biaya produksi meningkat Rp100 000 akan meningkatkan penerimaan industri kecil tahu sebesar Rp159 000.
Faktor biaya tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan industri kecil tahu Kabupaten Tegal sebagaimana ditunjukan oleh p-
value -nya 0,02 yang lebih kecil dari 0,05. Nilai koefisien variabel bernilai 0.52
menunjukan bahwa biaya tenaga kerja menunjukan hubungan yang positif terhadap penerimaan industri kecil tahu, yang berarti bahwa tiap peningkatan
biaya tenaga kerja akan menaikan penerimaan industri kecil tahu. Dalam hal ini setiap upah yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk tenaga kerja misalnya setiap
Rp1000 akan menaikan tingkat produksi sebesar Rp520.
Berdasarkan perhitungan, nilai elastisitas biaya produksi adalah 0.95 yang berarti setiap kenaikan 1 persen biaya input produksi akan meningkatkan
penerimaan sebesar 0.95 persen. Sedangkan nilai elastisitas biaya tenaga kerja adalah 0.18 yang berarti setiap kenaikan biaya tenaga kerja 1 persen akan
menaikkan penerimaan sebesar 1 persen.
Hasil penjumlahan elastisitas biaya produksi dan biaya tenaga kerja adalah lebih dari 1 yaitu 1.13 yang masuk dalam
kategori increasing yang menunjukkan bahwa penerimaan sebagai jumlah keluaran
output mengalami peningkatan yang melebihi peningkatan
proporsional dari jumlah masukan input yaitu biaya input produksi dan biaya tenaga kerja.
Lebih lanjut diketahui bahwa besarnya nilai biaya produksi ini didominasi oleh nilai bahan baku kedelai yang mencapai 66.80 dari total biaya produksi, hal
ini senada dengan penelitian Irwan 2010. Oleh karena itu dari hasil analisis tersebut diatas, maka fokus arah kebijakan dalam rangka pengembangan industri
kecil tahu di Kabupaten Tegal adalah kontrol terhadap harga input bahan produksi. Peningkatan harga input produksi akan berpengaruh pada reduksi
kemampuan pengusaha untuk memperoleh bahan produksi.
Faktor – Faktor Strategis Pengembangan Industri Kecil Tahu di Kabupaten Tegal
Perumusan alternatif strategi pengembangan industri kecil tahu di Kabupaten Tegal dilakukan dengan menggunakan analisis lingkungan dimulai
dengan mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal maupun eksternal dari industri kecil tahu di Kabupaten Tegal. Batasan faktor strategis internal dalam hal
ini adalah kekuatan dan kelemahan kelembagaan industri kecil tahu itu sendiri, sedangkan faktor strategis eksternal merupakan peluang dan hambatan yang
diciptakan oleh lingkungan diluar kelembagaan industri kecil tahu.
Kekuatan 1.
Penyedia makanan sehat dan bergizi protein tinggi bagi masyarakat Telah disebutkan bahwa pada tahu terdapat berbagai macam kandungan
gizi, seperti protein, lemak, karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin B- kompleks seperti thiamin, riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium dan kalsium
yang bermanfaat mendukung terbentuknya kerangka tulang. Dan paling penting, dengan kandungan sekitar 80 asam lemak tak jenuh tahu tidak banyak
mengandung kolesterol, sehingga sangat aman bagi kesehatan jantung. Bahkan karena kandungan hidrat arang dan kalorinya yang rendah, tahu merupakan salah
satu menu diet rendah kalori. Di balik kelezatannya, tahu menyimpan khasiat
medis tersendiri. Sebuah studi oleh tim medis dari Kanada membuktikan bahwa tahu dapat menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh.
Selain menurunkan kolesterol, tahu juga terbukti dapat mencegah kanker payudara. Mereka yang mengonsumsi tahu 25 persen lebih banyak mengalami
peningkatan pembentukan estrogen dibanding yang tidak. Tekanan darah mereka juga lebih rendah ketimbang kelompok yang tidak mengonsumsi tahu. Rahasia
khasiat tahu ternyata ada pada kandungan isoflavon yang mengandung hormon estrogen. Selain mencegah kanker payudara, isoflavon juga memperlambat proses
penuaan pada perempuan. Isoflavon bukan hanya terkandung dalam tahu melainkan juga pada semua makanan berbahan dasar kedelai seperti tempe, susu
kedelai, kecap, dan sejenisnya Rahmawati, 2013.
