaligus penjual atau trader, pembeli sekaligus penjual skala
besar atau large-stock trader, serta pembeli dan pengguna atau consumer MWBP 2006 diacu dalam Siagian 2011.
Dalam sistem perburuan burung di Desa Singakerta, Kecamatan Krangkeng, Indramayu, terdapat beberapa aktor yang berpengaruh terhadap
sistem. Ada empat aktor yang berperan dalam rantai perdagangan burung yaitu pemburu, bakul atau pengepul, pedagang dan konsumen Jamaksari 2011.
Gambar 1 Rantai perdagangan burung air di Singakerta Jamaksari 2011.
Pemburu Bakul
Pedagang Konsumen
2.5 Permasalahan Konservasi Burung
Burung air di sepanjang pantai utara Indramayu - Cirebon banyak mengalami ancaman yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya Widodo
et al . 1996. Beberapa faktor yang dapat mengancam kelangsungan hidup burung-
burung air tersebut diantaranya adalah pengalihan peruntukan habitat, perburuan burung dan dampak penggunaan pestisida.
Hoogerwerf 1984 diacu dalam Mustari 1992 menyatakan bahwa habitat burung air dapat berupa persawahan, danau, rawa, sekitar aliran sungai dan daerah
estuaria. Pantai Utara Pulau Jawa telah mendapat tekanan berat berupa dialihfungsikannya areal alami hutan bakau menjadi peruntukan lain yang
berdasarkan fungsi ekonomi seperti tambak, perumahan dan lokasi industri. Dalam kaitannya dengan kehidupan burung-burung air, pengalihfungsian tersebut
akan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan makanan serta perubahan fungsi
ekosistem Widodo et al. 1996. Perubahan fungsi lahan ini mengakibatkan hilangnya habitat alami burung baik sebagai tempat berlindung, tempat mencari
makan maupun sebagai tempat berkembangbiak. Penangkapan ratusan ribu burung air yang bermigrasi di sepanjang Pesisir
Utara Jawa, yang kemudian dijual sebagai makanan di pasar setempat, sangat membahayakan jenis-jenis tersebut sehingga jumlahnya menjadi jauh berkurang.
Kelangkaan burung di pedesaan di Jawa, baik ditinjau dari jumlah dan keanekaragamannya, sangat menyedihkan. Hal ini disebabkan oleh kombinasi
antara penggunaan pestisida, kehilangan habitat dan penembakan dengan senapan angin dan ketapel MacKinnon et al. 2010.
Burung mudah terkontaminasi pestisida karena kebiasaan hidupnya yang selalu berpindah dan memakan berbagai jenis makanan seperti biji-bijian, ikan,
serangga dan binatang lainnya. Burung dapat mengakumulasi bahan beracun dalam konsentrasi besar, karena menempati posisi tertinggi dalam rantai makanan.
Insektisida golongan klor-organik yang sangat persisten seringkali dianggap sebagai penyebab punahnya atau berkurangnya populasi banyak burung pemakan
ikan pada berbagai ekosistem di dunia Ginoga 1999. Dampak negatif insektisida terhadap burung dapat terjadi secara langsung yaitu berupa kematian, karena
adanya kontak antara burung dengan insektisida pada waktu pemberantaan hama, dan secara tidak langsung berupa peracunan melalui rantai makanan Nandika
1986 diacu dalam Ginoga 1999.
BAB III METODE PENELITIAN