ke udara akibat letusan gunung api, dan semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan Wardhana, 2004.
Kegiatan industri pengolahan aspal dalam proses produksinya akan menimbulkan residu yang merupakan partikel yang dapat menjadi pencemar udara.
Melalui Tabel 3 dapat dilihat sumber-sumber utama yang dapat menyebabkan pencemaran partikel. Proses produksi yang dilakukan oleh industri pengolahan aspal
berupa pembakaran stasioner residu pengilangan minyak bumi untuk kemudian menghasilkan aspal menyumbang 1,0 dari total 31,4 sumber pencemaran partikel
yang berasal dari pembakaran stasioner. Tabel 3. Sumber utama pencemaran partikel
Sumber Pencemaran bagian
total Transportasi
- mobil bensin - mobil diesel
- pesawat terbang
dapat diabaikan
- kereta api - kapal laut
- sepeda motor dll. 1,8
1,0 0,0
0,7 0,4
0,4 4,3
Pembakaran stasioner
- batubara - minyak
- gas alam - kayu
29,0 1,0
0,7 0,7
31,4
Proses Industri 26,5
Pembuangan Limbah Padat 3,9
Lain-lain
- Kebakaran hutan - pembakaran batubara sisa
- pembakaran limbah pertanian - lain-lain
33,9 23,7
1,4 8,4
0,4
Sumber: Wardhana 2004
Secara umum, partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh adanya partikel debu yang masuk atau mengendap di dalam paru- paru. Pneumoconiosis terdiri atas beberapa jenis, tergantung dari jenis partikel yang
masuk atau terhisap ke dalam paru-paru Wardhana, 2004.
2.4 Eksternalitas
Eksternalitas adalah pengaruh atau dampak yang dirasakan oleh beberapa pihak sebagai akibat dari kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, atau
pertukaran, yang dilakukan oleh pihak lain. Eksternalitas terbagi menjadi dua, yaitu eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi ketika
dampak dari kegiatan ekonomi tersebut memberikan manfaat untuk beberapa pihak. Misalnya sebuah pabrik membangun jalan sehingga harga tanah di sekitar jalan itu
meningkat. Sementara eksternalitas negatif terjadi ketika kegiatan ekonomi yang terjadi mengakibatkan penurunan kesejahteraan bagi beberapa pihak. Misalnya
sebuah pabrik telah menimbulkan pencemaran udara, sehingga penduduk di sekitarnya jatuh sakit akibat menghirup udara yang tercemar. Mangkoesoebroto,
1994. Menurut Fauzi 2004, eksternalitas didefinisikan sebagai dampak positif
atau negatif, atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net cost dan benefit, dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Eksternalitas dapat terjadi jika kegiatan
produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas dari pihak lain secara tidak diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi
terhadap pihak yang terkena dampak. Eksternalitas menyangkut kedua belah pihak, yakni produsen dan konsumen, maka eksternalitas dapat terjadi dari konsumsi ke
konsumsi, dari konsumsi ke produksi, dan juga sebaliknya. Menurut Mangkoesoebroto 1994, eksternalitas dapat dibedakan menjadi
empat kemungkinan sebagai berikut: 1. Eksternalitas konsumen-konsumen, yaitu tindakan seorang konsumen yang
menimbulkan eksternalitas bagi konsumen lain, misalnya kebisingan, asap rokok.
2. Eksternalitas konsumen-produsen, yaitu tindakan seorang konsumen yang menimbulkan eksternalitas positif atau negatif terhadap produsen, misalnya
pembuangan limbah rumahtangga ke aliran sungai dapat mengganggu nelayan atau perusahaan air minum
3. Eksternalitas produsen-konsumen, terjadi jika aktivitas suatu produsen mengakibatkan perubahan fungsi utilitas konsumen. Contoh: pabrik yang
menyebabkan polusi sungai mengganggu penduduk yang menggunakan air tersebut.
4. Eksternalitas produsen-produsen, terjadi jika suatu kegiatan produksi mengakibatkan perubahan fungsi produksi dari produsen lain. Contoh: pabrik
yang menimbulkan polusi air mengakibatkan kenaikan biaya produksi perusahaan lain yang menggunakan air sebagai salah satu faktor produksi.
Eksternalitas terjadi karena faktor diantaranya keberadaan barang publik public goods, kepemilikan bersama suatu sumberdaya common property,
ketidaksempurnaan pasar, dan kegagalan pemerintah dalam membuat dan menegakkan regulasi Fauzi, 2004.
2.5 Contingent Valuation Method
Metode ini merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan semua komoditas yang tidak diperjualbelikan di pasar dapat diestimasi nilai ekonominya,
termasuk nilai ekonomi dari barang lingkungan. Metode CVM menggunakan pendekatan secara langsung dengan menanyakan kepada masyarakat atas kesediaan
untuk membayar WTP akibat manfaat tambahan yang diperoleh dari perubahan lingkungan dan atau seberapa besar kesediaan masyarakat untuk menerima WTA
ganti rugi akibat penurunan kualitas barang lingkungan Hanley dan Spash, 1993. Asumsi dasar yang berlaku pada CVM adalah bahwa individu-individu
memahami benar pilihan masing-masing dan cukup mengenal kondisi lingkungan yang dinilai. Oleh karena itu pasar hipotetik harus mendekati kondisi pasar yang
sebenarnya. Untuk mengetahui nilai WTA, perlu dilakukan beberapa tahapan berikut ini Hanley dan Spash, 1993 :
1. Membuat pasar hipotetik Setting up the hypothetical market 2. Mendapatkan penawaran besarnya nilai WTA Obtanining bids