2. Pengalaman Manajer pengelola dalam menjalankan industri tahu
Data menyebutkan bahwa industri kecil tahu di Kabupaten Tegal merupakan industri yang telah berjalan puluhan tahun dengan rerata lama usaha 16 tahun dan
banyak yang merupakan usaha turun temurun. Berdasarkan informasi banyak pengusaha dulunya merupakan anak pengusaha yang belajar membuat tahu
dengan berperan sebagai tenaga kerja. Anak pengusaha tersebut kemudian “dilepas” untuk menjalankan usahanya sendiri. Lama usaha memberikan
gambaran kemampuan eksistensi industri tahu menghadapi berbagai masalah.
3. Tahu yang dihasilkan bebas bahan kimia berbahaya
Telah teruji bahwa tahu yang dihasilkan oleh industri di Kabupaten Tegal bebas bahan kimia seperti pengawet dan pewarna. Hal ini merupakan keunggulan
yang dibanggakan oleh pengusaha tahu di Kabupaten Tegal. Menurut informasi, suatu saat pernah diadakan inspeksi mendadak SIDAK terhadap tahu di pasar
Kabupaten Pemalang oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang dan membuktikan bahwa tahu dari Kabupaten Tegal bebas pengawet
dan pewarna makanan sintesis.
4. Mampu memproduksi tahu dalam jumlah besar
Jumlah industri kecil tahu di Kabupaten Tegal yang banyak hingga 951 unit dengan kebutuhan kedelai 1260 tonbulan merupakan potensi besar yang dapat
memproduksi tahu dalam jumlah besar dalam rangka memenuhi kebutuhan makanan bergizi terutama sumber protein bagi masyarakat. Hal tersebut juga
merupakan potensi ekonomi yang memiliki kontribusi bagi perekonomian daerah.
5. Limbah industri tahu Kabupaten Tegal merupakan sumber pakan
ternak ampas dan sumber energi alternatif biogas
.
Limbah industri tahu bersifat cair dan padat. Limbah cair industri tahu di Kabupaten Tegal terutama di sentra industri tahu di Kecamatan Adiwerna telah
diolah melalui Instalasi Pengolahan Limbah IPAL sejak tahun 2008. Pengolahan limbah cair industri kecil tahu Adiwerna kabupaten Tegal
menggunakan proses an-aerob dengan penambahan EM4 sebagai starter menghasilkan volume komulatif Biogas Rahayu et al, 2012. Biogas ini telah
dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif oleh masyarakat sekitar IPAL dengan iuran Rp15 000 per bulan per rumah.
Limbah padat sisa pengolahan kedelai merupakan sumber makanan ternak seperti sapi, kerbau dan kambing.
Oleh karena itu industri kecil tahu di Kabupeten Tegal dapat dikatakan sebagai industri yang zero waste.
Kelemahan 1.
Menggunakan teknologi sederhana dan tingkat adopsi teknologi yang rendah
Industri kecil tahu di Kabupaten Tegal secara menggunakan teknologi yang sederhana. Hal ini terlihat pada penggunaan alat-alat seperti alat untuk perebusan
yang menggunakan wajan, alat press ampas tahu dari bambu walaupun beberapa menggunakan besi, jembangan yang terbuat dari tanah liat.
Beberapa telah menggunakan alat steam uap dan jembangan stainless steel karena mendapatkan
bantuan. Tingkat adopsi teknologi yang rendah dibuktikan dengan tidak
digunakannya beberapa teknologi yang telah diperkenalkan kepada pengusaha industri tahu seperti teknologi steam, biodigester, air Nigarin dan teknologi
penggilingan kedelai tanpa ampas.
