5.2.8 Rantai perburuan burung
Beberapa komponen yang berpengaruh terhadap sistem perdagangan burung diantaranya adalah pemburu, pengepul, pedagang dan konsumen.
Pengepul umumnya memiliki langganan pemburu yang akan memasok hasil buruannya.
Tidak ada bentuk kesepakatan apapun antara pengepul dan pemburu terkait jual beli burung. Jika ada pemburu yang berhutang kepada pengepul maka pemburu
tersebut wajib menyerahkan burung hasil buruannya kepada pengepul yang bersangkutan. Jumlah pemburu bervariasi tergantung pada musim tanam dan
panen. Harga beli burung pada masing-masing pengepul berbeda-beda. Para
pemburu umumnya akan menjual hasil buruannya pada pengepul yang harga belinya tinggi dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang besar. Oleh
karena itu jumlah pemburu pada masing-masing pengepul selalu bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara, pemburu akan menjual hasil buruannya
kepada pengepul 50 dan kepada pedagang burung goreng 50. Namun pada kenyataannya, pemburu di Desa Singakerta lebih banyak menjual hasil buruannya
langsung kepada pedagang burung goreng. Iskandar dan Karlina 2004 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hasil tangkapan pemburu akan dijual langsung
kepada pedagang burung dan ayam goreng tanpa melalui penampung. Pemburu sudah mengetahui bahwa jika dijual langsung kepada pedagang, maka untung
yang didapat akan semakin besar dibandingkan menjual burung lewat pengepul. Pemburu dan pengepul juga menjual hasil buruannya langsung kepada
konsumen, tetapi hal ini sangat jarang dilakukan. Kebanyakan konsumen membeli daging burung dari pedagang burung goreng karena burung tersebut sudah diolah
dan siap untuk dikonsumsi. Dalam rantai perdagangan burung Gambar 12, ada juga pengepul kecil dari
daerah lain yang menjual burung kepada pengepul di Desa Singakerta .
Pengepul kecil tersebut mengepul burung di Desa Kapringan dan merupakan anak dari
salah satu pengepul di Desa Singakerta. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengepul kecil, motivasinya menjadi pengepul adalah untuk mempermudah
pengumpulan hasil buruan pemburu yang ada di wilayahnya untuk kemudian dijual kepada pengepul di Desa Singakerta dan mendapat untung.
Secara umum terjadi penurunan jumlah pemburu dan pengepul yang masih aktif melakukan aktivitas perburuan dan perdagangan. Sekitar tahun 1985, jumlah
pemburu di wilayah ini berkisar antara 170-135 orang dengan jumlah pengepul 10 orang. Pemburu bertambah banyak jumlahnya pada tahun 1990-1994, yaitu
sekitar 300 orang Tabel 11 Sibuea 1996. Sekitar tahun 1996 hinga sekarang jumlah pemburu dan pengepul terus mengalami penurunan.
Tabel 11 Jumlah pemburu dan pengepul burung di daerah Krangkeng
Tahun Peneliti Σ pemburu
orang Σ pengepul
orang Sumber
1985 - 1986 Milton dan Marhadi 135 - 170
10 Sibuea 1996
1990 Johnson et al
. 300 15
Sibuea 1996
1994 Informasi penduduk
300 15
Sibuea 1996 1996
Sibuea 250
10 Sibuea 1996
2004 Iskandar dan Karlina
40 -
- 2010 - 2011 Jamaksari
- 5
- 2011 - 2012 Informasi penduduk
20 3
Penelitian ini
Penurunan jumlah pemburu dan pengepul disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah Sibuea 1996:
1. Jenis dan jumlah burung yang ditangkap semakin sedikit sehingga tidak
memberikan keuntungan bagi pemburu. Jumlah nilai rupiah yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan dan harga jual
hasil tangkapan. 2.
Adanya alternatif pekerjaan lain yang tidak menuntut keahlian dan biaya seperti buruh kasar, penarik becak atau tukang ojek. Selain itu, berburu burung
saat ini tidak popular dikalangan generasi muda sehingga berburu burung dilakukan oleh orang yang pernah memiliki pengalaman berburu burung dan
masih memiliki peralatannya. 3.
Luas tempat perburuan burung berkurang dan daerah menangkap burung telah hilang atau bergeser ke lokasi lain.
4. Meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan hidup karena gencarnya
kegiatan penelitian, penyuluhan dan program pendampingan masyarakat diduga ikut berperan dalam menurunkan animo masyarakat.
5.2.9 Perdagangan burung untuk konsumsi