Gambaran Umum Industri Pengolahan Aspal

dampak negatif untuk masyarakat. Kerugian yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah penurunan kualitas udara karena limbah dari proses pengolahan aspal tersebut adalah asap dan debu. Hasil penelitian terhadap 45 responden menunjukkan bahwa seluruh responden 100 merasakan adanya perubahan lingkungan akibat kegiatan industri. Bentuk perubahan lingkungan yang dirasakan bervariasi, namun yang paling dominan dirasakan adalah asap dan debu yang mencemari udara, yang dinyatakan oleh sebanyak 32 responden atau sebesar 71,11. Berdasarkan hasil wawancara, banyak responden yang mengeluhkan asap dan debu yang dihasilkan oleh industri apabila sedang banyak produksi. Proses produksi industri pengolahan aspal tersebut biasanya berlangsung dari pagi hingga malam hari. Asap dan debu yang dihasilkan sangat mengganggu masyarakat, selain itu timbul juga kebisingan dari suara mesin saat produksi. Bahkan beberapa responden mengaku ada getaran pada dinding rumahnya bila industri sedang dalam proses produksi. Debu yang dihasilkan juga menempel pada atap, kaca jendela, dan lantai rumah, sehingga warga harus sering membersihkannya terutama pada saat musim kemarau. Asap dan debu yang mencemari udara ini juga membuat warga menderita penyakit seperti batuk, flu, sesak nafas, bahkan penyakit paru-paru. Selain pencemaran udara, sebanyak lima orang responden atau sebesar 11,11 mengeluhkan bahwa kenyamanannya terganggu. Hal ini disebabkan karena aktivitas pabrik yang mencemari udara, bising, dan menimbulkan bau aspal yang tajam. Sebanyak delapan orang responden atau sebesar 17,78 mengeluhkan lingkungan menjadi kumuh semenjak adanya industri pengolahan aspal, hal ini disebabkan oleh banyaknya jelaga di sepanjang jalan dan dinding-dinding rumah yang jaraknya sangat dekat dengan industri. Dampak negatif yang dirasakan responden dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan hasil wawancara, asap dan debu yang mencemari udara merupakan perubahan lingkungan yang paling dominan dirasakan oleh responden. Sebanyak 32 orang responden atau sebesar 71,11 mengeluhkan terjadi penurunan kualitas udara di sekitar rumah mereka yang ditunjukkan dengan kondisi udara yang panas, berdebu, dan menyesakkan. Tabel 13. Dampak negatif yang dirasakan responden No. Perubahan lingkungan yang dirasakan Jumlah responden rumahtangga Persentase 1. Terganggunya kenyamanan 5 11,11 2. Asap dan debu yang mencemari udara 32 71,11 3. Lingkungan menjadi kumuh 8 17,78 Total 45 100 Sementara itu persentase persepsi responden terhadap kualitas udara di sekitar tempat tinggalnya dapat dilihat pada Tabel 14. Sebanyak 84,45 responden menyatakan bahwa kualitas udara di sekitar rumahnya tidak baik dengan indikator panas, berdebu, dan menyesakkan. Sebanyak 13,33 responden menyatakan kualitas udara di sekitar rumahnya kurang baik dengan indikator panas, berdebu, dan tidak menyesakkan. Sementara sebanyak 2,22 responden menyatakan bahwa udara di sekitar rumahnya cukup baik. Responden yang menyatakan kualitas udaranya cukup baik memiliki jarak tempat tinggal dengan industri yang relatif lebih jauh dibandingkan responden lain yang menyatakan kualitas udara di sekitar rumahnya tidak baik dan kurang baik. Tabel 14. Kualitas udara di sekitar tempat tinggal responden Kualitas udara Jumlah responden rumahtangga Persentase Cukup baik panas, tidak berdebu, tidak menyesakkan 1 2,22 Kurang baik panas, berdebu, tidak menyesakkan 6 13,33 Tidak baik panas, berdebu, menyesakkan 38 84,45 Total 45 100

6.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat

Pencemaran Udara Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di RT 01 dan RT 02, RW 01, Kampung Poncol, Kelurahan Kayumanis, masyarakat sekitar adalah pihak yang dirugikan akibat pencemaran udara yang timbul akibat aktivitas industri pengolahan