2. Modal yang terbatas
Kepemilikan modal para pengusaha industri kecil tahu di Kabupaten Tegal terbatas hanya digunakan untuk menjalankan roda bisnisnya. Keuntungan dari
penjualan produk digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Peran lembaga perkreditan dan perbankan kurang dirasakan oleh para pengusaha
dalam rangka skema pinjaman untuk modal usaha.
3. Motivasi Manajer yang lemah untuk mengembangkan Industri Tahu
Motivasi rendah untuk mengembangkan industri tahu disebabkan pengusaha merasa telah cukup dengan hasil yang diperoleh dari usahanya saat ini. Beberapa
merasa tenaga yang sudah tidak sanggup lagi untuk mengembangkan usahanya disebabkan faktor umur, tanggungan keluarga dan faktor ketersediaan tenaga
kerja.
4. Produk tahu yang dihasilkan tidak tahan lama
Proses produksi tahu yang tidak menggunakan bahan pengawet dan menggunakan kunyit sebagai bahan pewarna alami menyebabkan produk tahu
yang dihasilkan hanya bertahan selama rata-rata 2 hari dengan perlakuan khusus dalam penyimpanan seperti dalam lemari es atau direndam air. Ketahanan produk
yang tidak lama ini mengakibatkan terbatasnya proses pemasaran. Kendala ini menyebabkan beberapa lokasi pemasaran tidak dapat dijangkau, seperti dijelaskan
oleh beberapa pengusaha yang akhirnya memutus hubungan pemasaran dengan daerah yang terlalu jauh seperti Ibukota Jakarta.
5. Ketergantungan terhadap kedelai impor
Berdasarkan pengamatan selama penelitian, seluruh industri tahu
menggunakan kedelai impor. Hal ini diperkuat dari pernyataan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal. Keberadaan kedelai impor
secara otomatis berkaitan dengan nilai harga. Tinggi rendahnya harga kedelai impor membuat fluktuasi biaya produksi usaha industri tahu yang berakibat pada
nilai jual produk, pendapatan dan keuntungan industri tahu.
6. Kekurangan tenaga kerja SDM
Keberadaaan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah pada saat ini menjadi tantangan yang dihadapi industri kecil tahu di Kabupaten Tegal. Hal ini
dikarenakan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat akan mengurangi suplai tenaga kerja. Tenaga kerja dengan tingkat pendidikan lebih baik tentu akan
mencari pekerjaan yang lebih “presticious” dengan kemungkinan pendapatan yang lebih baik.
Kenyataan ini kesulitan mencari tenaga kerja telah dialami oleh industri kecil tahu di Kabupaten Tegal. Berdasarkan wawancara dengan responden
pengusaha, diperoleh informasi bahwa suplai tenaga kerja untuk industri kecil tahu menghadapi kekurangan terutama pada saat permintaan pasar tinggi terhadap
tahu. Tenaga kerja perempuan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti lulusan SMA lebih memilih untuk menjadi pelayan toko swalayan waiters,
sedangkan untuk tenaga kerja laki-laki lebih memilih bekerja di industri logam dan berlayar.Kekurangan tenaga kerja juga disebabkan wilayah pensuplai tenaga
kerja meningkat perekonomiannya sehingga tenaga kerja tidak mencari pekerjaan diluar wilayah tersebut. Wilayah pensuplai tenaga kerja industri tahu adalah
daerah pegunungan Bumijawa dan Bojong yang meningkat perekonomiannya terutama oleh meningkatnya industri pariwisata.
Peluang 1.
Tahu diterima semua segmen konsumen dan pemasaran yang luas Perkembangan jumlah penduduk, terutama domestik Kabupaten Tegal
seperti Tabel 17, akan meningkatkan kebutuhan akan gizi yang dapat dipenuhi oleh tahu. Keunggulan tahu menjadikannya komoditas yang dapat diterima oleh
semua lapisan masyarakat dari kalangan ekonomi rendah hingga kalangan ekonomi tinggi. Kemampuan daya serap tahu oleh tubuh juga kandungan gizi
yang baik menjadikannya makanan yang dapat diberikan pada bayi dan para lansia dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi.
