5.1.6 Waktu perburuan
Perburuan burung banyak dilakukan pada bulan Oktober - Maret. Diluar bulan tersebut perburuan tetap dilakukan, yaitu berburu burung penetap. Aktivitas
berburu dilakukan hampir setiap hari terutama pada saat cuaca cerah, tidak terang bulan atau saat tanaman padi mulai tumbuh, dengan rata-rata waktu perburuan
selama 20-25 hari per bulan. Setiap bulannya, ada tanggal-tanggal tertentu dimana terdapat jumlah tangkapan burung terbanyak dan sebaliknya, baik jumlah individu
maupun jumlah spesiesnya. Selama penelitian, pada bulan Desember jumlah tangkapan burung terbanyak dijumpai pada tanggal 29, sedangkan jumlah
tangkapan tersedikit dijumpai pada tanggal 20 Tabel 7.
Tabel 7 Jumlah individu dan spesies burung yang paling banyak dan paling sedikit tertangkap pada setiap bulannya selama penelitian
Bulan Tanggal Jumlah
Jumlah total
Individu Rata-rata
Desember 290.38 Terbanyak 29 526
3.775 Tersedikit 20 71
Januari 307.80 Terbanyak 15 449
9.542 Tersedikit 14 194
Februari 60.53 Terbanyak 1 109
908 Tersedikit 11 12
Spesies
Desember Terbanyak 29 21
22 Tersedikit 19
dan 20 8
Januari Terbanyak 8 20
23 Tersedikit 18 11
Februari Terbanyak 4
dan 12 13
20 Tersedikit 13 3
5.1.7 Metode perburuan
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pemburu, terdapat beberapa metode perburuan burung, diantaranya adalah :
1. Jaring gelandang Jaring kabut
Jaring gelandang adalah jaring yang setelah proses pemasangannya pada
sore hari, jaring tersebut tidak sering dicek atau dengan kata lain dibiarkan begitu saja dan akan di cek lagi pada pagi harinya Gambar 8a-d. Sebelum jaring
dipasang, pemburu terlebih dahulu mencari lokasi yang banyak terdapat jejak- jejak burung. Jejak dan tanda yang dapat diamati diantaranya adalah jejak kaki,
bekas makan, dan bulu yang rontok. Jaring umumnya dipasang di areal
persawahan di pematang sawah, rawa, tambak dan pesisir. Hasil buruan diantaranya adalah jenis Bambangan, Berkik, Kareo, Mandar, Terik, dan burung
air lainnya. Jaring terbuat dari bahan nilon dan ada juga yang terbuat dari bahan
plastik. Ukuran mata jaring bermacam-macam, yaitu 1, 1½, 2, 2½, 3 dan 3½ inci. Pada sisi kanan dan kiri jaring terdapat bambu penyangga yang disebut telajak,
dengan tinggi sekitar 2 m. Dalam berburu, pemburu biasanya membawa 6 ting- ting
jaring. Ting-ting merupakan ukuran sepuluh gawang jaring. Satu gawang panjangnya 8–10 m.
Gambar 8 a Ilustrasi jaring gelandang b jaring tampak dari samping c Proses pemasangan jaring d Jaring yang sudah terpasang.
2. Ngobor
Alat utama yang digunakan pada metode ini antara lain lampu petromaks Gambar 9a-b, tangkrup Gambar 9c dan waring Gambar 9d. Pada salah satu
sisi kaca petromaks ditambahkan seng alumunium yang berfungsi untuk memfokuskan arah sinar sehingga sinar akan terkumpul pada satu sisi dan
memudahkan dalam perburuan. Bahan bakar yang digunakan pada petromaks adalah bensin ± 2 liter untuk sekali berburu.
Cara berburu dengan metode ini adalah pemburu terus berjalan pelan sepanjang malam dibelakang sinar petromaks sambil mengamati keadaan sekitar.
Hasil buruan yang di dapat lebih beragam dibandingkan metode jaring gelandang,
8 – 10 m 1 m
2,5 m
Telajak
a b
d c
karena hampir semua burung yang ditemui akan ditangkap menggunakan tangkrup
, baik itu burung anakan maupun dewasa.
e
d c
b a
Gambar 9 a Lampu petromaks dilihat dari belakang b Lampu petromaks
dilihat dari depan c Tangkrup d Waring e Ngobor Purnama Indrawan 2007.
3. Ngetug dan nyompret
Ngetug dan nyompret merupakan metode perburuan dengan menggunakan
suara tiruan burung yang berasal dari alat yang disebut ketugan dan sompret. Ketugan
dibuat dari ban dalam bekas, sedangkan sompret dibuat dari bambu dengan bermacam ukuran Gambar 10a-b. Baik ketugan maupun sompret,
masing-masing mempunyai bunyi yang berbeda-beda sesuai dengan suara jenis- jenis burung. Ketugan dibunyikan dengan cara menekan bagian tengahnya,
sedangkan sompret dibunyikan dengan cara ditiup layaknya peluit. Ada juga alat yang dinamakan salon. Terbuat dari batok kelapa yang berfungsi untuk
memperkeras bunyi. Selain ketugan dan sompret, jaring juga diperlukan dalam metode ini. Cara
kerjanya adalah jaring dipasang seperti memasang jaring gelandang. Kemudian, pemburu berdiam diri di dekat jaring sambil membunyikan ketugan atau sompret
sepanjang malam untuk memanggil burung. Dengan cara ini burung akan menghampiri sumber suara dan menabrak jaring yang telah dipasang. Berbeda
dengan jaring gelandang yang jarang dicek, pada metode ini pengecekan selalu dilakukan untuk memastikan adanya burung yang masuk ke jaring. Jenis burung
yang didapat adalah jenis Mandar, Tikusan, Bambangan.
Gambar 10 a Ketugan b Sompret.
b a
4. Jaring tangkrep clap net
Jaring tangkrep digunakan untuk berburu burung air yang memiliki
ukuran tubuh yang besar seperti jenis Bangau, Kuntul, Cangak dan famili Ardeidae lainnya. Metode ini diaplikasikan selama siang hari. Ukuran jaring
untuk berburu burung pantai adalah 4m x 2m. Sedangkan untuk burung air dan burung terrestrial yang berukuran lebih besar digunakan jaring dengan ukuran 8m
x 2m Purnama Indrawan 2007. Pada metode ini jaring dipasang sebanyak dua buah yang saling
berhadapan dan digunakan juga burung hidup untuk menarik perhatian burung sasaran Gambar 11. Jaring dipasang diatas tanah dengan sedikit vegetasi. Pada
setiap ujung bingkainya diikat dengan tali yang saling terhubung ke tali pusat. Apabila burung sudah terkumpul di tengah-tengah jaring, maka pemburu akan
menarik tali pusatnya sehingga jaring akan tertutup.
Burung jebakan
Gambar 11 Jaring tangkrep clap net.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pemburu, sekitar 47,06 pemburu menggunakan metode jaring gelandang dalam berburu burung, 23,53
masing-masing menggunakan metode ngobor dan nyompret dan ngetug serta 5,88 sisanya menggunakan jaring tangkrep.
5.1.8 Rantai perdagangan burung