Tabel 17 Jumlah penduduk Kabupaten Tegal Penduduk
2011 2012
2013 Laki – laki Jiwa
699 714 700 691
703 494 Perempuan Jiwa
700 542 708 715
711 515 Total
1 400 256 1 409 406
1 415 009 Sumber : BPS Kab.Tegal, 2014
2. Kesadaran masyarakat akan kesehatan yang meningkat
Nilai lebih tahu berupa berbagai macam kandungan gizi, seperti protein, lemak, karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin B-kompleks seperti
thiamin, riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium dan kalsium yang bermanfaat mendukung terbentuknya kerangka tulang. Paling penting, dengan kandungan
sekitar 80 asam lemak tak jenuh tahu tidak banyak mengandung kolesterol, sehingga sangat aman bagi kesehatan jantung. Bahkan karena kandungan hidrat
arang dan kalorinya yang rendah, tahu merupakan salah satu menu diet rendah kalori dan bahkan dapat menurunkan kolesterol jahat dalan tubuh.
Hal ini sejalan dengan tren masyarakat modern yang mulai menyadari besarnya nilai kesehatan dan menjadikan peluang bagi produk tahu untuk lebih
mensejajarkan diri sebanding dengan produk hewani dari segi nilai “presticious” maupun harga. Hal ini sebagaimana contoh tren dipilihnya makanan organik
dengan harga lebih tinggi daripada makanan non organik.
3. Industri Pariwisata Kabupaten Tegal yang meningkat
Meningkatnya jumlah wisatawan menjadi peluang pasar bagi produk- produk lokal Kabupaten Tegal. Hal ini menjadi kesempatan bagi para pengusaha
untuk meningkatkan penjualan produk tahunya sebagai salah satu produk lokal menjadi buah tangan para wisatawan. Oleh karena itu, peningkatan industri
pariwisata pada akhirnya dapat menjadi faktor pengembangan industri kecil tahu di Kabupaten Tegal. Peningkatan industri pariwisata Kabupaten Tegal dapat
dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Data wisatawan yang masuk obyek wisata Kabupaten Tegal tahun 2013 Wisatawan
Tahun Orang 2011
2012 2013
Domestik 528 731
551 820 598 933
Mancanegara 131
174 163
Total 528 862
551 994 599 096
Sumber : BPS Kab. Tegal, 2014
4. Produk olahan tahu Tegal yang khas
Karakteristik tahu yang diproduksi oleh industri kecil tahu Kabupaten Tegal yang kenyal dan padat menjadi bahan dasar produk lokal khas Kabupaten Tegal
yaitu Tahu Aci Tegal. Keberadaan produk tahu aci ini dapat sekaligus menjadi promo bagi industri kecil tahu Kabupaten Tegal, karena meningkatnya penjualan
produk tahu aci akan meningkatkan permintaan bahan dasarnya yaitu tahu dengan karakteristik yang dibutuhkan untuk membuat tahu aci yaitu produk tahu dari
industri kecil tahu Kabupaten Tegal.
5. Dukungan Pemerintah Daerah dan pihak lain yang baik
Berbagai macam dukungan dari berbagai pihak teridentifikasi untuk mengembangkan industri kecil tahu di Kabupaten Tegal. Dukungan yang begitu
besar dan terasa bagi industri ini adalah pada tahun 2008. Dukungan Pemerintah Pusat melalui Departemen Lingkunan Hidup memicu dukungan yang terintegrasi
dari berbagai pihak. Bantuan Subsidi dari Pusat, Pemerintah Kabupaten Tegal dan Provinsi Jawa Tengah yang mendukung pembuatan IPAL, Akademisi
perguruan tinggi seperti Politeknik Semarang dengan penelitian tentang Ekoefisiensi, Bantuan Luar Negeri dalam bentuk ilmu dan teknologi
memanfaatkan limbah.
6. Meningkatnya kebutuhan energi alternatif masyarakat
Meningkatnya jumlah populasi manusia mengakibatkan meningkatnya kebutuhan energi untuk mendukung kehidupannya. Minyak bumi sebagai sumber
energi utama yang saat ini digunakan merupakan energi yang berasal dari fosil dengan keberadaannya yang semakin berkurang. Oleh karena itu, banyak wacana
pengalihan sumber energi dari fosil kepada sumber-sumber energi alternatif seperti energi solar, energi panas bumi, nuklir dan lain sebagainya.
Limbah tahu cair telah terbukti mampu menjadi sumber energi alternatif yang mampu memberikan daya baik untuk penerangan dan bahan bakar untuk
memasak. Hal ini dirasakan oleh masyarakat di sekitar Instalasi Pembuangan Limbah yang menjadi pusat pengolahan limbah. Keberhasilan mengolah limbah
menjadi sumber energi alternatif menjadi salah satu peluang pengembangan industri kecil tahu terkait dengan efek samping terhadap aspek dampak
lingkungan.
7. Berkembangnya industri penggemukan ternak
Usaha peningkatan swasembada daging yang menjadi program pemerintah pusat mendorong berkembangnya industri penggemukan. Salah satu bahan pakan
yang dimanfaatkan sebagai bahan penyusun ransum ternak dalam rangka meningkatkan daging ternak adalah ampas tahu. Ampas tahu yang merupakan
limbah padat sisa hasil pembuatan tahu memiliki kandungan gizi cukup baik berupa serat kasar. Pemanfaatan ampas tahu ini sangat efektif pada pertambahan
berat badan sapi potong dan kambing Tarmidi, 2009. Bagi sapi perah, kandungan serat kasar ampas tahu yang tinggi menyebab meningkatnya kadar
lemak susu Laryska dan Nurhajati, 2013. Oleh karena itu, Perkembangan industri peternakan khusunya penggemukan ternak akan meningkatkan konsumsi
ampas tahu sebagai tambahan pakan ternak.
Peningkatan kebutuhan ampas tahu akan merubah nilai ampas tahu yang merupakan limbah industri kecil tahu menjadi komoditas ekonomi dan konservasi
lingkungan. Limbah ampas tahu dari industri kecil tahu di Kabupaten Tegal menjadi incaran para pengepul yang berasal dari Kabupaten Boyolali yang dibeli
dengan cara sistem kontrak. Maksud dari sistem kontrak ini adalah pengepul telah memberikan uang muka pembelian ampas tahu yang akan dihasilkan oleh industri.
Rata-rata harga jual ampas tahu per 1 kotaknya adalah Rp2500 sampai dengan Rp3000.
Ancaman 1.
Harga kedelai mengikuti kurs dolar yang cenderung naik dan kelangkaan kedelai
Ketidakkmampuan mata uang rupiah bersaing dengan mata uang dollar menyebabkan melemahnya nilai mata uang rupiah. Hal ini berimbas pada naiknya
harga kedelai impor yang menjadi bahan baku utama pembuatan tahu pada industri kecil tahu di Kabupaten Tegal. Naiknya harga komoditas kedelai impor
jelas menjadi ancaman bagi tingkat pendapatan bagi pengusaha yang dapat mengganggu kelangsungan usahanya. Tidak hanya harga kedelai yang terimbas
mata uang dollar, keberadaan kedelai juga sering tidak tersedia di pasar. Hal ini berkaitan dengan rantai suplai dan distribusi kedelai impor. Tercatat kenaikan
harga kedelai dan kelangkaan komoditas kedelai yang parah di Indonesia terjadi pada tahun tahun 2008, 2012 dan 2013.
2. Stok Kedelai lokal yang terbatas sebagai pengganti kedelai impor
Ketergantungan terhadap kedelai impor juga dipicu oleh ketidakmampuan kedelai lokal dalam memenuhi kebutuhan industri tahu. Hal ini dibuktikan
salahsatunya secara lokal dengan produksi dan luas lahan usaha tani kedelai yang semakin menurun. Data di Kabupaten Tegal menunjukkan luas areal tanam
kedelai menurun dari 267 hektar pada tahun 2012 tinggal menjadi 35 hektar pada tahun 2014. Capaian realisasi produksi kedelai di Kabupaten Tegal hanya
mencapai 49 ton di tahun 2014 berdasarkan data Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal. Hal ini juga dirasakan oleh para pengusaha terkait
sudah sangat langkanya peredaran jenis-jenis kedelai lokal seperti Loco yang berasal dari wonosari dan jatibarang.
Menurut hasil wawancara dengan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal, kedelai lokal menjadi komoditas yang tidak diminati
oleh petani dikarenakan nilai usaha tani untuk memproduksi kedelai ternyata
sangat tinggi. Hasil produksi usaha tani kedelai memiliki nilai jual sebesar
Rp10 000 jauh lebih tinggi dari harga kedelai impor yang pada saat penelitian bernilai sekitar Rp7500.
3. Harga komoditas penyedia protein hewani daging, ayam, ikan
menurun Eksklusivitas tahu sebagai penyedia gizi protein tinggi masih dibawah
penyedia protein seperti daging dan ikan. Oleh karena itu, menurunnya harga komoditas penyedia protein hewani dapat menjadi hambatan bagi penjualan
produk tahu karena kosumen akan lebih memilih komoditas penyedia protein hewani sehingga permintaan terhadap tahu menurun.
4. Persaingan dengan industri tempe domestik
Kabupaten Tegal selain memiliki industri tahu juga memiliki industri tempe. Pangsa pasar yang sama, kebutuhan bahan baku kedelai yang sama, sama-sama
sebagai makanan penyedia protein nabati yang baik bagi masyarakat menjadikan industri tahu bersaing dengan industri tempe domestik dalam Kabupaten Tegal.
Menurut informasi yang diperoleh, persaingan industri tahu dengan industri tempe pernah terjadi hingga ke ranah hukum pada tahun 2008 disebabkan oleh pertikaian
yang menyebabkan warga terluka.
Pertikaian terjadi ketika bantuan terhadap industri tahu untuk membuat saluran IPAL ke arah Sungai Gung dari desa Pesalakan melewati desa Kalimati.
Hal tersebut ditentang oleh warga desa Kalimati yang berprofesi sebagian sebagai pengusaha tempe dan tahu dengan alasan aliran bekas limbah pada saluran IPAL
akan mencemari lingkungan di wilayahnya.
5. Persaingan dengan industri tahu dan tempe daerah lain
Pangsa pasar industri tahu Kabupaten Tegal menyebar hingga ke daerah kabupaten lain sebagaimana dalam Tabel Sebaran Daerah Pemasaran Industri
Kecil Tahu di Kabupaten Tegal di Lampiran 6. Hal tersebut menyebabkan persaingan dengan produk industri tahu yang dihasilkan oleh Kabupaten lain.
Salah satu contoh persaingan yang terjadi adalah ketika disebarnya isu bahwa tahu produksi Tegal mengandung bahan kimia berbahaya hasil inspeksi
dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupeten Pemalang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggug jawab. Hal tersebut menyebabkan tahu produksi Kabupaten
Tegal dilarang masuk pasar Kabupaten Pemalang. Konfirmasi dilakukan oleh paguyuban industri tahu Kabupaten Tegal menghasilkan informasi tidak sesuai isu
yang tersebar dan tahu produksi Kabupaten Tegal bebas bahan kimia berbahaya.
Analisis Matrik Evaluasi Faktor Internal
Analisis Matriks IFE dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan utama yang ada dengan cara memberikan kuisoner kepada responden.
Selanjutnya diolah dan dihitung pembobotan, rating dan skor. Perlakuan tersebut agar dapat diperoleh strategi yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan
strategis yang ada.
Berdasarkan besarnya skor dari perhitungan Internal Factor Evaluation IFE
seperti pada Tabel 19 maka kekuatan dengan skor terbesar adalah produk tahu yang dihasilkan bebas bahan kimia berbahaya, dimana faktor ini memiliki
nilai skor 0.520. Sedangkan kekuatan dengan nilai skor kedua adalah industri tahu sebagai penyedia makanan sehat dan bergizi protein tinggi bagi masyarakat, faktor